•IP 4 - First Chat

35.8K 2.1K 47
                                    


Seusai berlatih basket, Kenan langsung pulang menuju rumahnya. Tadi mama nya menelpon bahwa papa nya telah pulang dari luar kota dan sekarang sudah berada di rumah. Kenan sangat senang mendengar bahwa papa nya berada di rumah, itu artinya mereka dapat bermain basket bersama.

Sesampainya dirumah, Kenan langsung masuk dan mencari keberadaan papa nya. Ternyata papa nya sedang berada di ruang tengah menonton tv bersama mamanya.

"Papa!!!" teriaknya sambil berlari ke arah papa nya.

Mendengar seruan anak sematawayangnya, Seno, papa Kenan, langsung berdiri dan menyambut putra satu-satunya.

"Kenan kangen," ucapnya dipelukan sang papa. Kenan seperti bocah 5 tahun yang merindukan papa nya yang jarang berada di rumah. Papa Kenan memang jarang berada dirumah karena pekerjaan yang mengharuskannya sering pergi ke luar kota bahkan luar negeri.

"Masuk rumah bukannya salam malah teriak." Omel Dena.

Sedangkan Kenan hanya memasang ekspresi tak peduli. Ia sangat merindukan papa nya, tapi bukan berarti ia seperti anak perempuan yang memeluki papa nya dengan lama. Setelah berpelukan singkat tadi, Kenan langsung duduk di samping papa nya.

"Pa, besok kita main basket yuk." Ajak Kenan dengan wajah sumringah. Ia sangat senang sekali saat bermain basket dengan papa nya.

"Papa kamu tuh baru sampai, harus banyak istirahat. Nanti kalau ada kerjaan lagi, papa mu susah untuk istirahat."

Mendengar ucapan mama nya, wajah Kenan langsung berubah datar. Pupus harapannya untuk bisa bermain bersama papa nya.

Seno menepuk pundak anak lelaki nya itu. Satu-satunya jagoan yang ia miliki.

"Asik nggak sekolahnya? Temen kamu ada yang aneh nggak sama kamu?" tanya Seno.

Kenan menggeleng, kemudian menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. "Enggak kok pa, semua nya gaada yang aneh. Lagian Kenan juga nggak buat aneh-aneh. Jadi apa yang harus di anehin?"

"Kan papa nanya, siapa tahu ada yang gimana gitu sama kamu, tahu kamu indigo."

Kenan tertawa. Ia tak berpikir jika papa nya akan memikirkan hal tentang itu. "Kan papa liat sendiri, ngga ada yang pernah anggap Kenan aneh. Dan Kenan punya banyak teman kok. Kenan ga di bully kok pa," ucapnya diselingi kekehan.

Seno mengangguk-angguk, "Tapi anaknya teman papa ada yang dijauhin sama teman-temannya tahu kalau dia indigo."

Kenan menatap papa nya bingung, dahi nya mengkerut menimbulkan garis-garis lengkung disana. "Dijauhin gimana maksudnya? Ngga ditemenin siapa-siapa gitu?"

"Ya begitu lah. Tapi dia perempuan, seumuran kamu kok. Namanya siapa ma?" tanya Seno kepada Dena.

"Inara, anaknya Varrel sama Risha." Jawab Dena.

Inara?

Kenan berpikir sebentar, sepertinya ia pernah mendengar nama itu baru-baru ini. Ah iya, Inara temannya Asya. Kenan ingat gadis itu. Gadis manis yang ditemuinya di rumah Asya kemarin malam. Ia tersenyum membayangkan kembali wajah gadis itu.

Manis.

Itulah satu kata pendeskripsian Kenan untuk Inara.

"Kenapa senyum-senyum? Habis liat setan cantik dimana?" tanya Dena melihat anaknya yang melamun sambil tersenyum.

Tanpa menjawab pertanyaan Dena sang mama, Kenan langsung beranjak menuju kamarnya. Pikirannya saat ini penuh dengan wajah gadis yang baru ditemuinya kemarin. Terlalu cepat terpikat.

000

Setelah mandi, Kenan langsung memainkan ponselnya yang tergeletak di ranjang. Asik menggulirkan beranda instagram, Kenan langsung berpikiran untuk mengirimkan pesan pada seseorang.

Sya, gue minta kontak Inara.

Itu pesan yang sangat to the point. Tanpa basa-basi dan langsung ke inti pembicaraan. Tak lama ponsel Kenan berdenting menandakan ada pesan yang masuk.

Buat apa? Jangan macem-macem.

Kenan terkekeh. Memangnya Kenan penjahat yang berbuat macam-macam kepada anak gadis orang. Kenan tidak sejahat itu.

Dengan cepat ia kembali mengetik balasan. Setelah pesan kedua sukses terkirim, Kenan meletakkan ponselnya dan merebahkan dirinya di kasur.

"Lama banget sih di balas, padahal udah dibaca." Ucap Kenan begitu mengecek kolom obrolannya dengan Asya.

Selang beberapa menit, Asya pun membalas pesannya. Asya mengirimkan kontak Inara kepada nya. Dengan cepat ia add kontak Inara, dan mengetikkan pesan juga.

Hai. Addback ya jangan lupa

Setelah pesan itu terkirim kepada Inara, Kenan kembali membuka kolom obrolannya dengan Asya. Terdapat lagi pesan yang dikirimkan oleh gadis itu.

Jangan aneh-aneh lo, jangan bikin gue malu sebagai sepupu. Lagian buat apa sih lo minta kontaknya Inara? Suka ya lo?

Kenan hanya tersenyum melihat pesan itu. Kenan pun langsung menutup kolom obrolannya dengan Asya dan beralih pada roomchatnya dengan Inara.

Udah.

Balas gadis itu singkat, padat dan jelas.

Kenan N : Lagi apa?

Kenan kembali menuliskan pesan untuk Inara. Beberapa detik kemudian, ponselnya berdenting dan terlihat Inara membalas pesan darinya.

Varisha Inara : Baca novel

Kenan N : Jangan tidur kemalaman, ntar insom. Goodnight.

000

Inara yang sedang membaca novel dikamarnya, menatap bingung ponselnya yang menyala yang menampakkan seseorang telah mengirimkan pesan untuknya.

Kenan N : Jangan tidur kemalaman, ntar insom. Goodnight.

Lelaki itu sudah mengirimkan pesan sejak tadi, dan Inara membalasnya. Ia tahu Kenan mendapatkan kontaknya darimana. Karena tadi Asya mengiriminya pesan bahwa Kenan meminta kontaknya, dan Inara berucap boleh saja.

Setelah itu tak lama, ia mendapat pemberitahuan bahwa Kenan menambahkannya sebagai teman. Kenan juga langsung mengirim pesan agar dapat di addback olehnya. Inara pun me-addback Kenan dan membalas pesan cowok itu kalau ia sudah melakukannya.

Berlanjutlah sebentar chat mereka, sampai Kenan mengatakan hal tak terduga. Lelaki itu seperti memberikannya perhatian. Hati Inara cukup bergetar karena itu, tetapi ia tidak mau geer dulu. Padahal dalam hatinya ia juga senang di chat oleh Kenan.

Inara tidak membalas pesan itu, ia hanya membacanya saja. Inara tidak tahu harus membalas apa, jadi ia biarkan saja pesan itu. Ia kembali fokus membaca novelnya. Tetapi rasanya ia menjadi kurang fokus, ia menjadi memikirkan mengapa Kenan mengirimkannya pesan tiba-tiba seperti ini.

Inara tersenyum sejenak merasakan dadanya yang berdegup sedikit kencang. Ia belum pernah merasakan seperti ini. Ia pun tak tahu apa yang di alaminya sekarang. Inara terlalu polos untuk bisa tahu.

Berusaha yang terbaik.

Thanks sudah baca, vote dan komentar

See you the next part

Salam,

Wulan Purnamasari

INDIGO PAIR 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang