Jam kosong seperti ini Inara sangat merasa bosan. Teman-teman di kelasnya saling bercerita satu sama lain, dan ada juga yang sengaja ke kantin.
Inara hanya duduk ditempatnya membaca novel sembari menyumpalkan headset di kedua telinganya. Sedangkan Asya yang berada disampingnya, memainkan sosial media nya.
Merasa bosan membaca novel, Inara membuka sosial media juga yang ada di ponselnya. Sebelumnya ia membuka aplikasi chatnya, terlihat disana ada pesan yang belum ia baca dan itu dari Kenan. Dan pesan itu terkirim beberapa saat lalu. Inara membuka chatroom nya dengan Kenan.
Makan di kantin bareng ya nanti.
Inara cukup terkejut melihat chat itu dari Kenan. Anak itu mengajaknya makan dikantin bersama. Sungguh di luar dugaan dan tak terduga. Ada rasa getar terselip di dada Inara membaca pesan tersebut. Entah mengapa melihat pesan dari Kenan membuat dadanya berdegup, apalagi saat didekat lelaki itu. Ia tak bisa mengontrol detak jantungnya yang berdegup cepat.
Kedua kali nya, Inara hanya membaca pesan itu. Menutup chatroom nya dengan Kenan. Toh, nanti di kantin akan ketemu juga. Inara kemudian membuka sosial media lainnya.
Asik-asiknya mendengarkan musik sambil memainkan ponsel, tiba-tiba ada yang menggoyangkan tangannya. Inara menoleh ke arah Asya yang tadi menggoyangkan tangannya. Asya memberi kode untuk Inara menghadap ke depan. Saat Inara mengalihkan pandangannya seperti yang dikode Asya, untuk kedua kalinya lagi hal ini tak terduga.
Kenan duduk di kursi yang ada di depannya dan menghadap ke arah Inara. Kenan tersenyum melihat gadis itu. Alis Inara hanya mengerut dengan kehadiran Kenan yang tak pernah dipikirkannya.
Kenan berpindah ke sampingnya, tepatnya duduk dikursi Asya. Inara pun tak tahu kemana Asya, anak itu tiba-tiba hilang saja. Inara mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, tetapi anak perempuan itu tidak ada.
Inara kembali menatap Kenan yang kini sudah ada di sampingnya. Lelaki itu masih menatapnya juga dengan senyum yang tak pudar sedari tadi. Inara membalas senyum itu kikuk. Dadanya berdegup kuat dari sebelumnya.
Tak disangka, Kenan mengambil sebelah headset yang ada di telinga Inara lalu memasangnya juga di telinganya. Lagu yang mengalun begitu pas dengan keadaan sekarang ini. Kenan bersenandung kecil mengikuti nada lagu yang di dengarnya.
Nafas Inara tercekat. Jaraknya dengan Kenan kini sangat dekat. Lengan mereka sampai bersentuhan, itu membuat Inara merasa jantungnya kini beritme lebih cepat. Ia menjadi kaku untuk bergerak. Sedangkan Kenan sungguh terlihat santai sekali. Padahal di dalam dadanya juga merasakan gejolak yang sama.
Terdengar bunyi bel istirahat, Kenan pun melepaskan headsetnya dan berdiri. Inara langsung menatap Kenan yang bergerak menjauh darinya.
"Yuk ke kantin," ajak Kenan dengan senyumnya.
Inara mengangguk dan menyimpan headsetnya di dalam tasnya, sedangkan ponselnya ia bawa. Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin. Tak ada suara yang keluar dari mulut keduanya. Sibuk merasakan gejolak di dada masing-masing. Apa yang dirasakan kini sungguhlah beda. Secepat itu kah?
Sesampainya di kantin, Kenan langsung mengajak Inara bergabung dengan teman-temannya yang sudah terlebih dahulu dikantin. Inara pun melihat ada Asya juga disana. Ia sedikit bingung kenapa Asya bisa berada di sana, bersama ketiga teman Kenan.
"Aduh pada bawa doi masing-masing. Kita berdua kapan Rey?" ujar Titan begitu Inara dan Kenan sampai di meja mereka.
Asya menoleh dan mendapati yang datang bersama Kenan. Ia sudah tak kaget lagi melihat Kenan dengan Inara, karena ia tahu. Inara menatap Asya juga, pandangan bertanya dilemparkan pada Asya. Asya pun menjawab "nanti" tanpa bersuara. Maksudnya nanti ia akan menjelaskan mengapa ia bisa berada disana. Asya tahu apa yang akan ditanyakan Inara.
"Kita? Lo aja keles." Ucap Rey sinis.
"Tau gue tau. Sombong lo sekarang udah punya doi." Tutur Titan. Di sini hanya dia yang sepertinya tak punya gandengan. Ia sunggu mengasihani dirinya sendiri, dikepung oleh orang-orang yang tak sendiri.
"Liat aja nanti gue punya doi, kaget semua lo pada." Ujar Titan sombong sembari melipatkan kedua tangannya di depan dada.
"Bodo amat, Tan." Ujar ketiga temannya bersamaan. Titan memasang wajah sok merajuk.
"Sya kita cari tempat lain aja yuk, gaenak disini banyak nyamuk." Ujar Ferro. Kemudian ia berlalu bersama Asya.
"Gue lempar juga lo," ucap Titan dengan botol kecap ditangannya hendak melempar Ferro. Tapi setelahnya botol kecap itu ia letakkan lagi ditempatnya. Mana mungkin Titan tega melemparkan kecap pada temannya sendiri.
Inara hanya diam sedari tadi. Ia tak tahu harus berbuat apa. Kenan yang menyadari itu langsung merangkul Inara. Gadis itu sedikit menegang ketika tangan Kenan melingkar dibahunya.
"Rileks, ngga digigit kok." Bisiknya.
Inara mengangguk, tak tahu apa yang harus dilakukannya kini. Diam adalah yang terbaik menurutnya.
"Lo Inara kan? Yang indigo itu?" tanya Rey tiba-tiba. Inara menatap lelaki itu, lalu mengangguk.
Kenan tidak terkejut mendengar Inara indigo. Karena ia sudah tahu dari Asya yang bercerita padanya.
"Sama dong sama Kenan," sambung Titan. Inara pun tak terkejut mendengar dirinya sama dengan Kenan. Karena ia sudah tau juga kalau Kenan indigo.
"Gue duluan ke kelas deh," ujar Titan kemudian berjalan meninggalkan kantin. Begitu juga dengan Rey, ia bilang ingin bertemu Gehna.
Kini sisa lah mereka berdua, Kenan dan Inara. Terjadi hening beberapa saat, kembali merasakan hal berbeda. Tapi dengan cepat Kenan dapat menguasai suasana.
"Mau makan apa?" tanyanya.
"Roti aja, bentar lagi masukan." Jawab Inara. Dengan cepat Kenan membelikan roti untuknya. Tak lama Kenan kembali dengan dua roti di tangannya, satunya ia berikan kepada Inara.
Saat Inara hendak mengeluarkan uang dari sakunya, Kenan langsung mencegahnya. "Lo mau apa? Gausah diganti uang gue, kan lagian gue yang ngajak ke kantin." Inara pun mengangguk.
Tak terasa bel kembali berbunyi, menandakan bahwa ini jam pelajaran selanjutnya. Inara dan Kenan pun berjalan bersama meninggalkan kantin.
"Nanti pulang sama siapa?" tanya Kenan begitu mereka sampai di depan kelas Inara.
"Dijemput bokap." Jawabnya. Kenan mengangguk paham.
"Pulang sama gue aja gimana?" tawar Kenan. Inara terlihat berpikir, kemudian mengangguk menerima ajakan Kenan. Entah kenapa ia tak bisa menolaknya. Sungguh sayang jika ditolak.
"Oke. Sampai ketemu nanti." Kenan pun berlalu melanjutkan langkahnya menuju kelasnya yang tinggal beberapa langkah lagi. Kenan pun tersenyum dan senang dalam hatinya, dapat pulang bersama Inara lagi.
Inara berjalan masuk ke dalam kelasnya. Bibirnya tertarik membentuk senyuman. Tak ia kira hal ini bisa dirasakannya.
Salam,
Wulan Purnamasari
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO PAIR 1
HorrorInara dan Kenan memiliki kelebihan yang tak biasa. Dapat melihat sesuatu yang gaib adalah hal yang berbeda bagi kebanyakan orang. Inara sempat dijauhi oleh teman sekolahnya karena hal itu. Namun di SMA ini, ia tak lagi dijauhi. Ia akhirnya mendapatk...