•IP 11 - Kedekatan Asya dan Ferro

23.6K 1.2K 14
                                    

Ferro dan Kenan berjalan menuju kelas X 5 yang tak jauh dari kelas mereka sendiri. Hanya satu koridor yang akan mereka lewati untuk sampai di kelas itu. Mereka sengaja keluar kelas lebih awal, karena guru mereka yang mengajar juga tidak ada. Mereka ke kelas sebelah karena mereka tahu juga, kalau guru yang mengajar dikelas itu tidak ada juga.

Sesampainya di kelas itu, mereka langsung melangkahkan kaki untuk menghampiri orang yang mereka cari. Ferro menghampiri Asya, dan Kenan menghampiri Inara.

Melihat kedatangan Ferro, gadis itu sedikit terkejut. Tanpa basa-basi Ferro langsung mengajak Asya untuk mengobrol berdua diluar kelas. Sedangkan Kenan, ia biarkan bersama Inara disana.

Ferro mengajak Asya duduk di kursi yang memang setiap koridor ada. Koridor masih terlihat sepi, mengingat ini masih jam pelajaran. Ferro menarik napasnya dalam sdan mengeluarkannya perlahan.

Asya hanya diam menunggu kalimat apa yang akan diucapkan Ferro padanya. Ia memandang lapangan yang kini di isi oleh kelas yang sedang pelajaran olahraga.

"Gue suka sama lo, Sya."

Asya terkejut bukan main. Apa yang dikatakan Ferro tadi begitu jelas terdengar ditelinganya. Ia menatap Ferro dengan tatapan bingung dan tidak percaya. Apakah yang di dengarnya itu benar?

Ferro kembali menghela napasnya. Ia tahu ini terlalu cepat. Bahkan mereka baru dekat beberapa hari yang lalu, itupun karena dirinya bertukar pesan dengan Asya. Tapi entah mengapa, ia merasa nyaman dengan Asya. Padahal yang mereka tahu, mereka baru kenal.

Waktu Ferro datang bersama Kenan untuk menjenguk Asya, mulai dari situ Ferro langsung merasa ia tertarik pada Asya. Dan ia yakin perasaannya ini bukan sekedar tertarik. Begitu cepat menaruh hati pada seseorang.

"Gue tau apa yang gue bilang barusan belum bisa lo terima. Karena kita baru dekat, itupun dari chat." Ujar Ferro menatap gadis yang berada di sampingnya itu.

"Bukan tentang itu Ro. Masalahnya lo terlalu cepat buat naruh hati, gue takut rasa lo itu cuma sementara karena tertarik dengan gue yang selalu balas chat lo." Asya menatap Ferro. Lelaki itu menggeleng pasti.

"Gue udah yakin Sya, apa yang gue rasa ini bukan sementara atau sekedar tertarik karena lo balas chat gue. Tapi gue ngerasa ini semua berbeda, gue merasa ada yang peduli sama gue saat dekat lo Sya."

Asya hanya diam. Ia tak mengerti, ia pun tak tahu perasaanya. Selama ia dekat dengan Ferro, belum ada rasa yang membuatnya merasa beda. Semuanya datar. Ia butuh waktu untuk memikirkan hal ini.

"Gue hanya menyampaikan apa yang gue rasa, Sya. Gue belum bilang gue nembak lo. Karena perkataan itu nanti bakal gue ucap saat lo udah siap."

Asya tak tahu harus berkata apa. Ia pun bingung, biarkan dia merasakan dulu semuanya.

Ferro pun tidak memaksakan gadis itu untuk menyukai nya juga. Karena semua butuh waktu dan apa yang dikatakannya barusan terlalu dalam waktu singkat. Mungkin Asya sendiri pun belum yakin dengan perasaannya. Tapi dengan seiringnya waktu, semua ini akan terbukti kalau ia tak main-main.

Bersama dengan Asya membuat Ferro merasa ada yang peduli. Membuatnya merasa ada diantara orang-orang. Ferro akan berusaha membuat Asya yakin.

"Ngga usah terlalu dipikirin. Kita jalanin aja dulu kayak gini, nanti kalau tiba waktunya ada saat dimana kita saling percaya." Ucap Ferro pelan.

Kini koridor mulai ramai, bel istirahat sudah berbunyi beberapa detik lalu. Ferro pun mengajak Asya ke kantin bersama. Gadis itu tidak menolak ajakkannya. Ia kira setelah ini, gadis itu akan mengabaikannya ternyata tidak. Masih diam namun tidak menolak.

Sesampainya di kantin, Ferro mengajak Asya duduk bergabung bersama Titan dan Rey yang sudah berada di sana sebelum Ferro keluar dari kelasnya.

"Siapa Ro?" tanya Rey begitu mereka telah duduk.

"Asya. Sepupunya Kenan." Jawab Ferro secukupnya. Rey pun mengangguk paham.

"Ferro punya gandengan ga pernah bilang," ucap Titan. Sedangkan Ferro hanya diam tak menggubris perkataan temannya itu.

"Gue pesen makan dulu," ucapnya pada Asya. Gadis itu mengangguk.

"Gue juga," sambung Titan.

"Ngga ada buat lo." Ucap Ferro kemudian berlalu menuju kios yang menjual bakso.

Asya hanya berdiam diri disana. Ia tak kenal dua orang yang ada di depannya ini. Mereka pun sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Selang beberapa menit, Ferro kembali dengan dua mangkok bakso ditangannya. Asya berucap terima kasih pada Ferro, kemudian mereka pun menikmati makanan berkuah itu.

Setelah mereka sudah selesai makan, tak terduga Kenan datang bersama Inara. Bergabung bersama mereka. Inara terlihat terkejut dengan adanya Asya disana. Inara belum tahu kalau Asya dekat dengan Ferro, masih sebagai teman.

Dan saat itu pula mulut Titan sang jomblo mulai berkicau. Melihat temannya yang membawa gandengan masing-masing. Rey memang sendiri disana, tetapi ia juga punya gandengan walaupun saat ini mereka sedang tak bersama.

Malas mendengarkan jomblo berkicau, Ferro pun langsung mengajak Asya pergi dari kantin. Tak peduli ocehan Titan untuknya karena pergi begitu saja.

"Nanti pulangan sama gue ya?" ujar Ferro saat mereka berjalan melewati koridor kelas lain.

"Kenapa?" begitu bodohnya Asya, merutuki mengapa pertanyaan konyol terlontar.

"Ya mau ngantar lo pulang. Jangan anggap ini salah satu rencana gue bikin lo punya perasaan sama gue, karena gue mau itu timbul dari diri lo sendiri tanpa paksaan. Dan ajakan gue ini murni, tanpa ada maksud terselubung." Titah Ferro, mencegah gadis disampingnya berpikiran macam-macam.

Asya terkekeh. Padahal ia tidak memikirkan hal sejauh itu. Kemudian Asya mengangguk tanda menyetujui ajakan Ferro mengantarnya pulang.

"Gue balik ke kelas ya," ucap Ferro kemudian melanjutkan langkahnya sampai di kelasnya sendiri.

Asya mengangguk tersenyum, melihat Ferro yang melangkah menuju kelasnya. Tubuh itu terlihat sangat tegap, padahal Asya tidak tahu saja kalau di dalamnya sangatlah rapuh.

Part yang pendek ya, inii tuh sebenarnya cuma selingan dari cerita nya Inara dan Kenan. Gue suka sama Ferro yang sok tegar wqwq

Ferro tiba-tiba bilang suka gitu ya, padahal dia mah baru deket sama Asya. Tapi namanya perasaan mana bisa dicegah, ya nggak?

Sampai ketemu di part selanjutnya, makasih vote dan komentarnya.

Salam,

Wulan Purnamasari

INDIGO PAIR 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang