Sadness

5.3K 235 0
                                    

"Doain aku ya, sayang. Love you." lalu terdengar klik.

Aku terbengong mendengarnya mengucapkan kalimat itu. Rasanya ada yang hilang dari hatiku. Kehangatan dari perhatian Bayu. Tiga hari ini Bayu selalu meneleponku, dan obrolan kita semakin hangat. Aku pun mulai merasakan rasa sayang.

"Pasti aku doakan Bayu," jawabku dalam diam.

Akupun memejamkan mata dan mulai membayangkan wajahnya. Kuharap akan muncul dalam mimpiku malam ini.

Sweet dream.

***

Hari ini terasa panjang, karena aku tidak melihat Bayu lagi di kampus. Sudah seminggu! Aku kan penasaran hasil sidangnya. Bayu tidak pernah SMS ataupun telepon.

'Kenapa gak aku telpon aja ya. ..... Ah ga aku ga boleh terlalu ... ' suara-suara di dalam kepalaku benar-benar sedang berkecamuk.

Kuliah hari ini pun tidak ada yang kuingat. Untunglah Mirna mau meminjamkan catatannya.

Malas rasanya pulang cepat-cepat ke rumah hari ini.

Setelah berpisah dengan Mirna, aku mengambil jalan belakang. Aku mau ke perpustakaan kampus saja. Barangkali aku bisa menemukan sesuatu yang membuat aku semangat.

Aku ke lantai 1 perpustakaan, kucari meja kosong dan kusalin catatan Mirna sambil mempelajari materi kuliah hari ini. Kulirik handphone ku. Tidak ada pesan. UUUUUUUUUhhhhh .....

Frustasi aku memikirkan ini.

Di lantai 2, aku berkeliling melihat-lihat isi rak-rak buku. Tapi tak ada buku yang bisa mengalihkan perhatianku.

Lanjut ke lantai 3. Berputar-putar selama 1 jam tidak jelas. Sudah hampir empat jam aku di dalam perpustakaan. Lelah..

'Hmmm... sepertinya lantai 4 lebih sepi. Mungkin aku bisa memejamkan mataku sebentar di atas.'

Benar saja aku bisa memejamkan mata sambil menempelkan mukaku di atas tangan yang kulipat di atas meja. Untunglah bangku ini lumayan di pojok jadi tidak akan ada yang memperhatikan aku.

Entah 15 menit atau 20 menit aku duduk tertidur dengan posisi seperti tadi. Aku pun mulai merasa pegal. Tapi aku belum merubah posisiku, meskipun kesadaranku mulai ada lagi.

"Bayu, sebelah sini saja ya." suara seorang perempuan terdengar gembira.

"OK." suara yang familiar terdengar mengikuti suara perempuan tadi.

'Hmm apa itu suara dia?'

Kepalaku sedikit mendongak mengintip dua orang yang ada di meja seberang sana. Wajahku pasti tidak akan terlihat karena tertutup rambutku.

'Oh tidak!'

Aku tak berani melihatnya. Perempuan itu perempuan yang sama yang waktu itu kulihat di kantin Borju. Tiba-tiba terasa ada perasaan aneh di dadaku, sesak! Aku tak bisa bernafas dengan teratur. Terasa sesuatu yang hangat keluar dari ujung mataku.

Tidak! Aku tidak boleh ketahuan. Aku harus tahu siapa perempuan itu yang sudah dua kali kulihat akrab sekali dengan Dia!

Menguping ... tapi lebih banyak tak terdengar apa-apa.

Kuintip lagi perempuan itu sedang menulis-nulis sesuatu, sedangkan Bayu asik memandangi hapenya. Sesekali perempuan itu memperlihatkan apa yang ditulisnya ke Bayu. Dan Bayu mengangguk dan tersenyum.

Senyum yang sama kepadaku. Aku benci senyum itu.

Aku angkat sedikit lagi kepalaku. Sepertinya aku bisa pergi dari tempat menyesakkan ini tanpa diketahui oleh mereka. Mereka juga tidak akan melihatku karena meja tempat dudukku.

***

Tak terasa aku sudah berada di lantai dasar.

Langkahku terhenti.

'Aku harus ikuti mereka. Sebaiknya kutunggu mereka turun lalu aku ikuti.'

Tiga puluh menit berlalu, kulihat pintu lift terbuka dan keluarlah mereka berdua.

Beberapa orang menyapa Bayu dan perempuan itu. Mereka ke bagian peminjaman dan membawa beberapa buku. Bayu yang membawakannya. Lalu mereka keluar dari gedung perpustakaan ini.

Barulah aku mengikuti mereka. Tentu jarak harus aku jaga agar tidak ketahuan.

Sampai di salah satu ruang kuliah mereka berpisah. Tapi tunggu!

Perempuan itu mencium pipi Bayu.

Kututup mataku. Kuhela nafasku yang semakin berat. Aku berbalik arah tak mau melihat lagi.

Baru satu langkah menjauh tiba-tiba.

'Aku gak boleh nyerah.'

Kubalikkan badanku dan hampir saja aku menabrak seseorang dari arah berlawanan.

Badanku sedikit limbung tapi berhasil menjaga keseimbanganku.

Orang yang menabrak itu memegang pergelangan tanganku.

Kuangkat wajahku.

"Maaf ga sengaja."

Orang itu hanya tersenyum dan pergi.

Aku sudah tidak melihat lagi sosok Bayu di tempat tadi.

'Kehilangan jejak lagi deh.'

Aku putuskan untuk pulang saja. Lagi pula hampir jam 5 sore.

Dinda (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang