Rencana memang hanyalah rencana. Soal eksekusi dan hasilnya.. tidaklah bisa ditentukan sematang rencana awal. Kinal dan Shania pergi menuju tempat si pengakses utama, sementara Nabilah masih berjibaku dengan layar flatnya untuk mengeluarkan Viny dan Ardha dari kelinci yang telah menyebar dibeberapa titik dan tentunya menyulitkan proses pengeluaran keduanya.
"Didepan ada gang kecil. Masuklah kesana, berlari 148mtr lalu belok ke kiri!" Suara Nabilah memberikan tuntunannya untuk Viny juga ardha.
"Stop! Diam dulu. Ada kelinci dari belokan itu!" Viny dan Ardha menyandarkan punggungnya kedinding pembuat gang dengan menahan nafas dan mengeluarkan secara perlahan begitu lembut agar buruan nafas yang seharusnya keluar cukup keras dan cepat karena telah berlari itu tak terdengar oleh Kelinci yang datang dari arah belokan yang sebelumnya diberitahukan Nabilah.
Kelinci sudah tak terlihat karena mereka hanya melewati gang yang akan dipakai jalan oleh Viny juga Ardha. Keduanya kembali mengikuti arahan yang Nabilah sampaikan, dan saat arahan Nabilah diikuti Viny juga Ardha.., mereka malah berpapasan dengan 6 kelinci yang tidak sempat disadari oleh Nabilah. Sangking fokusnya membuat duplikasi Viny dan juga membuatkan jalan agar keduanya keluar dari kepungan kelinci.
Mau tidak mau. Dihindari tak mungkin dihindari. Dilawanpun sepertinya malah ia juga Ardha yang akan kalah telak. Tapi mereka tetap memasang badan siap dengan kuda-kuda tak terlihat, Viny dan Ardha saling menukar pandangan seolah saling berkata 'lu siap!?' Lalu mereka mengarahkan lagi matanya pada ke 6 lawan yang ada dihadapannya.
"Kalian bisa mengurus mereka ber 6, kan? Satu belokan lagi dari blok depan. Aku tunggu kalian disana!" Nabilah mengarahkan supirnya ketempat pertemuan bersama Viny dan Ardha yang sebelumnya harus membungkam dulu ke 6 penghadangnya.
Buat Ardha.. pasti tidak akan kesulitan bergerak mengalahkan lawan, tapi Viny? Tangan kanannya masih terluka dan jelas dia tidak akan bisa bergerak dengan begitu leluasa.Ke 6 kelinci mulai bergerak acak untuk membungkam Ardha dan juga Viny. Beberapa gerakan bertarung jarak dekat sempat mereka perlihatkan begitu sengit saling mencoba menumbangkan lawan. Dan sangat terlihat kalau Viny agak kesulitan menghadapi lawannya hingga satu pukulan bisa medarat di pipi kirinya dengan mudah setelah sebelumnya tangan kanannya yang sedang terluka itu dipelintir oleh si kelinci. Tapi Viny masih beruntung karena Ardha bisa dengan cepat menghajar kelinci yang sudah berhasil memukul Viny, saat dirinya melihat Viny dalam posisi tidak menguntungkan. Dan berikutnya.. dia langsung menarik paksa tangan kiri Viny untuk menjauh dari area kelinci yang tak mungkin bisa mereka tangani dengan keadaan Viny yang sedang tidak maksimal.Pertarungan sebentar namun cukup menguras membuat alat komunikasi dari Ardha juga Viny terjatuh tanpa mereka sadari, hingga kedunya tidak bisa menghubungi siapapun yang sebelumnya tersambung.
"Kalian gak apa-apa kan? Aku udah sampai di check point. Lari terus hingga diujung kedua blok. Didepan sana kalian aman, teruslah bergerak dengan cepat. Lalu ambil lajur kanan, aku ada disana!"
Baik Viny dan Ardha tidak ada yang bisa mendengar pesan Nabilah karena memang alat komunikasinya sudah hilang saat tadi face to face sparing dengan para kelinci.
"Ardha.. Viny.. kalian salah jalan! Bukan jalan itu, kalian seharusnya lurus sampai di ujung blok!!" Nabilah meneriaki lagi Viny dan Ardha karena dari penglihatannya lewat layar, keduanya tidak mengikuti instruksi yang dia bilang.
"Dimana Nabilah? Kita seharusnya sudah bisa keluar!" Dalam larinya Ardha bicara pada Viny.
"Alat komunikasi kita hilang, bagaimana mungkin kita bisa bertemu dengan Nabilah!" Viny yang sudah sadar akan hilangnya alat komunikasi menanggapi ucapan Ardha.
"Terus kita bagaimana? Mereka masih mengejar, gue gak mau tertangkap!" Takutnya.
"Diamlah! Kita terus saja dulu berlari, Nabilah pasti melihat posisi kita meski tidak bisa mengarahkan. Mungkin dia sudah menunggu!" Dalam curian nafas dari lelahnya berlari Viny membalas ketakutan rekannya.