•Epilouge - Merelakan, Mengikhlaskan, Memaafkan

17.6K 787 7
                                    

Hari ini di gelarnya acara syukuran di kediaman pak Wira. Semua orang yang datang memakai baju koko dan muslimahnya karena dalam syukuran ini dilaksanakan pengajian. Tidak banyak yang diundang, hanya tetangga-tetangga dekat saja, juga seorang ustadz yang memimpin pengajian tersebut.

Selesai pengajian para tamu dipersilakan untuk menikmati hidangan yang sudah disediakan. Setelah itu satu persatu tamu pun berpamitan untuk pulang. Sedangkan Inara dan Kenan juga Asya dan Ferro masih bertahan di rumah pak Wira.

Pak Wira sengaja menahan mereka untuk tidak pulang terlebih dahulu karena sepertinya ia ingin mengucapkan sesuatu kepada mereka.

"Saya ucapkan banyak terimakasih pada kalian sudah berkenan untuk datang dalam acara syukuran ini," ujar pak Wira. Sekarang mereka semua berada di ruang tamu.

"Kami juga berterimakasih pak sudah diundang ke acara syukuran Yugo." Balas Kenan.

"Yah bisa tinggalin kita-kita aja? Aku mau ngomong sesuatu," ujar Yugo. Pak Wira mengangguk paham kehendak anaknya itu, ia membutuhkan privasi untuk bicara. Kemudian ia pun meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju kamarnya.

"Gue makasih makasih banget sama kalian. Gue ngga tahu harus gimana gue bayar semua ini ke kalian. Karena kalian gue sadar dan kembali ke kehidupan normal gue sekarang. Gue yang terpuruk karena meninggalnya Lena akibat dosa gue sendiri. Gue bener-bener memang ngerasa gila saat gue sadar apa yang gue lakuin ke dia. Untuk ke makamnya pun gue malu," ujarnya sambil meneteskan air mata.

"Ini semua bukan karna kita, tapi karna Lena. Dia terlalu baik sama lo sampai-sampai setelah kasus ini terungkap dia ngga mau elo sampai dilaporin ke polisi dan masuk penjara." Ujar Inara.

"Gue ngga di laporin ke polisi? Kenapa?"

"Karena dia sayang sama lo. Waktu itu dengan minjam raga gue, dia mohon sama orang tuanya juga Levin supaya maafin elo dan mengikhlaskan semuanya. Dia bilang ini memang sudah takdirnya, dan takdir tidak bisa disalahkan." Imbuh Inara lagi.

Mendengar penuturan Inara, air mata Yugo semakin deras mengalir keluar dari matanya. Ia menangis layaknya seorang anak kecil. Ia tak tahu harus berkata apa dengan semua kebaikan Lena terhadapnya. Ia pun mengira kalau setelah ini ada polisi yang datang ke rumahnya untuk menjemputnya masuk penjara.

Tapi nyatanya tidak, ia tidak akan dipenjara dan semua itu karena Lena. Ia masih tak percaya ini. Kalau di kata menyesal, ia sungguh sungguh menyesal melakukan sesuatu hal tanpa berpikir jernih, dan pada waktu itu juga ia sedang terpengaruh minuman alkohol. Jadi sulit baginya untuk memikirkan semua tindakan yang di lakukannya.

Yugo menghapus air matanya. Menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia mencoba menenangkan hati dan pikirannya sekarang. Ia harus bisa menerima kenyataan pahit akibat perilakunya sendiri.

"Gue mau ke makam Lena."

000

Inara dan Kenan sudah sampai di tempat pemakaman dimana Lena dimakamkan. Mereka berdua menemani Yugo untuk datang ke sana, sedangkan Ferro dan Asya berpamitan pulang duluan sebelum mereka ke pemakaman itu.

Kenan menuntun jalan mereka untuk sampai tepat di makam Lena. Ia memang sudah tau dimana makam Lena karena waktu itu Levin sempat mengajaknya untuk kesini.

Sesampainya di makam Lena, terlihat ada seorang lelaki yang sedang berjongkok, mengelus batu nisan nya dengan sayang. Ya, Levin sedang berada di sana. Setiap minggu cowok itu selalu datang untuk sekedar menjenguk saudara kembarnya itu. Bahkan terkadang ia curhat disana, walaupun ia tahu Lena tidak akan membalas ucapannya seperti dahulu mereka bersama. Tapi setidaknya Lena mendengarkan cerita keluh kesahnya sehari-hari selama tidak ada lagi cewek itu dalam kehidupannya.

INDIGO PAIR 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang