Kini Inara dan Asya berada di kantin bersama dengan geng Kenan. Tak ada lagi rasa canggung melingkupi Inara ataupun yang lainnya, karena akhir-akhir ini mereka sering bertemu bahkan di kantin bersama.
"Nan lo ngga mau isi acara pensi?" tanya Rey kepada Kenan.
"Iya, suara lo kan kece badai," sambung Titan.
Kenan hanya terkekeh. Suara lelaki itu memang tak bisa diingkari. Kenan memang bersuara merdu, pernah sekali ia bernyanyi di hadapan Rey dan Titan, oleh karena itu mereka tahu kalau suara Kenan bagus.
Tapi ia tak pernah menyanyi menjadi pengisi disuatu acara. Ia biasa bernyanyi untuk menghibur diri sendiri. Tak pernah berpikiran untuk tampil di depan orang banyak. Ia pun tak mengira kalau suaranya enak di dengarkan oleh orang lain.
Tadi memang ada pengumuman dari kepala sekolah tentang acara pensi. Acara tersebut merupakan acara turun-temurun yang diadakan setahun sekali. Dan dari anggota osis yang mengurus acara juga berkata kalau siapa saja dari siswa disekolah boleh mengisi acara tersebut. Acara inti dari pensi tersebut adalah pementasan dari ekskul teater yang ada disekolah.
"Nyanyi gih Nan, bareng Inara tuh." Ujar Asya.
Mendengar namanya disebut Inara langsung menoleh. Ia bingung kenapa namanya jadi terbawa dalam pembicaraan mereka. Kenan menoleh pada Inara, menatap gadis itu dengan pandangan yang tak Inara mengerti.
"Mau nggak nyanyi bareng gue?" tanya Kenan. Cowok itu sangat senang kalau akan bernyanyi dengan Inara. Kalau mereka nyanyi bareng, pasti ada latihan, dan itu hanya mereka berdua. Dengan waktu yang lumayan lama untuk menyatukan nada musik dan suara mereka. Entah mengapa Kenan senang berlama-lama dengan gadis itu.
"Gue nggak bisa nyanyi," sergah Inara memalingkan wajahnya ke arah lain. Tak mau ditatap lebih lama lagi oleh cowok itu. Karena rasa di dadanya semakin tak karuan.
"Gausah bohong Na, gue pernah denger rekaman lo di hp." Ucap Asya dengan cengiran evilnya. Inara mengerut kan kening, bagaimana gadis itu bisa mendengar rekaman yang ada di ponselnya. Pasti Asya mengambil ponselnya tanpa permisi, dan membuka semua aibnya disana.
"Suara dia bagus Nan. Jangan percaya kalau dia nggak bisa nyanyi." Lanjut Asya kemudian. Ingin rasanya Inara membekap mulut gadis itu, tapi jarak mereka terlampau jauh. Inara di samping Kenan, sedangkan Asya berada di ujung sana bersama Ferro.
Inara hanya menghembuskan napasnya gusar. Ia tak biasa jika harus ditatap banyak orang. Dan untuk berkumpul dengan teman-teman, baru kali ini dirasakannya. Ia akan gugup berdiri diatas panggung nanti.
"Oke. Besok kita mulai latihan, atau nggak hari ini aja?" ucap Kenan. Lelaki itu percaya dengan apa yang dikatakan Asya barusan. Memang seharusnya percaya, kalau suara Inara tak kalah bagus dan enak di dengar.
"Nggak ada penolakan," sambung Kenan saat Inara hendak membuka mulut mengajukan argumennya. Mulut Inara kembali terkatup setelah mendengar penegasan dari Kenan. Ia pun tak juga dapat membantah perkataan Kenan, jadi mau tak mau ia setuju.
000
Inara kini telah sampai di rumahnya. Ketika memasuki rumah, ia langsung, menuju ke kamarnya dan berbaring disana tanpa melepas seragam sekolahnya. Gadis itu masih memikirkan tentang ajakan Kenan. Padahal sudah pasti ia akan tampil di acara pensi tersebut.
Inara mengambil ponselnya yang berada di dalam tas nya. Kemudian mengetikkan pesan untuk orang yang dimaksud.
Sya gue ga bisa.
Begitu pesan yang ia kirimkan kepada gadis yang kini menjadi sahabatnya. Tidak lama menunggu, ponselnya berbunyi menandakan ada balasan.
Ngga bisa apa? Nyanyi? Gaada penolakan, lo tetep harus tampil!
Inara menghela napas pelan setelah membaca pesan itu. Dirinya dilema. Ia malu dilihat banyak orang. Ia tidak biasa.
Ingin merilekskan tubuh serta pikirannya Inara bangun dan masuk ke kamar mandi. Mungkin setelah mandi ia akan merasa rileks kembali.
Seusai mandi dan telah berpakaian ala rumah, Inara turun menuju ruang tengah. Ada bunda dan Kila, ayahnya mungkin masih bekerja. Inara berjalan menghampiri Kila dan bunda yang sedang menonton tv, sambil mengemil.
Inara duduk di samping Kila, lalu menyambar cemilan dalam toples yang berada di tangan adiknya itu. Dengan spontan Kila menoleh menatap kakaknya yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya.
"Datang-datang main comot aja," titah Kila lalu kembali fokus pada tv.
Inara tak menggubris, ia sibuk mengunyah makanan yang berada di dalam mulutnya.
"Bun," panggilnya setelah makanan di dalam mulutnya telah habis. Bunda membalasnya dengan dehaman.
"Inara diajak nyanyi ngisi acara pensi tahunan sekolah." Ucapnya sambil menatap layar tv.
"Ya bagus dong. Kamu jadi terbuka dengan orang-orang. Jangan tertutup, nanti malah ngga ada yang mau bergaul sama kamu lagi. Kamu dijauhin dulu itu karena kamu yang kurang membuka diri." Ujar bunda panjang.
Ucapan bunda benar. Kini ia memang harus benar-benar membuka diri. Dulu ia memang kurang bergaul, sehingga pikiran orang tentangnya buruk ditambah ia indigo.
"Belajar sesuatu yang baru. Kalau kamu hanya berdiam disitu, kapan majunya?" lanjut bunda dengan sedikit penekanan.
Inara memang harus mencobanya.
Maaf kembali nyepam hehe
Tunggu kelanjutannya ya
Salam,
Wulan Purnamasari
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO PAIR 1
HorreurInara dan Kenan memiliki kelebihan yang tak biasa. Dapat melihat sesuatu yang gaib adalah hal yang berbeda bagi kebanyakan orang. Inara sempat dijauhi oleh teman sekolahnya karena hal itu. Namun di SMA ini, ia tak lagi dijauhi. Ia akhirnya mendapatk...