Part 6 : Bayangan Senja (Kisah Kehidupan Kurir)

1.4K 84 4
                                    

Sampai ditempat yang disebutkan Shania. Kinal dan Viny (Viny sudah memakai jaket, jaketnya Kinal sih. Untuk menutupi shirt warna biru, yang sebelumnya sembunyi didalam seragamnya. Sementara seragam bawahnya, sudah ia ganti dengan jeans warna deep dark, yang ia bawa dalam tas sekolahnya) diam dalam mobil untuk mengawasi si kurir bermasalah, yang ternyata belum sampai ditempat itu. Mereka berdua menunggu orang yang sedang diincarnya (si kurir) dan orang yang akan menerima pelimpahan barang dari kurirnya.Sedang dalam keadaan menunggu, ponsel Viny kembali bergetar. Inginnya mengacuhkan, namun getaran itu tidak berhenti juga. Terus.. dan terus membuat getaran, sebuah teriakan tak bersuara dari orang yang ingin berbicara dengan dirinya, diseberang sana terus berteriak.

"Angkat aja Dek! Siapa tahu itu penting. Kita lebih cepat sampai ketimbang mangsa kita. Jadi, lu masih punya waktu untuk bicara dengan orang yang manggil lu!" Ucap Kinal yang bisa mendengar getaran itu.

Viny yang sesaat bengong karena mendengar Kinal memanggilnya 'Dek' segera bisa menguasai kebengongannya. Ia meraih ponsel yang disimpan dalam jeans hitamnya. Menatapkan lagi kedua matanya untuk mengenali nomor, membaca nama pemanggil. Namun, lagi-lagi tidak ada nama di nomor yang menggetarkan ponselnya. Viny yang enggan, jadi terpaksa mengangkat karena apa yang tadi Kinal ucapkan. Dengan enteng, tanpa sedikitpun tebakan ia men-slide ponsel untuk menerima telpon tak bernama itu.

"Ha,-"

"Halo, Viny?" Deg! Suara yang memotong suaranya saat akan bilang 'Halo' tidaklah asing untuk telinganya. Meskipun ia dan si empunya suara diujung telpon jarang berkomunikasi lagi. Tapi Viny masih bisa ingat suara Veranda, si kakak yang menjadi pesaing terberat untuknya dalam mendapatkan perhatian.

"Viny.. halo? Kamu denger suara Kak V...-" Viny menyudahi suara itu begitu kasar. Dia menekan ponselnya untuk mematikan sambungan telpon.

"Kenapa dimatiin? Dari siapa?" Kinal merasa heran, itu kenapa ia mengajukan pertanyaan.

"Emhh.. bukan siapa-siapa Kak! Salah sambung kayaknya!!" Kilahnya berbohong.

Setelah telpon yang ia potong itu, konsentrasinya jadi sedikit menurun. 'Mau apa dia telpon?' Pikirnya, mengingat suara Veranda.. sang Kakak yang memanggilnya lewat ponsel. Yang dalam kontak smartphonenya itu tidak bernama. 'Ah! Udahlah Vin. Gak usah pikirin itu!!' Bisiknya melawan hati yang sedang memutar nama Veranda.

"Dia datang!" Kinal bicara dengan memandangkan matanya kearah depan.

Viny segera mengikuti.Orang yang sedang mereka awasi. Terlihat diam, sepertinya menunggu seseorang. Bukan pasien tentunya! Tapi, seseorang yang sudah menariknya dalam lingkar penghianat. Seseorang yang akan menerima barang milik mereka. Kinal dan Viny diam mengawasi pergerakan si penghianat. Hingga beberapa lama kemudian.. muncul sebuah sedan deep blue yang berhenti tak jauh dari kurir penghianat itu.

"Itu pasti orang yang akan mengambil alih barang kita, Kak! Kita turun sekarang!!" Viny menempelkan tangan kirinya di pembuka pintu mobil.

"Woles, Dek! Kita lihat dulu siapa yang akan keluar dari mobil itu!! Gue mau lihat wajah orang breng**k yang sedang mencoba merebut apa yang kita miliki!!" Kinal menghentikan luapan emosi Viny.

Viny menuruti apa yang dikatakan Kinal. Mereka berdua menunggu lagi. Hingga... tiba disaat pintu mobil terbuka, dari kiri dan kanan keluarlah orang yang mereka tunggu-tunggu.

"Haah! Udah gue duga! Pasti dia biang keladinya!!" Dengan senyum sinis yang Kinal gariskan di sudut bibirnya, Kinal bekata. Dia tahu 2 orang yang keluar dari sedan deep blue itu. 2 orang perempuan berambut pendek. Yang satu tingginya hampir sama dengan Kinal, sedangkan yang satunya lagi lebih pendek.

"Lu tahu orang-orang itu Kak?" Viny jadi penasaran.

"Mereka masih satu area (satu profesi) dengan kita. Tapi, tidak sehebat gaya yang diperlihatkan! Cuma para pecundang yang bisanya mensabotase jalur kita!" Kinal terdengar gerah dalam ucapannya, menggambarkan 2 perempuan yang kini sudah ada didekat kurir (penghianat) kelompoknya.

Bayangan Senja (Kisah Kehidupan Kurir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang