Part 22 : Bayangan Senja (Kisah Kehidupan Kurir)

1K 51 10
                                    

Menarik diri dari dalam ruang rawat Adiknya. Veranda berjalan lesu. Mengawangkan apa yang tadi pagi dia alami bersama Viny lalu kini dia mendapati kenyataan yang begitu.. menyakitkan. Viny terkikih senang bahkan tersenyum begitu manis, dan yang terakhir. Dia terlihat begitu mencemaskan kondisinya Kinal. Kurang sakit apa hatinya dengan gambaran itu? Tapi apa yang bisa dirinya lakukan? Melabrak keduanya terus berkoar kalau ada dirinya yang tersakiti, kalau ada dirinya yang jelas diam sebagai korban? Sepertinya tidak harus seperti itu. Menarik nafas dalam mencoba meleggakan dadanya. Veranda memutuskan untuk tidak mengusik wajah bahagianya Viny. Biarlah kali ini dia mengalah pada Kinal dan membiarkannya bersama Viny, memberikannya hiburan dan apalah yang membuat Viny senang.

"Kenapa keluar sayang?" Pertanyaan Ibu inginnya dia acuhkan. Tapi itu tidak mungkin.

"Ve gak mau ganggu Bu. Benar kata Ibu, Viny terlihat senang dengan... Kinal." Pasangan senyum palsu rasa sakit didalam hati, Veranda perlihatkan pada Ibunya.Ia duduk bersebelahan dengan Ibu, menyandarkan kepalanya melihat langit-langit koridor tunggu ruang rawat.

'Udah gak ada lagi aku. Karena Kamu! Semua apa yang Viny lakukan itu bisa bahagia jika dia bersama kamu, bersama kalian! Hebat! Bagaimana mungkin dulu aku bisa melakukan kegilaan ini? Membuat Viny jauh. Menyingkirkan dia dari pandangan Ayah. Merebut perhatian Ibu agar semuanya buat aku. Menjadikan aku yang utuh dengan menyayat Viny. Aku gila.. yaaa, aku emang udah gila. Dimana akal sehatku dulu?' Veranda mendesah pelan,

'Saat harusnya aku melindungi dia, Aku malah dengan sengaja membuatnya terluka. Saat harusnya aku bersikap sebagai Kakak, Aku malah jadi Adik yang menyebalkan. Apa yang sudah aku lakukan? Apa..?'

Hidupnya yang dia rasa menyenangkan dan terasa sangat membahagiakan. Ketika dengan jelas ia mendapat seeeeemua perhatian Ayah. Mendapat kasih sayang yang melimpah baik dari Ayah ataupun Ibu. Mendapatkan bagian Viny juga, hingga Viny tergeser tidak lagi mendapat apapun kecuali rasa sakit. Kali ini. Hari ini. Saat Veranda baru menyadari adanya ketidak benaran, adanya ketidak sehatan atas apa yang tengah dirinya lakoni. Dengan sadar bahkan begitu sadar. Dia menyingkirkan Viny yang menurutnya istimewa untuk Ayah juga Ibu. Sesal itu datang bak badai tengah hari yang memporak-porandakan hatinya. Hingga sempat dia berdoa kalau saja dikehidupan berikutnya masih ada dirinya yang Tuhan berikan kesempatan. Dia tidak ingin menjadi siapapun, selain dirinya. Dia ingin tetap menjadi pribadinya. Tetap ingin dalam posisinya sekarang, sebagai Kakak. Kakak yang baik dan tidak mau menjahati Adiknya.

"Tante. Aku pamit dulu mau....." Entahlah apalagi yang Kinal ucapkan pada Ibu. Karena saat Veranda masih asik dengan lamunannya kemudian suara Kinal masuk bak alarm yang menjadi tarikan jasadnya dari dunia lamun. Dia langsung menatapkan kedua matanya pada Kinal.

Ibu berbasa-basi pada Kinal. Bilang terima kasih dan apalah hingga ada maaf juga karena sudah membuat repot. Lalu Ibu masuk keruang rawat. Menyisakan Veranda bersama Kinal. Bukan Kinal tidak tahu kalau ada Veranda juga dibangku tunggu. Namun dia hanya tidak mau membuat keributan dengan Kakaknya Viny ini. Melihat sekilas lalu berjalan dengan tangan kirinya yang terlilit slang infus ikut menggerakan tiang yang meggantungkan kantung infusnya. Langkahnya Kinal beriring dengan gerakan tiang infusnya, tidak terlalu lama melihat Veranda.

"Tunggu!" Bukan tidak menyangka juga kalau Veranda sudah pasti akan menghentikan dulu langkahnya. Tapi kembali.. Kinal hanya tidak ingin membuat keributan. Namun meski begitu. Dia menghentikan langkahnya saat dengan jelas Veranda bilang 'Tunggu'. Demi untuk menjunjung kesopanan ditempat umum.

"Makasih udah mau menghibur Viny. Dia pasti sangat butuh kamu disaat dalam kondisinya seperti sekarang!" Yang ini.. ucapan ini yang tidak sama sekali disangka oleh Kinal.

"Kalau bisa, selama kamu sama dia masih satu rumah sakit. Atau kamu nanti lebih dulu keluar dari rumah sakit. Kamu bisa terus datang buat nemenin Viny, biar dia juga mau makan dan meminum obatnya. Maaf kalau permintaanku berlebihan. Sekali lagi... terima kasih!" Dan yang lebih tidak disangka lagi, Veranda tidak sama sekali mengakhiri ucapannya dengan ucapan lain yang menyebalkan. Yang sudah beberapa kali dia dengar ucapan terima kasih tapi ujungnya suruh lepasin.

Bayangan Senja (Kisah Kehidupan Kurir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang