Assalaamu'alaikum.
Cerita Rio dan Vira resmi tutup lapak sampai di sini ya, teman-teman. Terima kasih atas apresiasi, kritik, juga sarannya selama ini. Saat ini cerita saya yang sedang berjalan hanya 'Serenyah Rasa'. Sila mampir ke lapak sebelah jika berkenan :)
Salam sayang,
Alyaaa.♥♡♥♡
Rey -17 th
Ziya+Uzan -12th
Rana-11th"Abangggg! ikuttttt!"
Rey memutar bola mata. Dia sedang tidak ingin ditempeli adiknya yang satu ini.
"Abang mau ke tempat Bang Uzan, Ran. Mau main game, kamu di rumah aja. Nanti bosan di sana."
"Ikut, nanti Rana bisa main sama Kak Ziya."
"Ziya kan sore ini ada les, baru pulang menjelang Maghrib," jelas Rey.
Rana memanyunkan bibir, menatap Rey dengan tidak suka.
"Kamu di rumah aja sama adek," tambah Rey kemudian.
"Bosan, Kak. Kerjaan Rana kalau nggak sekolah ya cuma di rumah main sama adek. Kak Ziya les mulu. Lagian itu Bang Uzan kenapa nggak ikut les? Kan dia mau ujian juga."
"Bang Uzan udah pinter katanya, jadi nggak perlu ikut les."
"Jadi, gimana? Di rumah aja, ya?"
Rey harap-harap cemas, dia sih maunya Rana tetap tinggal di rumah jadi dia bebas melakukan apa pun.
"Ibuuuuu! Abang ni mau pergi mulu, Rana nggak diajakin! Adeknya abang itu Bang Uzan apa Rana, sih? Yang diajakin main kok Bang Uzan terus?"
Jurus terakhir yang selalu digunakan Rana kalau keinginannya ditolak Rey, mengadu. Rey langsung menghela napas. Repot ya punya adik cewek? Contohnya Rana ini, bawel juga cengeng.
"Abang," tegur Vira yang baru muncul dari arah dapur.
"Bentar aja kok, Bu. Nanti pas adzan Maghrib udah di rumah, ya maksimal pas Isya deh."
"Adiknya diajak kenapa? Kasihan, tuh udah manyun-manyun."
Rey melirik Rana, benar saja, wajahnya suram.
"Tiap kali diajakin ke sana kalau nggak ada Ziya kan Rana langsung minta pulang, Bu. Ngapain ikut kalau kayak gitu."
"Nah, bener tuh kata abang, Kak. Kamu di rumah aja. Di sana juga kamu bosan nanti."
"Tapi, Bu...."
Rey manggut-manggut, senang sekali mendapat dukungan dari ibunya. Berbeda dengan Rana yang semakin manyun dan berjalan sambil menghentakkan kaki, enggan menyelesaikan kalimatnya. Begitu sampai kamar, dia langsung menutup pintu dengan keras.
Astaghfirullah.
Rey menatap Vira dengan tidak enak, merasa bersalah telah membuat Rana membanting pintu.
"Udah sana pergi, jangan lupa sebelum Maghrib pulang. Kalau nggak, dia ngadu ke ayahnya nanti," ujar Vira.
"Tukang ngadu."
"Kamu sih, Bang. Suka banget bikin Rana ngambek."
Rey tertawa. Entah sudah berapa kali Rana marah sampai menangis karenanya. Tidak terhitung.
"Udah ah, Bu. Abang jalan, ya. Assalaamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalaam."
Rey mengambil sepeda yang sudah ada di halaman. Namun, bukannya berbelok ke arah kiri, dia justru menyeberang dan mengambil arah kanan. Dia tidak jadi pergi ke rumah Fauzan, anak itu pasti sibuk belajar untuk ujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Ibu
HumorMasa lalu itu ada bukan untuk dilupakan. Masa lalu itu ada sebagai alasan untuk hari ini. Selamanya, kita tidak akan bisa untuk mengubahnya. ~Dia tidak hanya mencari seorang istri, melainkan ibu untuk anaknya.~ ~Dia tidak hanya mencari seorang suami...