Jeng jeng. . .!!!!
Akhirnya update.. ^^
Maaf ya kakak kalo kelamaan, karna mendadak saya sibuk x(
Dan ini dia, part paling akhir dari cerita yang, yang apa ya...???
yaudah, gak usah banyak basa basi...
Happy reading ya. . . ^^----------------------------------------------------
"KAKAKKKKK.." Keringat dingin membasahi sela kening yang tertutup poni. Dia bangun.
"Mimpi itu lagi..." Desahnya dengan alunan nafas cepat.
Viny Mendekap lututnya. Duduk dalam pijaran sinar rembulan yang masuk menelusup lewat jendela kamar barunya. Diam menyimpan dagu diatas lutut ditemani lamunan dari kejaran mimpi. Mimpi ini yang terus membayanginya. Mimpi yang sama yang selalu berulang hampir disetiap malam dalam gelisah tidurnya.
Sadar. Dia bisa merasakan adanya sesuatu yang hangat jatuh dari pelupuk mata membasahi kedua pipinya. Viny menarik wajahnya dari dalam tundukan diatas lutut, ia berjalan kearah jendela. Melamun. Selalu seperti itu. Tidur.. Gelisah.. Terbangun karena mimpi.. Diam bak mengheningkan cipta dengan deraian air mata sebagai penutup. Lalu berjalan mendekati jendela kamar, membuka pelindung berkayu jati dengan cat dark coklat di sela pahatan artistiknya.. Viny menengadah melihat langit malam, diam memaku seolah sedang bicara entah dengan siapa. Wajahnya begitu sendu terlihat samaran sembab.
Dua tahun sudah kejadian itu menjadi sebuah sejarah maha dahsyat dalam perjalanan kelam hidupnya. Dikejar dari saat fajar belum merekah, hingga senja menjelang membuatkan bayangan diri yang memalukan. Terdiam dalam cerita pendek berbekas panjang. Kelam. Ingin berlari tapi tak bisa. Ingin terbang tak ada sayap. Viny terperangkap. Sungguh. Langit itu bukan lagi miliknya. Kebebasan dalam diam sakitnya dahulu dirasa jauh lebih baik ketimbang seperti sekarang. Hidup dalam bayang rasa bersalah. Gelisah tak pasti menanti sebuah kabar. Kacau.
'Bagaimana kabarmu disana? Apa kamu sudah sembuh? Apa kamu sudah baik-baik saja, Kak?' Air matanya jatuh lagi. Berurai lagi. Tidak hanya wajah Veranda. Bahkan Ibu juga Ayah ada disela dialognya dengan malam.
Setiap detail dari kejadian hari naas itu entah kenapa melekat tak bisa pudar atau hilang dalam keterbatasan memory yang Viny miliki dalam sakitnya. Padahal sudah dua tahun. Iya, dua tahun. Dua tahun kemudian yang tidak dia tahu sama sekali tentang bagaimana kondisi Veranda setelah berhasil dia bawa kerumah sakit. Setelah masuk ruang operasi. Setelah dia donorkan sedikit dari darahnya untuk Veranda, untuk Kakaknya, yang saat itu dalam kondisi kritis nyaris mati.
'Maafkan kelemahanku Kak. Aku tidak sama sekali bisa menjagamu. Aku memalukan.. maafff-'
Dan selalu seperti itu. Setelah dua tahun lamanya Viny berpisah dengan Veranda dalam keadaan yang sama sekali tidak dia inginkan, tidak dia pilih. Tapi harus mengikuti. Hanya lantunan maaf disela olahan video masa lalunya yang mengawang dalam angan menghimpit hati, yang bisa raganya lakukan. Kejadian itu benar-benar mendominasi ruang dalam ingatannya. Viny masih ingat kejadian setelah dia bisa membawa Veranda kerumah sakit. Setelah dokter menanganinya. Setelah dia memaksa untuk mendonorkan darahnya yang padahal dirinya sendiri sedang tidak dalam keadaan fit. Dan bahkan kejadian... saat Ayah memarahinya dalam makian kasar dan sentuhan teramat kasar pula. Hingga Ibu marah. Meledak besar pada Ayah dan menguapkan apa yang belum Ayah ketahui. Sampai klimaks adanya beberapa petugas kepolisian yang datang kerumah sakit mendatangi Viny. Ya Viny ingat. Ingat betul dengan kejadian malam di ruang tunggu rumah sakit kala itu. Tapi dia tidak tahu apa yang terjadi setelahnya, karena yang dirinya tahu. Saat dia membuka mata.. disinilah ia sekarang tinggal. Disebuah pulau kecil bersama Kinal. Shania. Juga Nabilah. Memulai hidup baru dengan cara lain. Bukan sebagai pengedar. Bukan juga sindikat pengelola keluar masuknya barang haram yang dulu dilakoninya. Rentetan kejadian sebelum dirinya ada dirumah yang sekarang dan setelah mendengar gemaan suara Ayah juga Ibu. Tidak bisa dia ingat. Tahu-tahu sudah ada di pulau ini. Disambut senyum dari wajahnya Kinal yang begitu terlihat khawatir. Begitu sangat khawatir pada keadaannya saat itu. Viny bertanya bagaimana Veranda pada Kinal namun Kinal hanya menjawab dia pasti baik-baik saja. Sekarang kamu pulihkan dulu kondisi kamu. Dan selanjutnya.. Viny enggan untuk mengusik Kinal dengan membawa Veranda, ia takut menyinggung perasaannya Kinal. Jadinya yaaa Viny diam saja dalam keresah gelisahan yang selalu memburu tidur malamnya.