Part 23 : Bayangan Senja (Kisah Kehidupan Kurir)

997 56 3
                                    

Duduk manis mengarah kedepan dengan suguhan langit sore. Viny duduk sendirian di teras belakang. Bukan dia tidak memikirkan apa yang tadi dirinya lihat dari Veranda. Tentang box. Ancaman. Wajahnya. Keluarganya. Tapi apa yang bisa dia pikirkan? Apa yang harus dia lakukan? Ancaman itu datang dari siapanya saja. Viny tidak sama sekali bisa membersitkan satu nama atau satu wajahpun untuk dijadikan tebakan. Viny sadar. Dunianya sekarang bukanlah dunia normal yang biasa dijalani oleh kebanyakan orang yang seumuran dengannya. Tapi balik lagi. Apa yang bisa dia pikirkan? Terus apa yang mau dia lakukan?. Karena untuknya. Jelas. Mau di dunia seperti apapun, untuk sekarang dan dari dulu. Dia memang sudah menyerahkan kehidupannya. Tidak mau ambil perduli tentang pandangan orang lain. Bahkan... dia tidak mau perduli kalau nanti pada akhirnya dia harus tertangkap polisi, lalu di sidang dan yang mengawal sidangnya itu... Ayah. Terserahlah!

Ketika pikirannya yang terbatas sedang Viny pakai melamun. Getaran di handphone menariknya untuk keluar dari lamunan.

"Lagi apa Lu? Nanti malam gue jemput!" Sebuah Voice Note dari Kinal masuk. Viny mendengarkan.

"Lagi menyendiri, Kak. Mau kemana? Lu kan masih sakit?" Send.

"Sok tahu. Gue jemput lu sekarang!" Kinal tidak penuh basa-basi.

"Yaudah. Gue tunggu Kak!" Saat balasannya dikirim. Viny tidak tahu kalau Veranda sedang berjalan mendekat kearahnya. Hingga dia berdiri bermaksud pergi ke kamar untuk membenahi diri, menunggu Kinal datang. Barulah ia sadar akan sosok Kakaknya yang sudah berdiri didepannya. Menahan langkah kakinya.

"Mau pergi?" Veranda sepertinya mendengarkan percakapan Viny dengan Kinal.

"Bukan urusan Kamu!" Akhir-akhir ini Viny memang selalu lancang. Selalu bisa membalas bincang Veranda yang inginnya mendekatkan diri. Tapi dia? Sama sekali tidak menginginkan itu.

"Ya. Kak Ve tahu itu. Emmm.." Dan Veranda. Dia sepertinya mulai bisa menyatu dengan emosi dan penolakan Viny. Dia tidak mau memaksakan kehendak. Dia maunya memperlihatkan pada Viny kalau sekeras apapun penolakan yang Viny perlihatkan. Ia akan melakukan hal yang sama. Keras. Keras memperlihatkan kalau dirinya akan terus berusaha dekat dan mendekati Viny. Dengan cara yang lebih lembut.

"Kak Ve cuma mau bilang... masalah box dan, dan ancaman tadi. Kamu gak usah terlalu memikirkannya, ya?" Diikuti senyum manis dari bibir tipisnya, Veranda bicara lembut. Viny masih stay cool. Berdiri saling berhadapan dengan Veranda. Dan sepertinya tidak memperdulikan apa yang dikatan Kakaknya itu. Sepertinya.

"Kak Ve akan berusaha buat jagain Kamu, Dek. Kakak gak akan biarkan siapapun nyakitin Kamu!" Veranda masih saja bicara.

Perasaan apa ini? Bukan pertama kalinya Viny berhadapan dengan Veranda diikuti sebuah dialog dalam narasi. Tapi, kenapa kali ini ada sedikit rasa yang berbeda masuk dalam hatinya. Saat melihat dekat wajah sendu itu. Saat mendengar kalimat lembut dari bibirnya itu. Saat jarak antara ia dengan Kakaknya yang sudah jauh, kini nyata begitu dekat secara fisik. Sepertinya Viny menaruh sedikit perhatian pada apa yang diucapkan Veranda.

"Kak Ve gak perduli, Viny. Kamu mau menolak apa yang Kakak ucapkan. Karena yang Kakak perdulikan... itu kamu!"

Dan perasaan aneh itu.. berhasil menghipnotis Viny hingga ia diam saja saat Veranda menggapai tangannya lalu menggenggamnya. Cukup erat. Ini asli. Bukan sepertinya. Viny masuk dalam ucapan Veranda. Diam dalam bungkusan tangan hangatnya Veranda. Yang diikuti lantunan kalimat sendu penanda maaf.

"Kesalahan Kak Ve.. mungkin udah gak bisa lagi kamu maafkan. Tapi perlu kamu tahu. Meskipun kamu gak mau maafin Kakak. Kakak akan tetap jadi Kakak kamu. Kamu mau melihat. Memperlakukan Kakak dengan cara apapun. Kakak akan terima itu."

Bayangan Senja (Kisah Kehidupan Kurir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang