Kali ini mereka kembali mengajak Levin untuk bertemu. Waktu diajak bertemu dan Inara bilang mereka akan kembali menanyakan soal kematian Lena, Levin menolak. Ia bilang ia sudah memberi tahu tentang kejadiannya dan ia juga tak mau mengungkit masalah kematian adik kembarnya itu. Tetapi dengan pasti Kenan memastikan kalau ini semua untuk kebaikan Lena sendiri. Lena tak bisa tenang di alamnya kalau pelaku dibalik kematiannya belum diketahui.
Mereka sudah berada di cafe yang kemarin mereka datangi untuk menanyakan hal yang sama. Mereka tak hanya bertiga di cafe itu, ada Ferro dan Asya yang juga ikut disana. Kemarin sewaktu Ferro sudah mengantarkan Levin pada Inara dan Kenan, ia langsung pulang karena ada keperluan mendadak. Dan kali ini ia dan Asya ikut juga.
"Cepet, gue ngga ada waktu lama." Ujar Levin malas. Sebenarnya ia sudah ingin melupakan kisah pilu itu dan tak mau lagi mengungkitnya. Tapi demi kebaikan adiknya itu ia akan melakukan apa saja.
"Masih ada yang ngganjal dari penjelasan lo kemarin. Lo cuma jelasin Lena yang ngga pulang semalaman abis latihan teater, dan tiba-tiba ditemukan meninggal." Ucap Kenan.
Levin memutar bola matanya seraya berkata, "langsung pada intinya, ngga usah berbelit."
Kenan menghela napasnya, ia memaklumi perilaku cowok di depannya ini. Levin pasti sedih untuk menceritakan kembali kejadian setahun lalu yang terbayangkan olehnya.
"Sabar elah Vin." Sambung Ferro. Mereka berlima duduk dalam satu meja.
"Oke. Tiap kali berpapasan atau ketemu pak Wira, gue selalu ngerasain sesuatu yang salah. Seolah-olah kejadian itu berhubungan dengan dia, yang mau gue tanyakan adakah hubungan pak Wira sama kematian Lena?" tanya Kenan serius.
"Ngga ada. Tapi..." jawabnya menggantungkan kalimat lanjutan.
Semua orang disana terlihat serius untuk mendengarkan lanjutan dari ucapan Levin yang menggantung membuat mereka penasaran.
"Ya ngga ada." Lanjut cowok itu enteng dengan ekspresi tanpa dosa yang sudah membuat keempat manusia di depannya penasaran.
Mendengar jawaban Levin membuat mereka mendesah sedikit kesal. Sudah dibuat penasaran tapi saat menjawab tidak sesuai apa yang diharapkan. Mereka kira Levin menggantungkan ucapannya akan melanjutkan dengan informasi selanjutnya. Tapi ternyata mereka tertipu.
"Si kupret," oceh Ferro.
"Masa ngga ada sih? Tapi tiap gue ketemu pak Wira kok nyambung sama yang gue rasain sama kejadian di gedung." Ucap Kenan masih tak percaya. Ia yakin masih ada sesuatu yang belum diketahuinya. Dan ia bisa tahu jawaban itu hanya dari penjelasan Levin.
Levin terlihat tengah berpikir. Mengingat tentang kisah adiknya itu. "Oh iya," ucapnya tiba-tiba membuat semua orang dihadapannya memandangnya dengan tatapan tanya sekaligus penasaran.
"Gausah sok-sokan. Ntar nipu lagi gue sikut lo," sahut Ferro. Lelaki ini mulai kesal karena Levin yang tadi sudah membuatnya penasaran tapi ujung-ujungnya membuatnya kesal.
"Ngga, kali ini gue serius." Kilah Levin dengan tampang serius. Yang lain pun memposisikan dirinya senyaman mungkin agar dapat mendengar ucapan Levin dengan seksama.
000
Kenan kembali mengantarkan Inara pulang ke rumahnya. Seusai sesi tanya jawab di cafe tadi, ia langsung mengantarkan gadis itu.
"Eh ada Kenan." Ucap Risha yang tadi sedang membaca majalah di teras.
"Iya tante," balasnya sembari menyalami Risha.
"Mampir dulu, ayo kita masuk kedalam." Ajak Risha sembari berdiri ingin mengajak Kenan masuk.
"Ah makasih banyak tante, Kenan langsung pulang aja. Sudah sore nanti mama nyariin," tolaknya dengan halus.
"Oh yaudah, tapi lain kali harus mampir ya."
"Iya tan, kalo gitu Kenan pulang. Na gue pulang dulu ya, Assalamualaikum."
"Iya hati-hati. Walaikumsalam."
000
Ting
Satu notifikasi masuk ke ponsel Inara yang tergeletak di ranjang. Inara mengabaikan itu, ia kembali mengerjakan prnya untuk besok.
Ting Ting
Ponselnya kembali berbunyi dua kali. Inara mendesah pelan, lalu mengambil ponselnya yang berada jauh darinya itu. Ia membuka ponselnya dan tertera nama pengirim pesan di lockscreennya. Nama Kenan Naladhiva tertera di sana, dengan segera ia menggeser layar ponselnya untuk membuka kolom obrolan dengan lelaki itu.
Lagi apa?
Jalan kuy
Oy bales oy
Inara terkekeh melihat isi pesan yang dikirimkan oleh cowok itu. Dengan terampil jarinya ikut mengetikkan pesan disana dan mengirimnya pada Kenan.
Jalan kemana? Gue lagi ngerjain pr
Beberapa menit setelah pesan itu terkirim, Inara kembali menerima balasan dari Kenan.
Yah padahal gue pengen banget jalan sama lo. Yaudah deh kapan-kapan aja😧
Tanpa sadar Inara tersenyum melihat balasan Kenan. Lelaki ini sungguh manis sekali, membuat jantungnya seperti melayang.
Tapi udah selesai kok:) mau jalan kemana emang?
Inara berbohong, sebenarnya ia belum selesai menyelesaikan pr nya itu. Tapi ia juga tak kuasa menolak ajakan Kenan, jadilah ia bilang bahwa ia sudah selesai dengan pr nya. Besok bisa nyontek sama Asya, ucapnya dalam hati.
Sepuluh menit lagi gue jemput.
Happy reading
Salam,
Wulan Purnamasari
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO PAIR 1
HorrorInara dan Kenan memiliki kelebihan yang tak biasa. Dapat melihat sesuatu yang gaib adalah hal yang berbeda bagi kebanyakan orang. Inara sempat dijauhi oleh teman sekolahnya karena hal itu. Namun di SMA ini, ia tak lagi dijauhi. Ia akhirnya mendapatk...