Merit?

4.9K 193 1
                                    

Lega juga sih ternyata ketika Mirna dan Al tahu hubunganku dengan Bayu. Kulirik Bayu masih fokus dengan jalanan di depan. Sementara Mami Siska dan Om Bayu duduk di belakang di kursi penumpang masih berpelukan mesraaaaaa. Daripada sepi aku mencoba mencari-cari saluran radio yang pas.

"Din, kita mampir ke rumah kamu dulu ya. Nanti sore kita makan malam bersama di luar." kata Bayu ketika melihatku masih mencari-cari stasiun radio.

"Iya, Ayah dan Bunda juga sudah nungguin kita, Kak. Mami dan Papi nginep aja nanti malam di rumah Dinda." jawabku menyampaikan pesan Bunda.

"Pasti sayang, Mami sudah janjian kok sama Bunda. Sekaligus permintaan maaf Mami tidak menginap semalam di rumahmu." jawab Mami Siska.

***

Makan malam pun yang dihadiri keluarga Dinda dan keluarga Bayu berlangsung dengan akrab di sebuah restoran seperti janji Bayu.

"Wah, Bayu sudah selesai kuliah dan sudah kerja sekarang. Kapan nih kita besanan ya Mbak?" celetuk Mami Siska. Bunda hanya senyum, Ayah dan Om Darwis tertawa.

Bayu.... dengan manisnya cuma mengulum senyum manis mendengar obrolan Mami dan Bundanya Dinda. Sambil diliriknya wajah Dinda yang tidak bisa dikatakan adem ayem.

"Bun...." Dinda bergumam masih dengan wajahnya yang seperti habis ditonjok. Hancur banget. Meskipun senyum terpaksa tercetak jelas.

"Santai saja Dinda.... Bunda dan Mami Siska cuma bercanda sayang. Iya kan Teh." jawab Bunda menenangkan.

"Aduh, maafin Mami yah Dinda. Mami bercanda kok. Dinda mau selesain kuliah dulu kan. Mami setuju banget. Tapi..." Mami Siska menggantung kalimatnya. Semua melirik ke arah Mami Siska yang masih senyum-senyum.

"Tapi apa Mam?" tanya Bayu penasaran.

"Hmm... ah sudahlah... Mami ga mau bikin calon mantu Mami tambah sedih." Eh, Mami Siska malah tidak melanjutkan kalimatnya. Dinda cuma bisa diam sambil memasukkan suapan terakhir di piringnya. Lalu meminum air putih yang terletak tak jauh dari piring di depannya.

Obrolan mereka pun beralih menjadi obrolan pekerjaan Ayah dan bisnis Om Darwis. Mami Siska dan Bunda sibuk membicarakan acara reuni sekolah mereka. Bayu memegang pergelangan tangan Dinda menyalurkan kekuatan pada Dinda untuk lebih sabar menghadapi celetukan Maminya.

Dinda tetap diam sambil sesekali tersenyum jika keempat orang tuanya menengok ke arahnya atau menyebut namanya atau Bayu.

Akhirnya makan malam pun berakhir. Keluarga Bayu menginap di rumah keluarga Dinda seperti janji Mami Siska. Mami Siska dan Om Darwis tidur di kamar tamu. Dinda di kamarnya. Bayu tidur di sofa ruang tengah yang disulap jadi tempat tidur dengan selimut dan bantal... kan ga mungkin Bayu tidur di kamar Dinda sedangkan mereka belum terikat dalam tali pernikahan. Sebenarnya Bayu ingin pulang ke apartemennya tapi karena Mami dan Papinya memaksa ikut menginap, di sinilah Bayu mencoba memejamkan matanya. Mencari posisi wuenak. Ketika jarum jam menunjukkan angka 12 tengah malam terlelaplah Bayu di sofa itu.

"Kak...kak...." suara merdu itu terdengar samar-samar. Matanya masih sulit terbuka karena masih mengantuk. Tak lama dirasanya nyeri di lengan kirinya. Dicubit.

"Auw! sakit siapa sih ganggu?" Terpaksa dibukanya matanya dan dilihatnya wajah Dinda yang baru bangun tidur sedikit mengerutkan keningnya.

"Mmmm.... Kak pindah ke kamar Dinda saja. Nanti badannya sakit-sakit." cicit Dinda.

Bayu menyunggingkan senyum, pikirannya sedikit melenceng.

"Yakin, aku boleh tidur di kamarmu?" goda Bayu.

"Iyalah Dinda sudah kebangun dan mau sholat Shubuh ga tidur lagi. Kakak Sholat dulu gih terus tidur di kamar Dinda. Dinda ga akan ganggu, mau bantu Bunda masak sarapan...kok."

"Yah.... PHP" gerutu Bayu dengan memonyongkan mulutnya.

"Lho kok PHP... dasar mesum ya....udah ah Dinda mau sholat dulu." Dinda hendak berbalik tapi tangannya dicekal Bayu.

"Jamaah yuk..." ajak Bayu akhirnya.

Dinda mengangguk.





Dinda (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang