Seeing You Again

5.5K 223 0
                                    

Part 12

Drrt.....

Aku melihat ada nada panggil dari orang yang sudah lama tidak mengirim kabar ataupun menunjukkan batang hidungnya. Kuklik tombol hijau untuk menjawabnya.

"Dinda apa kabar sayang?" kata Bayu dari seberang sana.

"Eh, sebentar ya. Aku segera balik." Aku memberi kode kepada Mirna dan Al bahwa aku harus pergi.

"Ih Dinda, masih jaim ya. Masak ditanya apa kabarnya kok malah gitu jawabnya."

"Guys, sorry ya suruh balik nih..."

Aku segera mengambil tasku dan pergi tanpa mematikan sambungan telepon. Entah apa yang ada di pikiranku saat itu. Bisa-bisanya aku berbohong begini ya.

Setelah jauh dari kantin, baru aku berani menjawab.

"Bayu??"

"Kamu ada di Jakarta?"

"Iya. Kenapa mau aku jemput?"

"I-i-i ya boleh. Tapi aku masih di kampus sekarang dimana posisi kamu?"

"Sebentar lagi sampe kampus. Gimana?"

"Temui aku di perpustakaan lantai 4 dalam 10 menit. Bisa?"

"Beneran di kampus?"

"Iya bener. Bye."

Kututup teleponku.

Dan aku menuju perpustakaan kampus.

Entah, rencana apa yang ada di otakku mengapa aku menyuruhnya menemuiku di perpustakaan. Tempat itu kan masih di daerah kampus.

Tempat terlarang untuk kami bertemu.

Sesampai di lantai 4, aku melihat bangku yang terakhir aku duduki ketika melihat Bayu dan Safira berduaan masih kosong. Aku langsung mengambil meja itu. Kupejamkan mataku mencoba menghilangkan pikiran aneh dan menenangkan deru nafasku yang masih berpacu gara-gara lari-lari tadi.

Kulirik jam di tanganku. Dua menit lagi, apa Bayu bisa tiba di sini dalam dua menit saja?

Tak lama pintu lift terbuka, pasti itu Bayu. Benar! Sendirian.

Bayu menyebarkan pandangannya ke seluruh bagian lantai 4. Lalu tatapannya bertemu dengan pandanganku. Dia pun tersenyum dan berjalan menghampiriku.

Deg-deg-deg.

"Halo Dinda." Bisiknya takut orang lain mendengar. Tapi tidak banyak orang di sini.

Aku menempelkan telunjukku ke bibirku.

Bayu mengangguk dan duduk di satu bangku di seberangku.

Suasana lantai 4 ini memang lebih sepi di bandingkan lantai-lantai di bawahnya.

Aku menuliskan sesuatu di selembar kertas loose noteku dan kulipat lalu kuberikan ke Bayu tanpa aku berganti posisi.

Lima menit berlalu.

Drrt.....

Hah, ada sms masuk. Hmmmm.... dari Bayu.

'Sayang aku bisa jelasin kejadian yang kamu lihat. Tapi jangan disini ya.'

'Lebih baik kita ngobrol langsung di kafe atau di rumah kamu?'

....

'Ga aku belum mau ngomong sama kamu' balasku.

'Kalau ga jelasin sekarang lebih baik kita ketemu dulu!!!'

....

'Oke.'

'Safira memang mantanku. Dia sudah tidak ada hubungannya lagi denganku.'

'Aku dan dia ada di lantai 4 waktu itu, karena dia memintaku menemaninya belajar karena hari itu dia akan ujian.'

....

'Tapi kamu masih punya perasaan ke dia kan? Buktinya kamu diam saja waktu dia mencium pipimu. Setelah acara belajar itu. Di tempat umum lagi.'

Setetes air bening muncul di ujung mataku mengingat peristiwa waktu itu.

Dadaku terasa sesak.

....

"Maafkan aku Dinda, kalau itu menyakitimu." Bisik seseorang.

Punggungku pun dielusnya.

"Kenapa kamu menghilang?" Kutengok ke arah Bayu yang sudah berdiri di samping mejaku.

"Kamu kan yang memintaku waktu itu .... meskipun ingin rasanya aku tidak memenuhi permintaan anehmu."

"Sudah jangan menangis. Kita keluar yuk!"

"Bareng-bareng?" tanyaku ragu.

"Kalau kamu mau, aku ingin sekali berjalan bersama kamu di kampus. Sebelum aku benar-benar meninggalkan kampus ini karena aku kan sudah lulus."

"O iya selamat ya."

"Cuma itu?"

"Maksudnya?"

"Ga ada hadiah nih buat aku yang baru lulus?" godanya sambil tersenyum

Aku menggeleng.

"Ya sudah tidak apa."

"Kamu parkir motor di mana?"

"Di dekat perpustakaan. Kita cuma jalan sedikit kok lalu kamu pakai helm dan kita keluar dari kampus. Gak akan ada yang mengenalimu. Bagaimana?"

"Mmmm.... ya udah."

Akupun mengikutinya ke arah lift turun tapi dengan menjaga jarak.

Pintu lift terbuka, Bayu dan aku masuk. Bayu memijit tombol lantai dasar. Lalu mundur mendekati posisiku berdiri yang menempel dinding belakang lift. Pintu liftpun tertutup.

Bayu mencoba memegang tanganku tapi aku menariknya.

"Malu."

Ia pun cuma tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

Akhirnya lift sampai di lantai dasar. Semua penumpang lift yang sekarang ada 6 orang keluar semua. Aku tetap tidak menjaga jarak dengan Bayu.

Benar saja baru keluar dari dalam lift beberapa temannya yang ada di lantai dasar menyapanya.

Untunglah aku tidak bergandengan tangan. Bisa jadi bahan gosip lagi. Aku tidak mau. Belum saatnya.

Bayu berbelok ke parkiran motornya yang dibuntuti oleh aku lah. Sampai di dekat motornya segera kukenakan helm putih itu. Setelah terpasang dengan baik kutengokkan ke sekeliling tempat melihat-lihat kalau ada temanku atau teman Bayu yang melihat ke arah sini.

Sepertinya aman, mungkin karena sudah jam 5 lewat dan hari ini adalah hari terakhir semester I. Tidak akan ada yang mengenaliku di balik helm ini. Kecuali Bayu pasti banyak yang mengenalinya. Bye-bye kampus. Liburan I'm coming!

B E B A S !



Dinda (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang