"Beneran abang mau punya adik, Bu?" tanya Rey memastikan kepada Vira.
Vira akhirnya memutuskan untuk memberitahukan hal ini kepada Rey. Rasanya ada kebahagian tersendiri ketika dia bisa mewujudkan keinginannya. Dia mengusap rambut Rey sambil mengangguk pelan.
Rey menatap Vira dengan berbinar.
"Asikkk! Abang punya adik sendiri!" teriak Rey sambil turun dari kursi. Dia kegirangan. Namun, tidak lama kemudian aksinya berhenti. Dahinya terlihat berkerut memikirkan sesuatu.
"Bu!"
"Ya?" tanya Vira sambil mengernyitkan dahi.
"Adiknya ada di perut ini, ya?" Rey bertanya sambil mendekat ke Vira dan menunjuk perut yang masih terlihat datar.
"Iya, Bang."
Rey terlihat berpikir, tidak puas dengan jawaban dari Vira.
"Kenapa, Bang? Ada yang salah?"
"Kok perutnya ndak gede, Bu? Nte Rara sama Bu Guru pas mau punya adik perutnya gede."
Vira tertawa, lucu dengan tingkah Rey yang tiba-tiba diam dan ternyata karena penasaran dengan perutnya yang datar. Ya ampun, Rey!
"Nanti nambah gede, Bang. Sekarang dedeknya masih kecilllllll banget," kata Vira sambil menyatukan telunjuk dan ibu jari.
Rey mengangguk-anggukan kepala sambil bergumam. "Ohh, gitu."
Dalam hati, Vira berdoa semoga anaknya kelak bisa menjadi anak yang menggemaskan seperti Rey. Sejujurnya dia ingin anak perempuan biar keluarganya lengkap, tetapi menginginkan hal itu sama saja seperti mengkhianati Rey. Ah, sudahlah. Anak itu adalah karunia dari Allah SWT, baik laki-laki maupun perempuan adalah titipan. Dia tidak ingin banyak meminta, asalkan bayinya sehat itu sudah cukup.
Jam menunjukkan pukul 15.30. Rey masih terus bertanya soal calon adiknya.
"Abang, ngobrolnya nanti lagi. Sekarang mandi, yuk? Ini hari Rabu, abang ngaji lho."
"Ngajinya libur, Bu."
"Kata siapa?" tanya Vira heran. Setahunya tidak ada info kalau pengajian diliburkan.
"Kata abang, kan abang hari ini mau nemenin dedek."
Belum lahir saja sudah malas seperti ini, apalagi kalau nanti sudah lahir. Vira menggelengkan kepala geli. Rey sesekali mengusap perutnya dan berbicara sendiri.
"Abang nggak boleh malas. Sekarang ngaji biar pinter, terus nanti adiknya diajarin ngaji sama abang."
"Abang udah pinter."
"Masa?"
"Iya. Ini ibu dengerin abang nyanyi, ya.
~Alif, Ba', Ta', Tsa', Jim, ... Hamzah, Ya'!~"
Rey menyanyikan huruf hijaiyah sama seperti video Ipin-Upin yang mengaji. Video itu sering dimainkan Vira ketika Rey menjelang tidur.
"Itu lagu, Bang. Coba kalau huruf jim bentuknya gimana?" tanya Vira kemudian.
Rey terdiam sebentar, lalu bersorak tidak lama kemudian.
"Ah! Abang tahu. Huruf jim itu tangannya Om Bajak Laut."
"Ta?"
"Perahu punya Alvin."
"Wihhhh, abang pinter, ya?" puji Vira tulus.
"Iya, kan abang suka nonton Diva sama Mpus yang main ke taman hijaiyah."
Vira tersenyum puas, memutarkan video kepada Rey memang bermanfaat. Terbukti dari video yang dia download membuat Rey hafal huruf hijaiyah, meskipun baru pelajaran dasarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Ibu
HumorMasa lalu itu ada bukan untuk dilupakan. Masa lalu itu ada sebagai alasan untuk hari ini. Selamanya, kita tidak akan bisa untuk mengubahnya. ~Dia tidak hanya mencari seorang istri, melainkan ibu untuk anaknya.~ ~Dia tidak hanya mencari seorang suami...