Akhirnya, Rio memutuskan untuk pulang ke rumah. Dia menitipkan Vira sementara waktu ke keluarga Toro. Rey masih dalam tahap penyembuhan sehingga agak rewel. Lagi pula, dia perlu menjelaskan perubahan status kepada Rara. Termasuk rencana akad secara resmi dan resepsi yang disampaikan oleh keluarga Vira.
Ah, memikirkan tanggapan dari Rara saja sudah membuatnya mengelus dada. Adiknya itu pasti akan memberi ceramah sekaligus ucapan selamat yang panjang. Belum tahu saja dia tentang trauma Vira yang terlihat serius.
"Budhe, kalau ada apa-apa jangan sungkan langsung telepon, ya."
"Iya, Vira akan baik bersama kami," ujar Budhe Rila ketika Rio berpamitan.
♥♥
"Beneran Abang nikah sama Kak Vira? Kerennnn!" ucap Rara dengan semangat. Di seberangnya, Andra terlihat menahan tawa. Rio hanya bisa mendengus melihat keduanya.
"Rey! Abang, kamu punya ib-,"
Kalimat Rara langsung terpotong ketika Rio membungkam mulutnya. Rey yang tadinya sibuk menggambar dan sudah menoleh mengerutkan dahi.
"Apa, Nte?" tanya Rey polos.
"Nggak papa, Bang. Kamu lanjut lagi, ya, gambarnya?"
Rey mengangguk dan kembali sibuk dengan gambarnya.
"Abang!" tegur Andra yang langsung dibalas dengusan oleh Rio. Selalu saja, dia harus mengalah kalau sudah dikeroyok. Bahkan membungkam mulut tidak sampai satu menit saja sudah mendapatkan tatapan tajam setajam silet.
Akhirnya, Rio menceritakan pernikahan dadakan serta alasannya dengan rinci. Semua dia ceritakan tanpa kecuali.
"Abang kena karma, dulu juga begitu sama kami," ujar Andra mengingatkan Rio tentang tipudayanya agar mereka menikah.
"Hasilnya bagus, kan?"
"Iya, sih. Semoga ini juga bagus buat Abang."
"Oh, ya, Bang! Terus sekarang apa rencana Abang? Kapan mau nemuin mereka berdua?" tanya Rara penasaran.
"Entahlah, Ra. Abang juga masih bingung. Kondisi Vira masih labil sekarang dan Rey juga nggak mungkin di sini terus."
Rio menghela napas, dia sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan. Keduanya sama-sama membingungkan. Akhirnya, dia justru memilih pergi ke klinik tanpa memutuskan apa pun. Rey masih dititipkan kepada Rara karena enggan pergi sekolah, sementara Vira masih bersama keluarga Toro.
**
Pulang dari klinik, Rio menjemput Rey dan membawanya ke rumah Vira. Setidaknya, dia bisa menempatkan bocah itu di salah satu kamar yang ada.
"Kita ke rumah Ibu, Yah?" tanya Rey dengan mata berbinar. Ingat bahwa ingatan seorang bocah itu sangat tajam? Begitu pun dengan Rey. Dia ingat betul rumah yang saat ini mereka datangi.
"Ibu lagi sakit, Bang. Jadi, nanti Abang jangan nakal, ya. Kalau Ibu sakit, biasanya nggak mau diganggu."
Rey mengangguk mantap, seakan mengerti. Selanjutnya, dia langsung meloncat kegirangan begitu turun dari mobil. Apalagi ketika melihat ada banyak penghuni rumah ini. Dia yang biasa sendiri, langsung tersenyum senang, merasa punya banyak teman. Yeah, risiko keluarga kecil.
"Salam, Bang!" tegur Rio mengingatkan.
"Assalaamu'alaikum," keduanya mengucap kompak dan dijawab oleh penghuni rumah.
"Yo, Vira belum makan. Sekarang coba kamu suruh makan, biar Rey bersama kami."
Kalimat pertama dari Budhe Rila membuat Rio menghela napas. Masa iya masalah makan dia juga yang urus? Rey saja kalau lapar suka minta makan kepada Simbok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Ibu
HumorMasa lalu itu ada bukan untuk dilupakan. Masa lalu itu ada sebagai alasan untuk hari ini. Selamanya, kita tidak akan bisa untuk mengubahnya. ~Dia tidak hanya mencari seorang istri, melainkan ibu untuk anaknya.~ ~Dia tidak hanya mencari seorang suami...