Unveil

4.4K 187 0
                                    

Bos kakak gadis itu diwisuda besok.

"Kakak? Bukannya petugas TU bilang dia anak tunggal."

Fadli menganalisa tentang fakta yang baru saja diterimanya. Hingga keningnya pun berkerut.

Selidiki siapa nama kakaknya di acara wisuda besok!

Siap Bos!

Hari Wisuda

Ting!

Notifikasi salah satu medsos diterima Fadli. Digesernya tombol buka untuk melihat isinya.

Wuis!

Sebuah foto gadis bergaun biru sedang berjalan beriringan dengan salah satu wisudawan.

Diperbesarnya foto tersebut. Ia mengenali gadis bergaun biru itu. Ia pun juga mengenali wisudawan itu. Salah satu senior di kampus. Mantan ketua BEM!

"Jadi dia yang sedang dekat dengan gadisku."

Setahu Fadli, Bayu juga anak tunggal. Fadli menduga Dinda mempunyai hubungan dengan si Bayu ini. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Rahangnya mengeras. Dia merasa keduluan. Tidak boleh terjadi.
Aku tidak akan kalah dari siapapun.
Fadli pun menelepon si pengirim foto tadi dan memberi instruksi selanjutnya.

***

Ringtone only exception berbunyi nyaring.
"Hmmm ada pesan masuk." Kata Saphira dalam hati. Dirogohnya handphone di salah satu saku blazer paduan suaranya. Dan diunlock lah hapenya.
"Eh, MMS. Tumben. Apa isinya ya ?"
Jari lentiknya menekan tombol-tombol selanjutnya dan dilihatnya foto itu.
Hatinya mencelos. Sedikit rasa sakit tiba-tiba menghuni dadanya.
Setitik air mata lolos dari ujung matanya. Kini adukan perasaan yang bercampur baur mengambil alih kuasanya. Marah, sedih, cemburu. Tunggu! Ada perasaan bahagia juga.
"Aneh!" Pikirnya.
"Ada apa dengan diriku? Apakah aku masih belum ikhlas melepasnya? Apakah aku berubah menjadi seorang posesif?"
Berjuta pertanyaan beruntun bermunculan di kepalanya. Seperti windows pop up saja. Mungkin wajahnya sudah berubah menjadi monitor notebook yang memaparkan pop up-pop up itu meminta konfirmasi untuk memproses algoritma selanjutnya.

Diambilnya selembar tissue dari sakunya yang lain. Diusapnya tetesan air mata tadi. Lalu ia melangkah keluar dari balairung. Toh tugasnya sebagai anggota padus sudah selesai. Ia memerlukan oksigen yang terasa menipis di belakang panggung tadi.
Dia sempat bangga melihat mantan kekasihnya tadi memberi sambutan di podium Tapi rasa bangga itu bukan miliknya lagi.

"Sudah saatnya aku menyerah. Ini waktunya." Desahnya mengiringi langkah kakinya keluar.

***

Tadi kulihat Safira buru-buru meninggalkan balairung. Airmukanya tidak seceria saat Kak Bayu tampil. Aneh.

Yah, sudahlah aku harus segera ke fakultasku membantu teman-teman angkatan menyambut wisudawan dan keluarganya di fakultas.
Aku dan Dinda kan mendapat tugas yang sama. Tapi semalam tuh anak bilang ga bisa datang dan sudah minta ijin Rahmat.
Apa Dinda sakit ya? Sampai melewatkan kesempatan terakhir melihat gebetannya (yang belum diakuinya) di wisuda.
Nanti saja deh, aku tanya-tanya dia detilnya.
Time to go.

Di fakultas farmasi

Oke fix. Dinda tidak datang. Acara sambutan dari dekan dan makan siang pun sudah selesai.

Oh capeknya.

Tadi Al menyuruhku ke fakultasnya saja karena acara di fakultasnya belum selesai.
Ya oke saja. Siapa tahu aku bisa makan gratis lagi. Hehehe.

Dinda (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang