Go go go author!
Author lagi bingung nih lanjutannya apa yah?
Kerangka ceritanya habis di part kemarin.
Mikir dulu deh endingnya.
"Mau dibawa kemana hubungan kita...
Ku takkan terus jalani ...
Tanpa ada ikatan pasti...
Antara kau dan aku"
Kwkwkwk...
ngaco ya nyanyinya maklum daku ga bakat nyanyi kalo ga fals ga hapal lirik (hehe udah diedit sebelum dipublish), hanya kepingan-kepingan syair.
Dinda yang jaim.
Bayu yang mupeng.
***
Sudah tiga bulan ini Bayu sibuk di kantornya, kita cuma ketemuan pas weekend saja. Bahkan Bayu ga pernah ke kampus lagi. Jadi sudah tidak ada gosip tentang Bayu the most wanted di kampus. Akupun sibuk dengan kuliahku yang sudah mulai banyak tugas praktek ataupun materi. Wuih.
Tapi kalau sedang lelah dan tidak ada tugas seperti ini, jadi kangen dijemput Bayu di kampus. Huhuhu... dulu aku jaim banget.
Ke apartemen Bayu?
Aku kapok, inget Bayu yang mupeng itu, waktu aku lupa ganti baju dan tertidur di apartemennya. Padahal aku kan iseng saja beli baju minidress seperti itu. Aku bukan tipe yang show off kok. But, now I know that he is 'mesum' boy.
"Hai, lo Dinda ya?" tanya seorang cowok tiba-tiba ketika aku sedang berjalan di koridor menuju perpus.
"Oh... hai ... iya, aku Dinda. Kamu siapa ya?" jawabku setelah sadar dari lamunanku.
Cowok itu mengulurkan tangannya, "Gue Fadli, anak TI. Kenalin."
Takut ga sopan aku pun menyambut uluran tangan cowok bernama Fadli itu.
"Ya...ya...aku jurusan Farmasi. Mau ke perpus juga?"
"Iya. Bareng yuk."
"Bo-leh."
Kamipun berjalan menuju perpustakaan kampus.
"Eh, gue harus ke lantai empat nih, soalnya buku yang gue cari ada di lantai empat. See you around." Kataku berusaha menghindar ngobrol lebih lama, gue kan lagi kangen Bayu.
"Mmm.... gue ambil buku di lantai dua. Mau belajar bareng ga?" tanyanya seperti orang yang mau pedekate. Gimana nih?
"Tapi kan kita belajarnya beda Fa?"
"Ya kita bisa baca buku masing-masing lah. Kalau materinya pasti beda. Boleh kan duduk-duduk bareng. Bosen juga nih aku di lantai dua...hehehe..."
"Ya terserah, paling nanti kita sibuk sendiri-sendiri...hehehe" kataku sambil tersenyum.
"OK, see you di lantai empat. Nanti gue susul." katanya begitu lift berhenti di lantai dua.
"Ya."
Lift pun berjalan naik. Dan aku berhenti di lantai empat. Segera kucari buku yang aku butuhkan dan kutuju tempat duduk favoritku di lantai empat.
Yah sudah diokupasi nih sama hmmm kakak seniorku, aku lupa namanya. Jadi aku cari lagi tempat duduk lainnya yang kosong. Sepertinya sudah penuh semua. Ramai betul ya hari ini mahasiswa-mahasiswi yang ke perpus. Mungkin karena mau UTS ya.
Ting.
Lift terbuka lagi, kulihat Fadli sudah sampai di lantai empat sambil membawa beberapa buku. Dia melambaikan tangan ke arahku dan mendekatiku. Aku cuma menyunggingkan senyum.
"Belum dapat tempat duduk ya...?" tanyanya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru lantai empat.
"Sepertinya penuh. Mau ke lantai dua saja, tadi tidak terlalu ramai lho." tawarnya.
"Katanya bosen di lantai dua....?" balasku.
"Ga papa daripada ga ada tempat duduk, kan bareng lo jadi ga terlalu bosen lah. Ayo!"
"Oke deh."
Ting.
Sampailah aku dan Fadli di lantai dua, ternyata benar tidak terlalu ramai dan masih ada beberapa bangku yang kosong.
"Di sana saja yuk, masih kosong." tunjuk Fadli ke meja dengan dua kursi kosong. Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkahnya.
Akhirnya kami pun bisa duduk dan mulai membaca buku-buku kami. Aku membuka buku tugasku. Dan mulai mengerjakan tugasku, Kami hanya diam selama membaca dan mengerjakan tugas. Sesekali tersenyum ketika pandangan kami bertemu. Sebenarnya Fadli dari tadi mencuri pandang terus ke arahku. Bisa kulihat dari ekor mataku. Agak risih, karena bukan Bayu yang memandangku.
Satu jam berlalu.
"Gue sering liat lo ke perpus sendirian lho." bisik Fadli tiba-tiba.
"Hmm..." sedikit lagi tugasku selesai.
"Maaf aku ganggu."
"Selesai. Eh, sori gue tadi fokus ngerjain tugas." kataku.
"Iya ga apa. Ternyata lo fokus banget ya ngerjain tugasnya. Sampe ga bisa gue ganggu. Hahaha.."
"Masa sih. Eh tadi lo ngomong apa ya?"
"Gue sering liat lo di perpus." ulang Fadli.
"Berarti lo sering ke perpus juga dong... Sama kalo gitu" timpalku.
"Ketahuan deh..."
"Maksud lo?"
"Ketahuan ngikutin lo."
"Hah? Lo sengaja ngikutin gue?" tanyaku kaget.
"Iya, gue tertarik ama lo. Lo manis."
"Emang gue gula ya..." jawabku menutupi kegugupanku mendengar ucapannya barusan.
"Beneran lo manis kayak gula, gue jadi pingin jadi semutnya."
"Gombal!"
"Serius Dinda, gue serius ama ucapan gue."
"Mmmmm... gimana ya gue ga ngerti."
Diam.
"Maksud gue, gue mau nembak lo jadi pacar gue."
Deg.
Aduh gimana nih? Kok cowok ini langsung nembak aja ya.
Inget Bayu Dinda. Lo harus menolaknya dengan halus.
Lima menit berlalu, aku tidak bergeming.
"Gimana? Lo ga usah jawab sekarang kok. Mungkin ini mengagetkan lo."
Drrt.....
"Eh sebentar... gue baca pesan dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinda (Completed)
RomancePertunangan Dinda dan Bayu berlangsung beberapa bulan sebelum Dinda menyandang status mahasiswi. Dinda tidak menyangka satu kampus dengan Bayu. Meski cuma beberapa bulan. Dinda berharap pertunangan mereka tidak mengganggu kuliahnya. Pertunangan mere...