Part 2 : Bayangan Senja (Kisah Kehidupan Kurir)

1.9K 104 1
                                    

Keesokan pagi, seperti pagi yang sudah-sudah. Keluarga itu berkumpul dalam satu meja makan, menikmati sarapan ditemani obrolan yang hanya melibatkan Ayah, Ibu, dan Kakaknya. Sementara Viny..? Seperti yang sudah-sudah juga. Dia tidak pernah bisa masuk dalam lingkaran mereka. Kalaupun Viny masuk dalam lingkaran obrolan itu, dia pasti masuk jadi pemeran yang disudutkan dan begitu diremehkan oleh Ayah. Kenapa selalu Ayah? Kemana Ibu? Yang harusnya bisa menjaga ia dari sikap skeptis Ayah! Yang harusnya bisa menjadi penenang untuk ia yang menangis sedih setelah mendapat perlakuan tidak enak itu dari Ayah! Yang harusnya bisa memerankan peranan Ibu yang tidak memilih berdiam diri di satu pihak, yang paling berkuasa di rumah, yaitu pihak Ayah! Terus, Kakak? Kemana sosok yang harusnya bisa ia jadikan panutan? Yang bisa saling berbagi kisah dan kasih dalam jalinan keluarga! Seolah tidak ada yang memperdulikan apa yang dia terima dari Ayah. Ibu dan Kakaknya hanya bisa berdiam tanpa adalagi kata penyemangat seperti dulu untuk menenangkannya setelah dia dapat bentakan dari Ayah. Mungkin... Ibu dan Kakak sudah lelah menghadapi sikap Ayah untuk dirinya, yang tidak pernah bisa berubah menjadi sedikit lebih pintar, menjadi seperti yang Ayah inginkan, menjadi yang sempurna.. dari yang paling sempurna. Seperti Kakaknya!Sudah hampir 8th, perlakuan tidak adil itu Viny terima dari Ayah. 4th pertama, Viny masih bisa merengek bertanya pada Ayah tentang kenapa Ayah tidak lagi menyayangi dirinya, meski yang dia dapat setelah rengekan itu... sama. Tapi, dia tidak pernah berhenti berusaha untuk menunjukan pada Ayah, kalau dia tidak seperti apa yang Ayah ucapkan, kalau dia bisa seperti Kakaknya. 2th selanjutnya, Viny mulai menurunkan rengekan yang dimotori tangis polosnya pada Ayah, sambil mencari tahu kenapa dan ada apa dengan dirinya?!. Hingga 2th terakhir ini, ia benar-benar diam. Diam menerima semua perlakuan Ayah yang selalu bilang kalau dirinya itu bodoh, tidak bisa sepintar Kakaknya. Ayah juga begitu sangat keras padanya, apa yang dia mau, tidak akan bisa dengan mudah dia dapat. Malah.. Viny sebenarnya sudah tidak pernah bisa lagi mendapat apa yang dia mau, tidak pernah lagi ada fasilitas nyaman seperti yang Kakaknya miliki dari Ayah. Kalau Ayah tidak kepepet harus mengeluarkan untuk Viny (Seperti membayar pihak sekolah agar Viny bisa naik kelas, dan atau juga lulus dari sekolah!) Dan apapun, barang apapun yang ia miliki kini, itu adalah pemberian Ibu dulu, sisanya.. barang yang tidak banyak itu, adalah hasil keringat ia sendiri, dari kerjanya yang sudah ia lakoni selama beberapa bulan. Viny diam, bungkam, menerima setiap ketidakadilan yang seharusnya tidak dia dapat, karena itu bukan keinginannya. Dengan tanpa Ayah tahu apa yang menjadi penyebab dirinya menjadi seperti yang Ayah gambarkan dalam ucapan.

"Gimana ujian semesternya, Ve?"

"Lancar, Yah! 2 hari lagi selesai."

"Bagus, itu baru putri Ayah! Jangan sampai IPK nya turun, ya sayang?"

"Pasti, Yah! Kalau perlu, Ve akan bikin IP nya lebih dari yang terakhir. Biar nanti pas kelulusan, lulus dengan Cumlaude! hehe.." Jawabnya diiringi senyum bangga. Dengan tanpa Ve sadari, atau dia memang tidak sadari, ada Viny yang akan terusik dengan kalimatnya barusan.

"Ayah tahu itu. Kamu memang selalu bisa membuat Ayah bangga.."Sambut Ayah dengan sekilas matanya ia lihatkan pada Viny.

Viny menghentikan suapan sejenak, mendengar kalimat Ayah yang selalu berulang, di setiap pertemuan makan keluarga (membuat Ayah bangga). Dia bisa menangkap kalau kedua mata dari Ayahnya sedang tertuju pada dirinya.

"Tidak seperti... adik kamu itu!" Sebuah ucapan sinis dengan kedua mata memicing pada Viny.

Viny sudah tahu akan apa yang Ayah ucapkan untuknya.

"Entah kapan, dia akan bisa sedikit saja lebih pintar dari dia yang sekarang!" Lanjutan kalimat Ayah sungguh tidaklah pantas untuk beliau ucapkan.

"Jangankan untuk bisa cumlaude kalau nanti dia kuliah. Untuk masuk kuliahnya saja.. tidak tahu akan seperti apa!!"

Bayangan Senja (Kisah Kehidupan Kurir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang