Bagian Lepas

62.4K 4.5K 164
                                    

Bagian ini bisa dikatakan bagian lepas, atau bisa juga tidak, sengaja saya tulis untuk keperluan promosi cerita Andra & Rara. Jika penasaran dengan bagian sebelumnya bisa dilihat di lapak D.I.A part terakhir. Oh, iya, info yang disampaikan Vira ini beneran, ya. Insya Allah Andra & Rara akan ada versi cetaknya. Bang Rio sama Rey otomatis eksis di sana. Buat yang belum pernah baca cerita mereka, jangan lupa dibeli ya nanti, infonya akan diupdate di lapaknya *promolagi.

Oke, selamat membaca, semoga kangennya sedikit terobati.

~~~

"Assalaamu'alaikum!" Rio mengucapkan salam dengan semangat. Jam pulang kerja adalah waktu yang selalu dia tunggu. Jam di mana dia bisa bertemu Vira dan Rey.

"Wa'alaikumsalaam."

Rio mengernyitkan kening ketika mendengar jawaban salam, tetapi tidak ada yang membukakan pintu. Biasanya, Rey akan menyambutnya di balik pintu dengan senyum lebar. Begitu pintu dibuka, barulah dia tahu alasan Rey tidak menampakkan batang hidung. Anak itu sibuk dengan bayi Fauzan.

"Ibu mana, Bang?"

"Lagi sama Ziya. Lihat deh, Yah! Dedek Fauzan tadi udah mau merangkak terus jatuh lagi, pasti keberatan perut ya, Yah? Tuh-tuh dia angkat perut lagi, nanti pasti jatuh!"

Baru saja Rey selesai berkata, Uzan yang tadi tengkurap sambil mencoba mengangkat badannya kembali terkapar. Tidak lama kemudian tangisnya terdengar. Rey yang melihat hal itu justru terbahak, membuat Rio menggelengkan kepala geli.

"Makanya, Dek! Kalau mimik asi itu jangan banyak-banyak, jadinya kan endut, lehernya aja sampai ngumpet. Kasihan ya, Yah! Dek Uzan ndak bisa angkat badan," ujar Rey panjang.

Rio yang kasihan melihat Uzan meraung akhirnya membalik badan bocah itu hingga terlentang.

"Kamu itu, Bang! Kalau dedeknya nangis itu didiemin kok malah diketawain."

"Abisnya lucu, Yah! Terus kalau dek Uzan nangis kan sambil merem-merem gitu, bisa ditinggal ngumpet," jawab Rey polos.

"Udah, ah. Dedeknya dijagain, ya. Ayah mau ke ibu dulu."

"Siap, Yah!"

Rio meninggalkan Rey dan Uzan setelah memastikan bocah kecil itu tidak menangis lagi. Sampai di kamar, dia melihat Vira yang sedang menimang bayi Ziya.

"Ya ampun, anak ayah cantik banget habis mandi! Sini ayah cium dulu sini!" ujarnya senang.

Ziya yang tadinya sudah hampir terlelap langsung membuka matanya lebar dan tertawa senang. Tangannya berusaha menggapai tangan besar milik Rio. Vira yang melihat hal tersebut langsung mencebikkan bibir.

"Abang! Ziya itu baru mau tidur, tadi udah merem melek. Kan, dianya jadi kebangun lagi."

"Apanya yang ngantuk sih, matanya masih bulet ini. Ziya mau main sama ayah ya, Nak?"

Vira menggelengkan kepala mendengar jawaban dari Rio. Suaminya itu sekarang justru sibuk duduk di tepi ranjang sambil memangku Ziya yang berceloteh dengan bahasa bayi.

"Tuh lihat, Bu! Ziya-nya aja mau main sama ayah."

"Abang baru pulang, mandi dulu sana ish. Kalau Rara tahu langsung megang bocil dimarahin lho nanti."

"Iya, bentar lagi."

"Abang!"

Rio mengabaikan kalimat Vira dan memilih menggoda Ziya hingga anak itu semakin semangat berbicara. Kalimat yang dia pun tidak mengerti apa maksudnya. Pokoknya bahasa bayi dan hanya Ziya serta Uzan yang mengerti. Hal itu membuat Vira meninggalkan keduanya untuk melihat Rey yang menjaga Uzan.

Calon IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang