Part 25 : Bayangan Senja (Kisah Kehidupan Kurir)

1K 54 3
                                    

"Simple bukan? Kamu hanya tinggal datang ketempat yang tadi saya bilang. Untuk bisa lihat Nabilah!" Lancang. Beby bicara begitu enak saat di sambungan pertama Line telponnya ke Shania tersambung dan lalu terdengar suara Shania menjawab. Beby terus bicara tanpa memberikan Shania celah untuk menyela. Dia bilang kalau Nabilah ada bersamanya. Nabilah baik-baik saja. Dia sedang tidur. Dan Beby ingin Shania dengan Kinal datang menjemput adik sepupu paling kecilnya itu ditempat yang sudah di setting oleh Beby.

"Breng***! Lu pikir? Gue akan percaya kalau Nabilah itu ada bersama lu? Hah!" Shania coba menentang tantangan Beby. Dia berusaha tenang seolah Nabilah ada bersamanya dan apa yang dikatakan Beby hanyalah samaran belaka. Meski tidak bisa dipungkiri kalau apa yang Beby ucapkan itu nyata. Nabilah ada dalam sekapannya.

Dan Kinal, dia yang masih kepikiran tentang Veranda jadi tidak bisa benar-benar fokus. Kepalanya yang sedang ingin mengarahkan pada Veranda atau Viny, kini malah ditarik oleh Shania. Jelas ucapan Shania yang sedang bicara dengan Beby terdengar olehnya, karena saat Shania tahu kalau yang bicara memanggilnya itu adalah Beby. Segera saja dia pasang mode loudspeaker pada handphonenya untuk bisa didengar oleh Kinal.

"Pilihan ada ditangan kamu, Shania. Jalan. Atau diam ditempat?! Tanpa Nabilah pun saya sudah memiliki bukti kuat untuk menyeret kamu dan semua anggota kamu kedalam penjara. Jadi buat apa saya berbohong? Dan kamu tahu bukti apa yang saya miliki?.. Lidya!" Tanpa Shania lihat bagaimana pasangan wajahnya Beby saat berdialog lewat telpon bersamanya. Pasangan wajah Shania terlihat datar biasa saja. Saat Beby mengatakan soal Lidya. Tidak seperti saat Beby mengatakan soal Nabilah. Shania kaget.

"Kenal dengan Lidya? Shania!!" Tekanan suaranya Beby penuh ledekkan pada Shania.

Bisa dibayangkan bagaimana wajah menyebalkannya Beby saat dia merasa kemenangan sudah dekat padanya. Nabilah ada ditangannya, pun dengan Lidya yang Shania pikir kalau dia ada dipihaknya. Shania diam dengan coba mengatur hatinya untuk tidak terlalu meledak dalam menanggapi Beby. Hanya tekanan suara marah jika dia memang harus bicara.

"Kamu memang hebat. Tapi sayang. Saya jauh lebih hebat dari kamu! Saya akui, cara kerja kamu memimpin organisasi kamu itu sangat rapi. Cara kamu menarik Lidya juga. Saya sempat tidak menyadari adanya pengkhianatan dalam kubu saya sendiri. Tapi kemudian.. saya tahu ada yang tidak benar dengan Lidya. Dan perlu kamu tahu. Dia anggota saya yang paling lemah. Dia sangat tidak bisa mengontrol emosi. Memainkan ekspresi. Cara kerjanya terlalu taktis. Dia mudah berbaur. Tapi mudah di tangkap. Lidya terlalu mudah dipengaruhi! Tapi sudahlah. Tidak usah bahas dia. Kita bahas saja Nabilah!!" Panjang lebar Beby bicara. Tapi pasangan wajah Shania tetap stay flat.

Entah apalah. Rencana awalnya Shania jelas sudah GAGAL! Tadinya ingin mempermainkan Beby dirumah utama lalu memberikannya kembang api warna orange-biru yang akan dipicu lewat ledakan dari beberapa buah TNT, yang nantinya diharapkan bisa berakhir dengan menjadi butiran abu badannya Beby dengan pasukan kurang asemnya, yang telah melebur jadi serpihan hitam kayu atau apapun yang akan terbakar. Tapi yang ada sekarang, Keadaan malah berbalik. Shania yang kini tengah dipermainkan oleh Beby. Dia tidak mungkin lagi mengeksekusi rencana awalnya. Rute pelarian pun sudah tidak bisa lagi dijadikan pelarian. Apalagi Nabilah tidak ada.

"Kenapa diam, Shania? Terkejut? Ayolah.. permainan baru dimulai. Saya minta maaf karena tidak bisa berkunjung kerumah utama kamu yang sudah penuh petasan besar itu! Dan untuk gantinya... kamu berkunjunglah ketempat saya. Tapi tenang Shania. Disini tidak ada petasan besar. Jadi tidak akan ada ledakan. Datanglah. Lihat bagaimana Nabilah sedang tidur pulas disini! Saya tunggu!!" Beby sudah tahu tentang rencananya Shania. Dengan tanpa mendengarkan tanggapan Shania. Dia seenaknya menutup telpon, padahal awalnya ia yang menelpon terus sekarang malah dirinya juga yang mengakhiri.

"Hal,- Arghh!! Bebyyy!!!" Shania setengah berteriak.

"Dia memanfaatkan Nabilah untuk dijadikan senjata! Kurang ajar!! Dan Lidya? Erghh!!!" Kesal Shania.

Bayangan Senja (Kisah Kehidupan Kurir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang