Never Ending

6.1K 192 2
                                    

"Kak Bayu!" suara seseorang memanggil.

Spontan keempat orang yang sedang berjalan beriringan mengalihkan pandangannya ke arah suara itu. Wajah Dinda meredup melihat siapa yang memanggil tunangannya. Genggaman tangan Bayu mengerat. Mirna memuai. Rahang Al mengeras.

"Ya, ada apa Fad?" akhirnya Bayu menjawab panggilan seseorang yang tidak diharapkannya. Tidak diharapkan Dinda, Mirna dan Al.

"Tidak apa kan aku menyapa kakak dan teman-teman kakak." katanya lagi sambil tersenyum miring.

Sementara Mirna mengepalkan tangannya dengan keras. Emosinya mulai mendidih mengingat kejadian yang tidak mengenakan tiga tahun lalu. Kejadian yang melibatkan mereka berlima dan satu orang lagi. Kejadian yang ingin Dinda lupakan dan kubur dalam-dalam.

"Selamat ya buat kalian bertiga sepertinya kalian akan diwisuda bersama-sama." kedua tangannya masih tersimpan di balik saku celananya.

Semua diam.

"Wah, sepertinya kalian belum memaafkan kejadian yang dulu ya." Mata Fadli menatap tajam ke arah Dinda.

"Maaf? Huh.... enak saja minta maaf. Sebegitu mudahnya lo minta maaf. Cih! Pengecut!" Mirna nyolot.

"Babe, jaga bicaramu." Al menyahut.

"Thanks, lo juga wisuda tahun ini kan. Berarti samaan dong." Lanjut Al mencoba meredam situasi.

"Selamat Fad, jalan duluan ya." Sambung Bayu tidak mau berlama-lama.

Setelah cukup jauh dari Fadli, Bayu berbisik dan menggenggam tangan Dinda mengalirkan kekuatan.

"Kamu gak papa Dinda?"

"Mmm i-i-i ya aku sudah lebih baik." jawab Dinda dengan sedikit bergetar.

"Sudahlah, ini kan sudah tiga tahun yang lalu."

"Baiklah, kamu tenang saja ya. Ambil nafas dalam-dalam." balas Bayu sambil mengelus punggung Dinda.

"Sori Din, tadi aku emosi. Gak maksud."

Dinda pun mengangguk perlahan.

Keempatnya pun meninggalkan kampus itu dengan mobil masing-masing. Dinda dengan Bayu dan Mirna dengan Al.

***

"Ayo ambil foto sekali lagi dong!" teriak Mirna bersemangat.

"OK satu .. dua.... tiga..."

Klik!

Semuanya tertawa bersama.

Setelah acara menonton dan makan-makan, keempatnya sengaja pergi ke pantai untuk merelakskan pikiran-pikiran mereka. Kan mereka tidak mungkin corat-coret baju seragam lalu berkeliling kota konvoi dengan teman-teman satu sekolahan.

Angin pantai benar-benar mengacaukan rambut dan pakaian mereka. Al dan Mirna main kejar-kejaran di sepanjang pantai. Tawa mereka menggema. Untunglah pantai ini tidak terlalu ramai jadi tidak ada yang terganggu.

Sedangkan Dinda dan Bayu berjalan menyusuri pantai sambil berpelukan di pinggang.

"Mereka benar-benar seperti abg labil ya?"

"Iya mas, mereka adalah pasangan yang tidak peduli apa kata orang. Tapi aku salut, keduanya saling setia, saling mendukung dan saling melengkapi. Aku jadi iri nih."

"Lho kok kamu iri, bukannya mereka yang iri dengan kita?"

"Kita?" Dinda menggeleng.

"Selama ini kita lurus-lurus saja Mas. Mas sibuk kerja, aku sibuk kuliah."

"Memang kamu ingin kita seperti apa? Mau seperti mereka kejar-kejaran?" Alis Bayu naik turun.

"Tidaklah."

"Apa kamu sudah siap?" kembali kelopak mata Bayu berkedip-kedip.

"Apaan sih Mas? Sudah siap apanya?" tanya Indah sambil mengerutkan keningnya.

Usapan singkat di kening Indah membuat Indah kaget.

"Jangan berkerut begitu. Nanti kamu cepet tua lho."

"Hah jadi Mas ga mau aku jadi tua? Maksudnya Mas mau cari yang sudah tidak berkeriput

.

Dinda (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang