PART 15 WHITE ROSE

101 10 0
                                    

Sepanjang perjalanan, Roxy melihat para pelayan –terutama pelayan wanita- saling bisik-bisik-mungkin menggosip- tidak seperti biasanya. Maksudnya, kalaupun bergosip, mereka akan biasa saja tidak sampai cekikikan kayak mak lampir yang membuat bulu kuduk berdiri, dan akan langsung diam kalau 'putri Rosa' datang melewati mereka. Tapi, jangankan diam, menolehpun tidak. Tidak sadarkah mereka kalau si putri Rosa dengan dua pengawal di belakangnya ?

Setelah diketahui, ternyata si Pangeran Hitam kembali ke asalnya-maksudnya istana- setelah lebih dari satu minggu tidak pulang. Memang suka jadi objek pusat perhatian kalau dia ada di istana, tapi sayangnya yang jadi objek tidak peduli dengan wajah sok cool dan kegantengan-menurut Rosa-.

Roxy melanjutkan jalannya menuju ruang kumpul anggota kerajaan. Setibanya, raja Rhien duduk di kursi single besarnya, putri Lucyana dan putri Calista sudah duduk manis berdua, pangeran Charles duduk disamping raja Rhien, sedangkan pangeran Yuji, dia pergi ke kerajaan Lotus menemui wanita pujaannya. Lalu, Roxy memilih duduk di samping pangeran Charles, hanya menunggu pangeran hitam-Archiles- datang. Beberapa saat kemudian orang yang ditunggu datang dengan pakaian formal dan wajah datar biasanya.

'Bosan.'

'Cepat tua tuh.'

Roxy dan Rosa bicara berbarengan dalam benaknya. Roxy mencoba menahan senyum karena ucapan Rosa. Pangeran Archiles yang menyadari tatapan Roxy dan menahan senyum setelahnya, menatap tajam Roxy, dan dia duduk tepat disamping Roxy.

"Ada apa ayahanda memanggilku kemari ?" Tanya pangeran Archiles langsung.

"Kau pasti mendengar rumor tentang 'white rose' kan ?" Tanya balik raja Rhien. Pangeran Archiles menganguk. Rumor mengenai seseorang yang menghancurkan kelompok perampok sendiri dalam semalam dan meninggalkan setangkai mawar putih dengan bercak darah setelahnya sudah beredar diseluruh kerajaaan.

"Ayahanda ingin aku mencarinya atau menangkapnya." Ucap pangeran Archiles.

"Ya. Aku ingin tahu siapa yang sudah mengobrak-abrik kelompok perampok yang selama ini membuat resah rakyat. Memang tindakannya baik, tapi tetap saja bukan berarti dia bisa bertindak sendiri dikerajaanku. Kalau bisa bawa dia dengan baik-baik karena dia sudah dianggap pahlawan oleh rakyat. Aku tidak ingin rakyat salah paham." Jelas raja Rhien.

"White Rose, ya." Gumam Roxy sangat pelan, tapi tetap bisa didengar pangeran Archiles.

"Kalau begitu-"

"Tunggu, jangan pergi dulu." Tahan raja Rhien. Pangeran Archiles kembali duduk, ditatapnya pria baruh baya itu.

"Aku ingin kau melibatkan Rosa di dalamnya."

"Apa ?!!" putri Calista yang tadinya tidak memperhatikan arah pembicaraan yang hanya para pria lakukan dan lebih asik bicara dengan putri Lucy, menatap lelaki didepannya setelah mendengar ucapan raja Rhien.

"Tunggu dulu, kenapa aku harus ikut ?" sahut Roxy tidak terima. Pekerjaanku saja belum selesai. Masa iya, aku harus ikut terlibat dalam pencarian ini. Batin Roxy.

"Ayah ingin mulai sekarang kamu serius. Sudah cukup dengan semua kelakuan kekanak-kanakkanmu. Usiamu sudah tujuhbelas tahun. Dengan kamu ikut dalam pencarian ini bersama Archiles, ayah rasa kamu bisa mendapat pengalaman meskipun tidak secara langsung ini bersangkutan dengan kerajaan. Ayah juga sudah melihat kemajuanmu dalam mengamati kerajaan saat pembicaraan makan malam sebelumnya. Jadi, jangan membantah." Tegas sang raja.

"Rosa rasa pangeran Archiles juga tidak setuju dengan ini. Bukankah aku hanya akan menghambat pekerjaannya." Kilah Roxy, dan berharap sang pangeran membantunya.

"Bersikap dewasalah, Rosa. Lagipula ini hanya kasus penyelidikan mencari seseorang dan kamu masih berada dilingkungan kota."

Roxy ingin-sangat ingin malah- membantah semua ucapan raja Rhien. Tapi apa daya mendapat tatapan tegas dari raja Rhein.

she is princessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang