Sepulang dari sekolah ini Kenan dan Inara kembali berlatih, karena acara pensi tinggal beberapa hari lagi. Mereka menuju studio yang kemarin menjadi tempat mereka latihan.
Sengaja tak mencari tempat lain sebab mereka sudah nyaman ditempat itu. Alat yang disediakan pun cukup lengkap. Karena di studio musik cafe lain jarang ada yang menyediakan cajon. Sedangkan Inara menginginkan benda itu untuk dimainkannya.
"Yah, udah di booking orang ya mba?" tanya Inara lagi, dan pelayan cafe itu mengangguk. Kini mereka berdua sudah ada di cafe yang kemarin mereka sewa studionya.
"Udah dibooking Nan, cari tempat lain?" tanyanya kepada Kenan. Cowok itu hanya mengangguk. Kemudian mereka keluar dari cafe tersebut.
Wajah Inara terlihat kecewa sekali. Ia sudah enjoy di tempat itu. Cajon yang dibelikan ayahnya waktu itu rusak. Suaranya tidak merdu lagi saat dipukul, entah mengapa.
"Kita ke cafe yang dimana?" tanya Kenan ketika mereka sudah berada diparkiran. Kenan memasang helmnya, bersiap untuk segera mencari studio lain.
"Keliling aja dulu," ujar Inara. Mereka pun melaju meninggalkan cafe tersebut.
Sudah dua cafe yang mereka datangi, tetapi sama saja tidak ada yang bisa mereka gunakan. Cafe pertama, sudah dibooking juga. Dan yang kedua, tidak ada alat musik cajon.
"Dimana lagi nih? Gue capek banget keliling nyari studio." Ujar Inara. Wajahnya tak secerah tadi. Sebenarnya ia tidak begitu lelah, ia hanya bete daritadi tidak medapatkan studio.
"Yaudah pulang aja, besok kan masih bisa latihan. Masih ada beberapa hari kok," ujar Kenan membaikkan perasaan Inara.
Akhirnya mereka tak jadi latihan hari ini. Inara pun tidak mood. Sekarang ia perlu beristirahat untuk memperbaiki moodnya yang tidak baik.
"Nan stop Nan," ucap Inara menepuk pundak Kenan untuk berhenti. Dengan kontan Kenan memberhentikan motornya di pinggir jalan.
"Kenapa?" tanya Kenan sedikit mengencangkan suaranya karena ramainya suara kendaraan dijalan yang menenggalamkan suaranya.
"Itu tuh ada penjual eskrim. Kesana yuk," ajaknya dengan suara berbinar.
Tanpa berpikir Kenan langsung membelokkan motornya menuju penjual es krim depan taman itu. Mendengar suara binar Inara, ia menjadi tahu kalau gadis itu moodnya sudah kembali saat melihat eskrim.
Inara dengan lincah turun dari motor matic milik Kenan. Ia mendekati kedai eskrim itu dengan wajah yang berbinar. Sejak kemarin-kemarin ia ingin es krim, tapi rasanya ia malas sekali berjalan untuk membeli. Dan hari ini baru kesampaian.
"Mas es krim vanila nya dua ya," ucapnya pada orang yang menjual es krim. Kemudian ia duduk di kursi taman yang ada tak jauh dari sana.
Tak lama Kenan menyusul setelah memakirkan motornya dengan benar. Ia duduk di samping Inara. Bersamaan dengan itu juga, penjual es krim itu memberikan es krim rasa vanila itu kepada Inara dan Kenan. Mereka berdua pun menerimanya, dan yang membayarpun Inara.
"Udah biar gue aja yang bayar. Waktu itu kan lo juga traktir gue di kantin." Ujar Inara sebelum Kenan angkat bicara. Kenan pun mengangguk tak enak. Ia mentraktir Inara waktu itu sungguhlah ikhlas, tak perlu Inara melakukan hal yang sama juga.
Mereka menikmati es krim tersebut sambil memandang orang yang sedang berkunjung di taman itu. Banyak anak sekolah yang berjalan dengan pacarnya. Hari memang sudah petang, tetapi anak sekolah masih ada yang berkeliaran tidak mengganti seragam sekolahnya. Seperti Inara dan Kenan saat ini.
"Lo kok pesanin gue rasa ini?" tanya Kenan. Inara refleks menoleh ke cowok itu. Menatap es krim yang dipegang oleh Kenan lalu berlanjut menatap wajah cowok itu.
"Gue ngga tahu lo suka apa, ya jadi gue pesen sama kayak gue. Lo gak suka? Yaudah biar di-"
"Enggak kok. Gue suka, suka banget malah. Gue ngga nyangka aja lo tahu apa yang gue suka."
Inara tertawa kecil, "itu cuma gak sengaja. Gue lupa nanya ke lo mau rasa apa, jadi gue pesen ini aja buat lo."
Pesen rasa cinta buat kamu, bisa nggak sih? Batin Kenan berbisik. Pikirannya mulai amburadul sekarang.
"Lo suka rasa vanila juga? Sama dong sama gue," lanjutnya.
Kenan mengangguk. Dan batinnya pun kembali berbisik, gue mah sukanya sama elo.
Hari ini Kenan baper saudara-saudara. Harap dimaklumi jika batinnya berkata seperti itu. Sebenarnya ia ingin sekali mengungkapkan itu langsung dari mulutnya. Tapi saat ini ia belum siap. Menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan.
Terjadi hening setelah itu. Inara maupun Kenan sudah terlarut dalam dunianya masing-masing, menikmati es krim vanila itu.
Kenan berpikir sudah banyak sekali ia tahu tentang cewek disampingnya ini. Hampir keseluruhan mungkin, karena cewek ini sangat terbuka tetapi susah ditebak olehnya. Pertama, Inara suka membaca novel. Kedua, Inara indigo. Ketiga, Inara pandai bernyanyi sekaligus bermain alat musik. Keempat, Inara juga suka bercanda dan asik. Kelima, Kenan jadi ingat kalau gadis kecil yang dulu sering bermain ke rumahnya adalah Inara. Dan yang hari ini Kenan ketahui lagi, Inara suka es krim Vanilla.
Sedangkan Inara pun juga tak sedikit mengetahui tentang Kenan. Pertama, Kenan indigo. Kedua, Kenan pandai bernyanyi dan juga bermain alat musik walaupun tidak sebanyak dirinya. Ketiga, Kenan orangnya friendly. Keempat, dirinya dan Kenan pernah menjadi teman waktu kecil karena orang tua mereka yang saling kenal. Dan yang hari ini Inara ketahui lagi, Kenan suka es krim vanila sama seperti dengannya.
Kenan sudah menghabiskan es krim nya sejak tadi, sedangkan Inara masih asik memakan es krimnya. Sebetulnya yang duluan habis adalah Inara, tetapi cewek itu membeli lagi karena tak cukup puas memakan satu es krim saja.
Kenan memperhatikan Inara yang sedang memakan es krimnya. Tak sengaja matanya melihat bibir Inara yang celemotan memakan es krim. Dengan cekatan Kenan membersihkannya dengan ibu jarinya.
Merasakan Kenan yang menyentuh sudut bibirnya membuat Inara memeberhentikan aktivitasnya. Ia cukup terkejut dengan itu. Dadanya berdegup melihat wajah Kenan sedekat ini.
Wajah Kenan bertambah berkali lipat tampannya jika dilihat dari jarak seperti ini. Bisa dirasakannya hembusan napas Kenan yang berbau es krim vanila bekas ia makan tadi.
Pandangan keduanya bertemu. Dua detik setelahnya mereka kembali dengan posisi awal. Lupa kalau disini banyak orang, dan tak mungkin mereka membuat malu.
Kenan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Merasa salah tingkah karena kejadian tak sengaja tadi. Inara pun begitu. Ia tak kuasa menahan dadanya yang seperti diterbangi kupu-kupu.
Tak disangka juga, ternyata ada yang memerhatikan mereka. Sepasang suami istri yang duduk diseberang mereka sedang tersenyum melihat ke arah mereka. Kenan menjadi tambah malu. Ia tak mau dicap sebagai anak kurang ajar, karena tak sopan di depan umum. Tapi yang tadi itu benar-benar diluar kontrol. Ketika melihat sudut bibir Inara celemotan dengan eskrim, ia dengan cekatan membersihkannya.
Mungkin sepasang suami istri itu sedang mengingat masa muda mereka, dimana mereka sedang berpacaran. Tetapi Kenan dan Inara tidak berpacaran. Tetapi mungkin nanti. Tunggu saja.
"Yuk pulang," ajak Kenan setelah dilihatnya Inara sudah menghabiskan es krimnya. Inara pun mengangguk. Beberapa menit setelahnya, mereka pun melaju meninggalkan taman kota itu.
Spam update yeyayy
Pengen cepet cerita ini selesai dan bikin cerita baru buat kalian yeyayyy
Salam,
Wulan Purnamasari
![](https://img.wattpad.com/cover/52938762-288-k115865.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO PAIR 1
HorrorInara dan Kenan memiliki kelebihan yang tak biasa. Dapat melihat sesuatu yang gaib adalah hal yang berbeda bagi kebanyakan orang. Inara sempat dijauhi oleh teman sekolahnya karena hal itu. Namun di SMA ini, ia tak lagi dijauhi. Ia akhirnya mendapatk...