•IP 1 - Diterima

52.3K 2.9K 39
                                    

Menjadi siswa baru itu sangatlah asik. Mendapat teman baru, suasana baru, seragam baru atau bahkan harapan dan semangat baru.

Inara merasakan itu semua. Sekarang ini, Inara sedang berada di kelas mengikuti pelajaran hari pertamanya setelah mengikuti kegiatan orientasi siswa selama tiga hari. Kini ia resmi menjadi siswa SMA.

Perbedaan sangat dirasakan olehnya ketika ia baru saja menginjakkan kaki di sekolah ini. Ia pun tak menyangka bahwa ia akan sesenang ini. Inilah yang diharapkannya sejak dulu, ia sangat bersyukur.

"Nara nanti kita ke kantin bareng aja ya." Begitu ucap teman yang berada di sampingnya. Inara mengangguk sambil tersenyum.

Inilah keinginannya. Sebuah keinginan yang tidak muluk-muluk sejak dulu. Mendapat teman yang mengajaknya untuk ke kantin bersama sudah sangat cukup membuatnya merasa di terima.

Seorang gadis yang duduk di sampingnya bernama Asya Feranda. Seorang gadis yang pertama kali mengajaknya berkenalan saat masa orientasi. Ia orang yang baik, dan Inara sangat beruntung menemukan orang seperti Asya.

Ketika masa orientasi Inara dan Asya berbeda kelas. Waktu mereka berkenalan itu, pada saat keduanya tak sengaja bertemu di toilet. Dan di situlah awal pertemuan mereka. Dan yang tak Inara sangka, ia sekelas dengan Asya begitu pembagian kelas tetap.

Mengetahui itu, Inara memberanikan diri untuk mengajak Asya duduk bersama dengannya. Sungguh gugup saat diriya menegur Asya. Ia takut jika gadis itu lupa atau bahkan tak mau berteman dengannya. Tapi yang ia pikirkan salah, ketika ia menyapa, respon gadis itu diluar apa yang otaknya pikirkan.

Respon Asya begitu baik. Ia senang mengetahui dirinya sekelas dengan Inara. Bahkan ia juga menerima ajakan Inara untuk duduk berdua dengannya. Inara pun sangat bahagia. Ini pertama kalinya dalam dirinya merasakan gembiranya memiliki teman.

"Yuk Na, udah bel istirahat." Ajak Asya begitu mendengar bel istirahat berbunyi dan guru yang mengajar pun sudah keluar kelas sejak tadi.

Kedua gadis itu berjalan beriringan menuju kantin. Saat mereka sampai di kantin, Inara langsung berinisiatif untuk memesankan makanan juga untuk Asya. Dan Asya mencari meja kosong untuk mereka.

Setelah mendapatkan apa yang ia pesan, Inara langsung mencari keberadaan Asya dengan mengedarkan pandangannya. Ternyata Asya berada tak jauh darinya. Ia langsung berjalan mendekat dan duduk bersama dengan teman barunya itu.

Selang beberapa detik, ada siswi datang menghampiri meja mereka.

"Boleh kan makan bareng disini?" tanya seorang gadis bernama Dilla yang juga teman sekelas mereka.

Inara dan Asya mengangguk. Dilla pun ikut duduk bersama teman yang lainnya yang datang bersamanya.

Inara merasa senang dalam hati. Ia tak mengira akan mendapatkan teman yang ingin makan semeja dengannya dikantin.

"Lo beneran indigo, Na?" tanya Fira yang juga sekelas dengan Inara. Ia datang bersama dengan Dilla tadi.

Inara tanpa ragu mengangguk.

"Berarti lo sering lihat makhluk gaib dong?" lanjut Dilla. Dan lagi Inara mengangguk pasti.

"Lo jangan ngangguk mulu, jawab pake suara dong." Ucap Dilla kepada Inara yang ditanya hanya membalas anggukkan.

"Iya." Ucapnya sambil tersenyum.

Inara bukannya tak mau bicara, tetapi ia kaku. Baru kali ini ia merasakan benar-benar berinteraksi dengan teman sekolahnya.

Semua orang telah tahu bahwa Inara indigo. Inara sendiri yang mengatakannya. Ia sengaja memberitahukan itu karena ia ingin mendapat teman yang benar-benar menerimanya. Inara sempat berpikir, kalau di SMA ini ia tak yang mau berteman dengannya, ia tak apa. Karena tujuannya sekolah adalah menuntut ilmu. Tapi ternyata, yang dipikirkan tentang ia tak mendapat teman itu salah. Nyatanya ada yang mau berkomunikasi dengannya seperti sekarang ini.

"Gue juga denger, ada anak kelas sebelah yang indigo juga sama kayak lo." Ujar Fira.

Inara terkejut. Ia kira hanya dia yang indigo disekolah ini, ternyata ada juga yang sama sepertinya.

"Siapa?" tanya Inara. Ia ingin tahu orang itu yang memiliki persamaan dengannya.

"Tapi dia cowok. Namanya itu—"

"Kenan kan?" tanya Dilla memastikan.

"Iya, namanya Kenan. Dia kelas sepuluh empat. Ganteng kok." Ucap Fira.

"Yang ganteng aja, inget lo." Tutur Dilla membuat Fira menyengir.

Bel masuk kelas pun berbunyi. Siswa siswi yang berada di kantin pun langsung berhambur meninggalkan kantin untuk segera kembali ke kelas.

Begitu juga dengan Inara dan ketiga teman barunya. Berjalan menuju kelas sambil bercakap-cakap ringan. Baru kali ini Inara merasakan mempunyai teman dan berinteraksi seperti yang seharusnya.

000

Jam pulang pun tiba. Dengan segera semua murid ingin keluar kelasnya dan beristirahat dirumah.

Asya dan Inara berjalan bersama menuju gerbang sekolah untuk menunggu jemputan mereka.

"Kenan itu saudara gue." Ucap Asya tiba-tiba.

Inara mengerinyitkan keningnya mendengar perkataan Asya. Ia mencoba mengingat, mengapa Asya tiba-tiba bicara soal Kenan.

Oh ya, sekarang Inara ingat. Tadi ketika di kantin bukannya Dilla dan Fira membicarakan lelaki itu, yang juga diduga anak indigo.

"Saudara?" tanya Inara memastikan tentang apa yang di dengarnya.

"Sepupu lebih tepatnya." Ucap Asya membenarkan.

"Kenan yang anak indigo itu?"

Asya mengangguk.

"Beneran dia indigo?" tanya Inara lagi.

"Ya dia beneran indigo. Tapi dia jail, gue ga suka."

"Kenapa?"

"Suka nakutin orang."

Inara tertawa kecil. Ia juga sering menakuti adikknya. Inara memang mempunyai adik, bernama Varisha Kila. Awal namanya sama dengan Inara, karena itu singkatan nama dari kedua orang tuanya.

"Lo ga suka nakutin orang juga kan, Na?" tanya Asya dengan wajah meneliti.

Inara tersenyum. Ekspresi Asya begitu terlihat kalau gadis itu tak suka jika ditakuti.

"Enggak kok." Jawab Inara membuat Asya membuang napas lega.

"Syukur deh. Eh, kapan-kapan main ke rumah gue yuk?" ujar Asya.

"Boleh. Kapan?"

"Kapan aja lo bisa. Gue duluan ya, udah ada yang jemput. Bye." Asya melambaikan tangannya lalu sedikit berlari kecil untuk sampai di mobil yang menjemputya.

Begitu mobil yang menjemput Asya berlalu, munculah juga jemputan Inara. Inara dijemput oleh ayahnya, ada Kila juga di dalam mobil. Ia pun langsung masuk ke dalam mobil dan menuju pulang.

Inara sungguh suka hari ini. Ia mendapat banyak teman. Tak ada lagi tatapan aneh yang diberikan oleh orang sekitarnya. Kini ia merasa diterima di lingkungannya. Semoga seterusnya seperti ini, ujarnya dalam hati.

Thanks vote dan komentarnya.

Semoga suka dengan perubahan ini

Salam hangat,

Wulan Purnamasari

INDIGO PAIR 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang