Setelah beberapa menit berada di jalan, akhirnya mereka dengan selamat sampai tujuan. Rumah yang kini tempat mereka berkunjung sudah ramai, terlihat dari banyaknya kendaraan yang terparkir didepan rumah itu. Rumah ini lebih besar daripada rumah Inara.
Gadis itu tidak tahu ini rumah siapa. Yang ia tahu ini rumah teman bunda yang sedang mengadakan perayaan hari jadi pernikahan mereka. Inara tahu karena sempat bertanya pada bunda saat di jalan tadi.
Inara dan kedua orangtuanya pun masuk kerumah itu. Saat tiba di dalam, ruangan ini terlihat lebih ramai daripada yang dilihatnya dari luar tadi.
"Risha!!" teriak salah satu wanita yang seumuran dengan bunda. Wanita itu dengan senang memeluk bunda. Yang Inara duga, wanita itu adalah teman bunda yang punya acara ini.
"Alhamdulillah ya Dhiva, ku doakan kamu dan Nala tetap bahagia seperti ini." Ujar bunda.
"Amin ya robbalalamin. Ayuk gabung kesana, bentar lagi acara inti. Ayo mas Varrel, ada suami saya juga disana. Silakan." Ucap teman bunda yang bernama Dhiva itu. Kemudian bunda dan ayah langsung berjalan ke tempat yang tadi ditunjuk oleh wanita yang seumuran dengan bunda.
Hati Inara mencelos. Bunda ataupun ayah tak ada yang mengajaknya, atau mungkin mengingat ada dirinya pun tidak. Sungguh malang nasibnya, tak ada orang yang dikenalnya juga disini. Semuanya orang dewasa.
"Kamu Inara kan? Sekarang udah besar ya, tambah cantik." Ujar Dhiva yang masih berada di dekat Inara. Gadis itu tersenyum mengangguk. Ia pun tak tahu orang dihadapannya ini tahu namanya dari mana.
"Kamu pasti lupa ya sama tante? Dulu waktu kecil kamu sama Risha sering kesini kok. Kamu juga sering main sama anak tante." Lanjut Dhiva, tetapi Inara hanya tersenyum. Ia pun tak ingat kalau ia sering bermain ke rumah ini.
"Yaudah kamu biar ditemenin sama anak tante ya. Nan!" panggilnya pada anak lelaki yang ada beberapa meter dari tempatnya.
Merasa terpanggil, anak lelaki itupun berjalan mendekati mamanya. Inara terkejut begitu melihat anak lelaki itu mendekat. Sama juga dengan anak lelaki itu, ia tak menyangka akan bertemu disini.
Dhiva pun meninggalkan mereka berdua setelah berucap meminta Kenan untuk menemani Inara. Dengan senang hati Kenan akan menemani gadis itu.
000
"Ternyata orang tua kita saling kenal ya," ucap Kenan. Sekarang mereka berdua ada di taman belakang rumah Kenan, duduk di ayunan yang ada disana.
Kenan tahu gadis itu merasa bosan berada didalam, makanya dengan cekatan Kenan membawa Inara kesini. Melihat langit malam yang bertabur bintang. Menikmati semilir angin yang berhembus mengenai kulit mereka.
Kenan memperhatikan Inara dari samping. Gadis itu sungguh manis, tak bosan mata memandang. Kenan memperhatikannya dengan senyuman yang tak hilang dari bibirnya. Anak rambut Inara berterbangan hingga sedikit menutupi wajahnya. Kenan yang terus memperhatikan gadis itupun merasa terganggu.
Ini sungguh diluar kontrol. Kenan tak bisa menahan dirinya untuk tidak menyentuh gadis itu, walaupun sehelai rambut saja. Kenan menyampirkan anak rambut Inara kebelakang telinganya, masih dengan senyum yang tercetak diwajahnya.
Inara pun refleks menegang, ketika jari-jari Kenan tak sengaja menyentuh kulitnya saat menyampirkan anak rambutnya kebelakang telinga. Inara tertunduk malu menahan senyumnya. Sebenarnya ia tahu kalau Kenan sejak tadi memperhatikannya dari ekor matanya.
"Cantik." Begitu ucap Kenan setelah tak ada lagi sehelai pun rambut yang menghalangi wajah Inara dari pandangannya.
Jantung Inara semakin berdegup kencang. Pipinya memerah. Ia memalingkan wajahnya berharap Kenan tak melihat pipinya memerah sekarang. Ada sedikit rasa malu ketika Kenan mengatakan itu saat menatap wajahnya. Inara tak bisa menyembunyikan apa yang dirasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO PAIR 1
HorrorInara dan Kenan memiliki kelebihan yang tak biasa. Dapat melihat sesuatu yang gaib adalah hal yang berbeda bagi kebanyakan orang. Inara sempat dijauhi oleh teman sekolahnya karena hal itu. Namun di SMA ini, ia tak lagi dijauhi. Ia akhirnya mendapatk...