Hari yang ditunggu-tunggu warga sekolah. Acara Pensi Tahunan akan kembali diadakan tahun ini. Ini sudah seperti kebiasaan dari tahun-ketahun selalu mengadakan pensi sekolah. Tiap tahun pun temanya selalu berbeda sesuai dengan apa yang ngetrend pada tahun itu.
Acara baru dimulai, dan masih dengan kata-kata sambutan dari kepala sekolah dan ketua panitia kepada para tamu undangan yang hadir.
Acara tersebut diisi dengan tari-tarian dari berbagai dareah, band, akustik,dance modern, dan beberapa hiburan lainnya. Di acara ini juga ada doorprize untuk semua yang hadir yang memiliki kupon dan sudah di data oleh panitia. Dan acara puncaknya adalah pertunjukan teater dari sekolah ini.
Pertunjukkan teater sengaja ditaruh di akhir acara agar tamu undangan dan siswa-siswa penasaran dengan apa yang akan mereka persembahkan pada pensi tahun ini. Tiap tahunnya pensi ini selalu memepersembahkan hal-hal menarik.
Inara dan Kenan sedang berada di backstage sekarang. Para pengisi acara memang diperkenankan untuk menunggu gilirannya dibelakang panggung. Dapat dilihat banyak sekali orang yang berpartisipasi dalam acara ini. Dan kostum yang mereka kenakan pun menarik sesuai apa yang akan mereka bawakan di atas panggung nanti.
Inara meminum air mineralnya yang tadi dibagikan panitia kepada mereka yang berada dibelakang panggung. Setelah itu ia menutup kembali botol mineralnya dengan rapat.
Sedangkan Kenan sedang mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Ia mengetukkan jari tangannya di atas pahanya. Sampai matanya tertuju pada seorang lelaki yang sedang mengobrol dengan salah satu panitia acara.
Matanya terus memperhatikan pak Wira yang berada jauh dari hadapannya. Dengan tatapan saja Kenan dapat merasakan hal aneh seperti kejadian yang kemarin. Ia masih bertanya-tanya apa kaitannya pak Wira dengan hal aneh yang dirasakannya saat berada di dalam gedung teater dan saat duduk di kursi rusak itu.
Dan tak sengaja ketika pak Wira menoleh, pandangannya bertemu dengan mata Kenan yang menatapnya. Sedetik kemudian pak Wira mengalihkan pandangannya dan berlalu meninggalkan ruangan backstage.
"Nan, gue masih heran sama sikap lo yang kemarin." Ujar Inara. Kenan menoleh kepadanya, alisnya pun terangkat sebelah. Ia menatap bola mata Inara, mencoba merasakan apakah gadis itu merasakan hal aneh atau tidak. Tapi hasilnya nihil, gadis itu benar-benar tak merasakan apapun.
"Lo ngga ngerasa apa-apa Na?" tanya Kenan sembari memalingkan wajahnya ke arah depan. Kening Inara mengerut. Ia bingung dengan yang diucapkan Kenan. Merasakan apa maksudnya Inara tak mengerti.
"Ngerasa? Apa?"
Kenan menyampingkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Inara. Kenan sudah tak sabar ingin memberi tahu Inara soal ini. Sepertinya gadis itu memang tak peka dengan keadaan sekitar.
"Dari kemarin, awal gue masuk gedung ini gue ngerasa ada sesuatu yang ganjal. Dan rasanya itu, ah susah dideskripsikan."
Inara mendengarkan ucapan Kenan dengan seksama. Sedetik kemudian Inara mengerti dengan apa yang dirasakan Kenan. "Tapi gue ga ada ngerasain apa-apa."
Kenan menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ia mengusap wajahnya pelan, membuang napas nya perlahan. "Itu yang buat gue bingung. Kita sama-sama indigo, tapi yang ngerasa tuh cuma gue."
"Kan kelebihan indigo orang beda-beda Nan. Ada yang bisa lihat kejadian masa lalu, masa sekarang, masa depan mungkin juga ada." Tutur Inara.
Kenan mengangguk membenarkan. Mungkin memang setiap orang yang indigo memiliki perbedaan walaupun mereka sama-sama indigo.
"Nan giliran kalian nampil tuh, cepetan." Ujar seorang panitia.
Inara dan Kenan pun dengan segera menuju panggung untuk mengisi acara tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO PAIR 1
HorrorInara dan Kenan memiliki kelebihan yang tak biasa. Dapat melihat sesuatu yang gaib adalah hal yang berbeda bagi kebanyakan orang. Inara sempat dijauhi oleh teman sekolahnya karena hal itu. Namun di SMA ini, ia tak lagi dijauhi. Ia akhirnya mendapatk...