"Malam Mami, udah lama ga ketemu hehehe..." sapaku sambil mencium tangannya.
"Malam juga sayang. Iya nih, kamu sih sibuk kuliah. Ayok masuk. Kamu cantik banget pake gaun itu. Pasti Bayu dan Om Darwis terpesona." goda Mami Siska. Akupun mengikutinya ke dalam kamarnya.
Kuedarkan pandanganku ke dalam kamar hotel yang besar ini. Tadi ayah hanya mengantarkanku sampai lobi hotel saja. Hotel tempat Bayu dan orangtuanya menginap. Hari ini adalah hari wisuda Bayu. Sengaja keluarga Bayu menginap di hotel dekat tempat wisuda, katanya biar ga repot kalau harus datang pagi-pagi ke tempat acara. Maklum rumah Bayu kan di Bogor. Bunda sudah menawarkan mereka untuk menginap di rumah kami. Tapi keluarga Bayu bilang biar praktis saja.
"Lho kok Om Darwis tidak ada Mam?" tanyaku begitu menyadari Om Darwis dan Bayu tidak ada di kamar ini.
"Mereka sudah turun ke restoran untuk sarapan. Kamu sudah sarapan belum?" jawab Mami Siska dan sekaligus bertanya.
"Oh, tadi sih sudah di rumah. Dinda kan kalo tidak sarapan ga konsen Mami. Apalagi Bunda cerewet kalau anaknya tidak sarapan sebelum berangkat." jawabku. Ya, tadi aku sudah sarapan roti dan segelas susu biar tetap konsentrasi biarpun hari ini aku ga kuliah. Kebetulan kan ada acara wisuda gabungan. Jadi semua warga kampus ikut mensukseskan acara besar ini lah.
Setelah merapikan dandanan dan pakaiannya aku dan Mami Siska turun ke restoran menyusul Om Darwis dan Bayu.
Dari dandanan dan pakaiannya, kulihat banyak juga keluarga wisudawan yang menginap di hotel ini. Tentu saja, karena hotel ini cukup dekat dengan lokasi Balairung tempat wisuda kampusku. Mami Siska dan aku mencari-cari dimana Om Darwis dan Bayu duduk.
"Itu mereka." Akhirnya Mami Siska menemukan keluarganya.... eh calon keluargaku juga dan menarikku menuju tempat mereka sarapan.
Terlihat Om Darwis dan Bayu bangkit dari duduknya menyambut kami. Om Darwis dengan Jas birunya dan Bayu yang juga mengenakan jas yang hampir sama dengan ayahnya. Dua-duanya sama-sama keren dan tampan. Wow! Masku tampan sekali ya. Aku tersenyum pada Om Darwis dan kemudian ke Bayu. Mami Siska dipersilakan duduk oleh Om Darwis. Oh no! Bayu pun berlaku sama padaku. Setelah aku dan Bayu duduk disampingku, kepalanya mendekat ke telingaku dan berbisik.
"Kamu cantik sekali sayang."
Mendengarnya pipiku terasa panas dan mungkin sudah merona. Tiba-tiba dia mencium pipiku. Ah, aku terkejut dan melihat Mami Siska dan Om Darwis tersenyum melihatnya. Aku jadi malu.
"Sudah sayang, ga usah malu-malu gitu. Kalian memang pasangan yang serasi kok." ujar Mami Siska.
Aku melirik Bayu dan tersenyum. Ketampanannya itu benar-benar membuatku terpesona dan menyesal. Menyesal menyembunyikan status kami di kampus. Hari ini aku tidak perduli lagi dengan apa yang akan dipikirkan orang lain tentang aku. Toh ini adalah kenyataan. Mereka harus menerimanya. Aku juga sudah mulai menerimanya dan aku mau belajar menjadi kekasih yang baik untuk Mas Bayu.
"Mas sudah sarapan?"
"Sudah Dinda, kamu ga sarapan?" Aku menggeleng.
"Cobain sedikit saja, enak lho."
Bayu menyorongkan sesendok makanan dari piringnya ke mulutku. Sebetulnya aku sudah kenyang tapi untuk menghormati orang-orang yang duduk di meja makan akhirnya kubuka mulutku dan menerima suapan Mas Bayu.
Kukunyah makanan yang sudah ada di mulutku dan kunikmati kelezatannya yang memang di atas rata-rata meskipun cuma sarapan. Setelah habis aku mengangguk dan menyetujui pendapat Mas Bayu.
"Bener Mas, enak banget."
"Apa kubilang. Kapan-kapan kita makan di sini lagi ya?"
"Setuju Mas."
Mami Siska dan Om Darwis tertawa. Kudengar Om Darwis menyindir kami sebagai pasangan yang sangat-sangat serasi.
"Wah, sepertinya acara mantuannya harus disegerakan nih Mam. Biar kita cepet-cepet dapat cucu.
"Iya Pap, setuju banget Mami. Sepertinya Dinda udah siap nih jadi istrinya Bayu." timpal Mami Siska.
"Bayu sih setuju banget Pa, tapi Bayu menghormati keinginan Dinda untuk kuliah dulu. Meskipun Bayu udah ga sabar lagi."
Eit, Mas Bayu kenapa malah ikutan. Aku cuma tersenyum tidak membalas. Jelas lah aku malu banget.
"Sudah-sudah, kalau sudah siap kita segera ke tempat acara yuk." ajak Mami Siska menyelamatkanku dari situasi yang makin panas ini.
Bayu memasang pakaian wisudanya dan memakai toga. Aku membantunya merapikan jubahnya. Ih seperti istri yang sedang merapikan pakaian suaminya saja.
"Love you, Dinda." Bisik Mas Bayu. Aku hanya tersenyum.
Kamipun pergi dari restoran ini dan menuju Balairung dengan berjalan kaki. Ramai sekali yang akan menghadiri acara. Wisudawan-wisudawati, keluarga mereka dan panitia semua bercampur aduk .
Setelah mengisi buku tamu, aku dan Mami Siska serta Om Darwis berpisah dengan Mas Bayu. Karena tempat duduk wisudawan dan keluarganya dipisah. Kamipun menuju nomor kursi yang tertera di undangan.
Prosesi upacara pun dimulai. Anggota paduan suara dan orkes yang mengiringi saat prosesi upacara, ada pidato wakil wisudawan dan pidato Rektor. Ternyata Mas Bayu yang jadi wakil wisudawan berpidato karena prestasinya. Aku bangga sekali ternyata tunanganku betul-betul pintar dan terkenal. Apalagi Mami Siska dan Om Darwis pasti lebih bangga pada anaknya itu. Semua wisudawan maju ke depan, rektor memindahkan kuncir pada topi yang dipakai wisudawan dari kiri ke kanan, lalu bersalaman dengan rektor dan dekan. Setelah hampir empat jam acara di balairung selesai. Kini giliran acara ramah tamah di masing-masing fakultas sekaligus makan siang. Wah aku tidak bisa melihat acara di fakultasku sendiri. Tapi tidak apalah tahun depan masih bisa kan.
Ketika sampai di depan fakultasnya Mas Bayu, kami disambut oleh salah seorang junior Mas Bayu. Hei itu seharusnya tugasku dengan Mirna. Tapi aku mangkir kali ini. Kami diantar ke tempat duduk yang disediakan. Acara sambutan dari Dekan dan Ketua himpunan kepada para wisudawan-wisudawati dan keluarganya tidak lama lalu kami dipersilakan untuk makan siang yang telah disediakan Fakultas secara prasmanan. Selama makan siang ada hiburan musik dari para anggota himpunan.
"Dinda."
Suara familiar memanggilku yang sedang menikmati makan siangku. Kudongakkan kepalaku dan tersenyum padanya.
"Hai Al, apa kabar?" sapa Mas Bayu sambil menepuk bahu Al.
"Eh, Mas Bayu selamat ya." Al yang sedikit kaget langsung menyalami Mas Bayu sambil tersenyum dan kemudian menengok tersenyum ke arahku.
"Silakan dinikmati hidangannya, Om - Tante." serunya lagi sambil tersenyum ramah ke arah Mami Siska dan Om Darwis.
"Saya tinggal dulu ya."
Aku mengangguk memandang Al yang meninggalkan kami. Al sudah tahu, pasti sebentar lagi pasangan gosipnya, Mirna akan tahu. Mas Bayu hanya tersenyum memandangku.
Ketika acara hampir selesai, kami bertemu lagi dengan Al
"Al boleh minta tolong fotoin kami?" tanya Mas Bayu.
"Boleh Mas." Lalu Mas Bayu menyerahkan kamera ke Al.
Al dengan setia mengarahkan kami berpose di depan fakultas. Mula-mula berempat, pose bertiga dan terakhir pose berdua.
"Kalian memang cocok.... " kata Al sambil menyerahkan kembali kamera pada Mas Bayu.
"Sejak kapan? Dinda kamu harus traktir gue dan Mirna ya. Hehehe..." seloroh Al.
Aku dan Mas Bayu hanya ikut tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinda (Completed)
Любовные романыPertunangan Dinda dan Bayu berlangsung beberapa bulan sebelum Dinda menyandang status mahasiswi. Dinda tidak menyangka satu kampus dengan Bayu. Meski cuma beberapa bulan. Dinda berharap pertunangan mereka tidak mengganggu kuliahnya. Pertunangan mere...