"Yakin mas Bayu mau nunggu aku sekolah lagi? satu tahun lagi lho." aku coba meyakinkan sekali lagi kalau Bayu tidak keberatan untuk menunda pernikahan kami setahun lagi.
Niatku ini sempat aku lontarkan tepat setelah aku diwisuda sarjana. Yah, sepertinya kurang afdol kalau tidak mengambil kuliah profesi. Paling tidak gelarku jadi apoteker. Minimal harus dua semester untuk gelar itu.
Sudah dua malam ini aku tidur di markas bersama teman_teman angkatanku. Kami sengaja menyewa satu rumah sebagai markas untuk ujian literatur apoteker. Aku dipasangkan dengan Mirna. Kebetulan jadwalku gelombang pertama dan mirna kedua. Jadi hari ini aku akan membantu mirna mengerjakan untuk formulasi obat yang jadi soal ujian Mirna. Tablet vitamin c. Sejumlah buku referensi yang tebalnya minta ampun jadi sasaranku mencari data. Aku akan menandai halaman yang kubutuhkan dengan stick note warna warni. Nanti Mirna akan menyusunnya dengan tulisan tangannya ke kertas yg tersedia. Untunglah formulanya simpel hingga tidak perlu diskusi khusus dengan seluruh teman-temanku.
Biasanya kalau ada salah satu teman yang mendapatkan formula baru yang rumit, kita semua berdiskusi membantu menyelesaikan formula tersebut. Masing-masing akan mengeluarkan pendapatnya. Lalu akan dipilih formula yang paling mendekati. Terasa sekali kami semua senasib sepenanggungan. Fokus kami adalah lulus semua, tidak boleh ada yang tertinggal.
Selama dua malam ini pula, Bayu dan El selalu mampir pada malam hari membawakan cemilan dan semangat dong buat kita. Hmmm, sebentar lagi salah satu dari mereka pasti akan tiba di markas ini. Teman-temanku pun sudah mengenal mereka. Jadi tidak canggung lagi. Aku masih menunggui Mirna yang sibuk menyalin data-data ke buku catatannya.
"Mir, gue sholat dulu ya. Sekalian mau menemui Bayu di depan. Ada titipan ga?" tanyaku pada Mirna sambil berdiri. Mirna mengangguk sambil berkata, "Beliin gue kopi biasa ya, biar segeran. El kena macet jadi masih lama kopinya."
"Oke bos."

Ruang sholat di salah satu kamar kutinggalkan menuju ke teras rumah ini. Bayu sudah menungguku di situ.
"Hai Mas, sudah lama?" tanyaku sambil duduk di salah satu kursi di teras.
"Barusan kok, tul kan Mat?"
"Yoi Mas. Gue tinggal dulu ke dalem ya mau cek teman-teman."
"Oke."
Rahmat pun meninggalkan kami ke dalam.
"Eh ini ada martabak buat teman-temanmu yang."
"Wah makasih Mas, sebentar aku simpen di dalam." Martabak pun ku bawa ke dapur dalam di ruang tengah.
"Guys ada oleh-oleh nih dimakan yah. BTW gue mau ke minimarket depan ada yang mau titip ga?"
"Wah tau aja Dinda kita lagi lapar."
"Thanks."
Teman-temanku yang sedang berdiskusi melirik martabak di kotak yang kusimpan di tengah-tengah ruangan ini. Sedangkan yang bener-bener lapar langsung menyerbu. Aku cuma tersenyum.
"Gue nitip permen ya Din." seru Miki temanku yang sedang diskusi.
"Oke, kalo ada lagi SMS ya. Bye."
"Bye"
Akupun keluar ke teras menemui Bayu.
"Jalan yuk Mas, ada titipan nih."
"Oke, ayuk."
11 hari kemudian .....
Ujian tahap 2 Apoteker dilaksanakan tepat 11 hari setelah pengumuman kelulusan tahap 1. Waktu yang singkat itu sebaik mungkin aku pergunakan untuk persiapan ujian. Jadi ujian tahap 2 ini akan dilakukan selama 3 hari, dimana 2 hari pertama merupakan ujian penelusuran pustaka (ini mirip dengan ujian tahap 1 yang harus menulis jurnal berpuluh-puluh halaman dengan tulisan tangan), dan 1 hari terakhir merupakan ujian praktik konseling ke professional kesehatan, serta konseling ke pasien.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinda (Completed)
عاطفيةPertunangan Dinda dan Bayu berlangsung beberapa bulan sebelum Dinda menyandang status mahasiswi. Dinda tidak menyangka satu kampus dengan Bayu. Meski cuma beberapa bulan. Dinda berharap pertunangan mereka tidak mengganggu kuliahnya. Pertunangan mere...