Sepulang sekolah ini mereka berdua akan berlatih untuk yang pertama kalinya. Berlatih di salah satu studio musik yang mereka sewa untuk beberapa jam kemudian. Merekapun patungan untuk membayar uang sewa tersebut. Awalnya Kenan yang ingin membayar, tetapi Inara berkata kalau mereka berlatih berdua dan Inara juga harus ikut membayarnya. Jadilah mereka disini sekarang, diruangan yang menyediakan fasilitas untuk berlatih musik.
"Kita belum ada diskusi buat nyanyi lagu apa," ujar Kenan ketika mereka sudah berada di studio yang berada di salah satu cafe yang menyediakan tempat tersebut.
Inara balas mengangguk. Mereka memang belum ada membicarakan hendak lagu apa yang ditampilkan nanti saat mengisi acara pensi.
"Mau nyanyi lagu apa emang?" tanya Inara sembari menaruh tasnya di lantai lalu ia duduk di kursi yang ada disana.
"Gue sih terserah aja. Lo mau nya apa?" tanya Kenan balik. Ia berjalan menuju piano yang tersedia di sana. Kemudian menekan tuts-tutsnya asal.
Inara diam memikirkan lagu apa yang akan mereka nyanyikan. Ia teringat akan satu lagu yang akhir-akhir ini sering didengar bahkan dinyanyikannya. Dan juga ia suka sekali dengan salah satu penyanyi yang menyanyikan lagu itu.
"I'm gonna lose you?" ucap Inara dengan nada bertanya, menoleh ke arah Kenan yang duduk dibalik piano.
Kenan yang tadi menekan tuts, langsung menatap Inara. Sejenak ia menatap gadis itu, lalu menganggukkan kepalanya. Ia berjalan mendekat ke arah Inara, dan duduk di kursi yang juga ada di samping Inara.
"Akustik. Lo main gitar," ujar Inara. Gadis itu berdiri dari duduknya lalu kembali duduk diatas alat musik yang berbentuk persegi panjang itu. Yang di mainkannya dengan dipukul dengan telapak tangan.
Kenan menatap Inara heran. Kenapa gadis itu berpindah duduk, yang tadinya bersebelahan dengannya kini gadis itu berada jauh darinya. Sebenarnya tidak jauh, tetapi tetap saja gadis itu tidak disampingnya lagi.
"Gue main cajon," ucapnya sembari membetulkan duduknya agar nyaman diatas alat musik tersebut.
Cowok itu menaikkan sebelah alisnya. Ia tak menyangka Inara dapat bermain musik juga. Cewek itu memang tidak tertebak olehnya. Sedetik kemudian Kenan mengangguk. Mereka pun memulai latihan mereka untuk hari ini.
000
"Lo main musiknya jago juga." Puji Kenan ketika mereka sudah berjalan keluar cafe yang menyediakan studio tempat mereka tadi.
Inara tersenyum kecil, "bokap yang ngajarin."
Kenan ber"oh" kemudian kembali bertanya pada gadis disampingnya. "Bokap lo suka musik ya? Bisa main musik apa aja?"
Inara mengangguk. Ayahnya memang suka musik, dan itu membuatnya menjadi suka musik juga dan ia diajari oleh ayahnya bermain banyak alat musik. Sedangkan Kila tidak terlalu tertarik pada musik seperti dirinya. "Piano, gitar, cajon, dan yang sekarang lagi ditekuni drum."
"Lo bisa main drum?" tanya Kenan tak percaya. Dirinya saja hanya bisa bermain gitar dan piano. Itupun dirinya les ditempat musik. Dikeluarganya tak ada yang bisa bermain musik.
"Drum band," jawab Inara dengan kekehan. Kenan tercengang dengan jawaban yang terlontar dari Inara.
"Gak kok bercanda, gue emang lagi latihan main drum." Lanjut gadis itu masih dengan kekehan.
Kini keduanya telah berada di parkiran. Kenan memasang helmnya, begitu juga Inara. Setelah itu mereka meninggalkan cafe tersebut, berjalan menuju pulang ke rumah.
Satu lagi yang hari ini Kenan tahu dari gadis yang kini sedang diboncengnya. Gadis itu juga suka bercanda, sama dengannya. Dapat mencairkan suasana agar tak bosan. Kenan suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO PAIR 1
HorrorInara dan Kenan memiliki kelebihan yang tak biasa. Dapat melihat sesuatu yang gaib adalah hal yang berbeda bagi kebanyakan orang. Inara sempat dijauhi oleh teman sekolahnya karena hal itu. Namun di SMA ini, ia tak lagi dijauhi. Ia akhirnya mendapatk...