Sebuah bangunan, yang bisa dikatakan baru berplakat nama "Klinik AIR" sedang menunjukkan kesibukannya. Beberapa pasien terlihat baru saja keluar dengan sekantong obat. Klinik yang berada di Jl. Jogja-Wonosari tersebut baru berdiri 2 bulan yang lalu. Klinik Air digagas oleh 3 pendiri yaitu Andra, Inasya dan Rio. Walau pun terlihat minimalis, klinik tersebut bisa dikatakan cukup besar.
Keadaan mendesak, seringkali membuat seorang berusaha lebih keras. Begitu juga yang dialami dengan ketiganya. Rio dengan jadwal shift selama di Rumah Sakit, sehingga tidak bisa menjaga Rey setiap waktu, akhirnya mempunyai ide tersebut. Dia sengaja mengajak Andra, setelah tahu kalau adik iparnya tersebut akan mempunyai anak kembar. Well, bisa dipastikan Andra tidak akan tega membiarkan istrinya sibuk seorang diri. Lalu Inasya, teman sekaligus istri sahabatnya, seorang apoteker sedang pulang kampung karena mutasi yang dialami suaminya. Setelah ketiganya sepakat, mereka sibuk mengurus segala sesuatu yang dibutuhkan. Rio sengaja pindah rumah menjadi dekat dengan rumah Andra, mengingat tempat berdirinya klinik tidak jauh dari lokasi tersebut. Selain memudahkan untuk ke klinik, juga agar sewaktu-waktu dia bisa menitipkan Rey kepada Rara jika ada keperluan.
Rio baru saja melepaskan jas putih ketika pintu di depannya sedikit terbuka. Andra terlihat memunculkan kepala tanpa mau repot-repot masuk ke dalam.
"Kamu mau buka jadwal malam?" tanya Rio heran, padahal Andra sudah pulang sejak jam tiga sore tadi. Sekarang waktu sudah menjelang pukul sepuluh malam, dia pun baru bersiap untuk pulang.
"Untunglah Abang belum pulang." Andra berkata dramatis sambil mengusap dada.
"Bang, di ranjang UGD ada pasien. Barusan aku nggak sengaja nabrak dikit. Tolong diperiksa, ya! Aku buru-buru, Rara marah-marah karena aku beli breadtalk lama. Haih, padahal belum ada dua jam aku ke luar rumah. Wassalaamu'alaikum," tambahnya kemudian.
Pintu yang kembali tertutup membuat Rio mendengus. Bagaimana bisa dia mempunyai adik ipar yang tidak bertanggung jawab seperti Andra. Menabrak sedikit pasien katanya? Lalu tanpa dosa dia melarikan diri dan meninggalkan korban kepadanya. Sial!
Rio memakai kembali jasnya, meskipun dalam hati terus bergumam. Begitu ke luar, seorang wanita dengan rambut sebahu terlihat sedang memasang wajah lesu ada di hadapannya.
"Mbaknya pasien tabrak sedikit yang dimaksud teman saya tadi, ya?" tanya Rio sopan.
"Tabrak dikit? Dokter nggak lihat ini tangan sama kaki saya?" jawab wanita tersebut dengan galak.
Oh salahkan Andra yang memberi kamus kata 'tabrak dikit', sehingga Rio memakainya.
Setelah pemeriksaan selesai, dengan hasil balutan gips di tangan kanan dan sedikit perban pada kaki akhirnya pengobatan selesai. Tidak banyak perbincangan, karena wanita yang diketahui bernama Vira tersebut sibuk meringis menahan sakit.
"Sudah beres, untuk biaya dan segala macam karena kesalahan teman saya jadi gratis. Nanti bisa kembali ke sini saat jadwal pemeriksaan atau kalau masih ada keluhan. Selamat malam, Bu Vira."
"Dok, terus Mas yang antar saya tadi mana? Saya pulangnya gimana? Motor?"
"Andraaaaa," gumam Rio dengan kesal. Awalnya dia pikir hanya tinggal cek kondisi pasien dan urusan sudah selesai. Namun ternyata di luar dugaan, Andra menghilang dan melempar semua tanggung jawab kepadanya.
"Urusan motor, nanti teman saya yang urus. Sekarang apa Mbak nggak bisa telepon saudara buat jemput? Rumah dekat sini atau jauh? Kebetulan klinik sudah mau tutup."
"Dimana - mana korban tuh diantar, Dok. Saya sudah telepon Ayah tadi waktu jalan ke sini, tapi nggak ada jawaban."
Klinik yang sudah sepi mengingat tadi seharusnya dia akan pulang membuat Rio semakin frustasi. Tidak ada siapa pun, karena hanya tertinggal Inasya dan staff administrasi yang menunggu jemputan dengan security.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Ibu
HumorMasa lalu itu ada bukan untuk dilupakan. Masa lalu itu ada sebagai alasan untuk hari ini. Selamanya, kita tidak akan bisa untuk mengubahnya. ~Dia tidak hanya mencari seorang istri, melainkan ibu untuk anaknya.~ ~Dia tidak hanya mencari seorang suami...