Apartment

5K 199 1
                                    

"Love you."

"Love you too."

***

"Kita mau kemana Bayu? Pagi-pagi sudah jemput aku." tanyaku kaget ketika Bayu mengajakku pergi jalan-jalan hari Minggu ini. Biarpun aku menolak seperti biasa malas keluar rumah. Tapi Bayu tetap memaksaku keluar rumah dengannya.

"Aku bosan Dinda, kamu ga pernah mau pergi keluar rumah. Padahal kamu masih libur pula." alasan Bayu.

"Sebentar lagi kamu masuk kuliah, gak ada deh teman ngobrol kalau siang....hehehehe..." lanjutnya sambil tertawa.

"Betewe kemana saja kamu seminggu ini, tumben nggak nangkring di sini." tanyaku lagi sambil memakai sepatu ketsku. Tahu sendiri seminggu kemarin Bayu, asli tidak pernah menjejakkan kakinya di rumahku ini. Cuma telpon dan SMS itupun jam makan siang atau malam hari.

"Aku pulang ke Bogor Dinda. Kangen rumah."

"Oh gitu." aku cuma berOh ria.

"Aku sudah siap."

Bayu pun bangkit dari kursinya dan mengambil kunci motornya dan berlalu keluar rumah. Aku hanya mengekorinya sambil mengunci pintu rumah. Hari ini Bunda dan Ayah pergi arisan keluarga di Tangerang. Jadi tinggal aku sendirian. Karena Bayu telpon akan datang ke rumah, akupun tidak ikut Bunda dan Ayah ke arisan keluarga. Sebenarnya tadi aku mau mengajak Bayu menyusul Bunda dan Ayah ke Tangerang. Mbak Niken punya momongan baru pengen lihat bayi imutnya. Tapi Bayu bilang mau mengajakku ke suatu tempat. Penting katanya. Ya sudahlah aku pun manut saja. Sebelumnya aku mengabari Bunda kalau kami mungkin tidak sempat ke rumah Mbak Niken. Bunda pun menyetujui.

***

Motor Bayu membawa kami ke kawasan kuningan. 'Sepi lah daerah ini hari minggu gini.' Batinku.

Maklum daerah perkantoran dan apartemen. Ada sih daerah yang ramai, seputaran mal. Eitdah ternyata kami masuk ke salah satu mal.

"Makan dulu ya." kata Bayu sebelum aku bertanya.

Kami pun makan siang, kebetulan memang sudah waktunya makan siang jadi tempat-tempat makanpun ramai diserbu pengunjung mal ini yang kelaparan.

"Habis ini kita mampir ke carefour ya, aku mau beli camilan dulu." Ajak Bayu disela-sela kami makan.

Aku cuma mengangguk sambil menghabiskan makanan di piringku.

Di Carefour Bayu membeli beberapa cemilan, roti tawar, gula, kornet, sarden, mi instan, sabun dan minuman ringan.

"Lho kok malah belanja bulanan gini ya?" selorohku.

"Emang motornya muat Bayu?"

"Buat di tempat kosan. Aku mau ngajak kamu ke tempat kosanku."

"Ngapain?" tanyaku curiga. Takut-takut Bayu berpikir yang aneh-aneh. Kami kan belum sah. Aku geleng-geleng kepala,

"Hayo lagi mikir apa?"

Akupun mencubit lengan Bayu dengan keras.

"Nyebelin!"

"Aduh! Sakit bener nih..... udah pengen nikah ya..?" goda Bayu lagi.

Aku manyun.

"Ogah kamu kan belum lulus beneran dan belum kerja. Mau makan apa kita?" jawabku sambil tetap cemberut.

"Ih matre juga nih Dinda."

"Kucubit lagi nih, kali ini lebih keras." Ancamku.

"Iya-iya ga goda lagi ah. Udah blushing tuh pipinya."

Ampun.... Bayu!

***

Selesai berbelanja, Bayu mendorong kereta belanjaan ke arah lift bukan elevator.

"Kok naik lift, Bayu? Parkiran kan di bawah."

"Ikut saja." Kata Bayu sambil memijit angka 19.

Kubaca petunjuk di pintu lift, lantai 19 itu bagian dari apartemen. Aku memandang Bayu untuk bertanya. Bayu hanya mengangguk seolah tahu apa yang mau kutanyakan. Di lift memang ada sebuah keluarga ayah, ibu dan anak balitanya, bukan cuma kami berdua. Mereka turun di lantai 15.

"Jadi, selama ini kamu kos di sini?" tanyaku setelah keluarga itu keluar.

"Hmm.." gumam Bayu yang bikin penasaran.

Akhirnya lift pun sampai di lantai 19, aku cuma mengikuti Bayu menuju kamar 1905.

"Ayo masuk dulu nyonya."

Kuputar bola mataku malas dan masuk ke dalam kamar itu. Sebuah apartemen tipe studio yang sudah lengkap dengan perabotannya. Kasur, Lemari, Kursi, Kitchen Set, AC, TV Flat, Kulkas dan Water dispenser.
Aku pun melangkah ke kursi satu-satunya di ruangan ini, sepertinya kursi kerja. Bayu memasukkan belanjaan pantry dan kulkas.

"Kamu duduk dulu ya. Aku bereskan belanjaan ini."

"Gak perlu kubantu ya."

"Tidak."

Selesai membereskan barang belanjaan. Bayu membawa dua botol minuman ringan dan tiga bungkus cemilan dan meletakkan di atas meja dan duduk di kasur.

"Bagaimana menurutmu apartemen ini?"

"Lumayan. Kok ambil apartemen Bay? Jauh lagi dari kampus dan rumahku." tanyaku. Tahu sendiri kan rumahku di Jakarta Timur bagian selatan dan kampusku juga di Depok.

"Oh, aku ga beli kok. Fasilitas dari kantor."

"Emang udah kerja ya?"

Bayu pun bercerita kalau dia sudah mulai kerja seminggu ini di daerah Kuningan, makanya kantor memberi fasilitas apartemen. Pantas dia ga pernah datang ke rumah seminggu ini.

Aku cuma beroh ria sambil manggut-manggut.

Lalu Bayu memberikan kunci kepadaku.

"Buat apa?" tanyaku.

"Siapa tahu kamu mau main ke daerah sini, terus cape, kamu boleh mampir. Kalau-kalau aku masih di kantor."

"Tidak perlu, aku akan menelepon dulu kalau mau mampir. Gak perlu kunci sendiri. Nanti ganggu kerja kamu."

"Kamu simpan saja. Biar tidak hilang juga."

"Terserah." Aku pun menerima kunci itu dan memasukkan ke dalam tas kecilku. Siapa tahu berguna.

"Besok Senin kita ada daftar ulang. Mau aku jemput?" tanya Bayu disela-sela pesta camilan sore itu.

Aku duduk bersila di kursi dan Bayu duduk bersila di karpet di samping tempat tidur.

"Memang kamu tidak masuk kerja? Katanya sudah kerja." tanyaku bingung.

"Oh aku sudah izin tidak masuk besok. Karena harus ke kampus mengurus administrasi wisuda. Kantor sudah mengizinkan kok. Jadi?"

Ragu-ragu aku menjawab. Tahu sendiri aku masih belum mau berduaan di kampus yang bakal bikin gosip heboh. Aku mau low profile dulu. Bah!

"Nanti kita turun di parkiran perpus atau di parkiran mana saja yang jauh dari gedung jurusan deh... gak akan ketahuan." Bayu membeberkan rencananya.

"Yakin? Terakhir Mirna melihat motormu memboncengku dan dia menebak itu aku. Karena dia tahu bajuku hari itu."

Mendengar jawabanku, Bayu berpikir sejenak.

"Oh itu gampang, kamu nanti pake jaketku ... gimana? hehehe"

Aku masih ragu.

"Mau coba?"

"Hmmm... yakin ya?"

"Sip...!"



Dinda (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang