Drrrtt....
Handphoneku bergetar. O, iya aku belum memberi kabar Bunda.
Aku segera mengambil handphoneku dan ternyata bukan dari Bunda.
Dari Mirna.
"Dinda, ada gosip nih..."
"Gosip apa, Mir?"
"Kak Bayu membonceng seorang gadis tadi di kampus. Tapi bukan dengan Safira. Siapa ya?"
"Kok kamu tahu bukan dengan Dia?"
"Iya lah... Safira kan ada di sebelahku baru keluar dari latihan padus."
"Yakin ya?"
"Bukan dengan kamu ya, Dinda? Sepertinya itu kamu, bajunya mirip yang kamu pake hari ini."
Bayu mencolek-colek lenganku seperti anak kecil minta permen.
"Maksud kamu apa Mir?"
"Mirip kamu gadis itu, yang dibonceng Kak Bayu."
Aku terdiam... aku belum siap menjawab.
"Berarti bener ya....Dinda?!"
Mirna berteriak di seberang meminta jawabanku.
"Dinda sayang, siapa yang meneleponmu.?" tanya Bayu disebelahku.
O....tidak! Mirna pasti mendengar suaranya.
"Ups! Kamu sedang dengan seseorang... pacarmu?" Mirna pun bertanya.
"Jangan-jangan dengan Kak Bayu ya....? Kamu harus cerita. Udah dulu deh aku gak mau ganggu orang pacaran." Lanjut Mirna dengan semangat.
Tut tut tut tut! Telepon pun ditutup tanpa permisi.
Aku belum menjawab apa-apa tapi Mirna sudah menutup telepon.
Aaaarrrggggh! Ketahuan! Aku mengacak-ngacak rambutku.
Gak boleh terjadi, aku belum siap.
Bayu yang melihatku kebingungan cuma bertanya "Ada apa Dinda?"
Aku menangkupkan kedua telapak tanganku ke wajahku. Mataku mulai panas, aku ingin menangis. Kurasakan ada tangan yang menarik tubuhku dan memelukku. Kini wajahku menempel di sebidang dada. Dan tangannya mengelus-elus punggungku.
"Bagaimana ini...?" gumamku lirih.
"Apanya yang bagaimana Dinda, kenapa kamu jadi sedih? Mau cerita?"
Aku cuma terisak di dadanya. Aku tidak sanggup berkata-kata.
"Kalau tidak mau cerita sekarang tidak apa-apa. Sebaiknya kita pulang saja yuk. Mungkin dengan beristirahat kamu bisa menenangkan diri."
Akupun mengangguk dan kami beranjak dari restoran ini.
***
Pagi ini aku bangun dengan malas-malasan. Hari ini sudah libur kuliah. Aku melirik jam dinding di kamarku. Hmmm.... sudah jam 10 lebih. Bunda tidak membangunkanku.
Segera aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
'Segar.' Kataku dalam hati.
Tak terasa perutku mulai berorkes keroncong. Lapar...
***
"Sudah bangun sayang?" sapa Bunda ketika aku turun ke meja makan.
"Sudah Bunda. Masak apa, Bun? Aku lapar nih."
"Cuma nasi goreng. Makan dulu ya. Tadi Nak Bayu menelepon katanya mau ke rumah sebentar lagi"
"Oh." Aku pun beroh ria sambil mengangguk.
***
"Aduh yang libur kuliah bangunnya siang betul." Ledek Bayu ketika baru datang.
Aku cuma mencibir ke arahnya, tak menjawab.
"Mau jalan-jalan gak?"
"Malas."
"Ya sudah kita dirumah saja kencannya." Seringai Bayu.
"Mau nya kencan terus. Pengacara sih." sindir aku.
"Pengacara jatuh cinta."
Bayu pun tertawa terbahak-bahak. Aku cuma nyengir kuda.
Mungkin karena terlalu cape tertawa akhirnya Bayu terdiam sambil mengelus-elus dadanya.
"Rasain!" Gumamku lirih.
"Aduh yayang kok tega." Ternyata terdengar juga.
"Hmmm... sebentar aku ambilkan minuman dulu ya."
nafasku sambil melengos pergi ke dapur.
"Minum dulu Bay, biar ga sakit lagi."
"Makasih Dinda." Bayu pun menyeruput teh yang disuguhkan.
"Kamu sudah baikan? " tatap Bayu penasaran dengan acara menangis Dinda kemarin sore.
Dinda mengangguk.
Suasana hening karena tak ada yang mulai berbicara. Dinda diam karena sedang memikirkan dugaan Mirna yang telak menohok hatinya. Sedangkan Bayu sedang menunggu reaksi Dinda selanjutnya. Bayu tahu kalau Dinda masih jaim. Terlalu banyak pertimbangan. Meskipun Dinda sudah menerima pertunangan mereka. Tetap saja Dinda belum bisa terbuka. Kadang Bayu kesal juga dengan sikap Dinda yang tertutup ini. Tapi Bayu sadar, dia harus lebih bersabar menunggu sikap Dinda berubah dengan sendirinya. Bahkan ia membiarkan Dinda tetap memanggil namanya meski sebenarnya Bayu ingin juga dipanggil dengan sebutan yang lebih 'hormat' oleh calon pasangan hidupnya.
"Menurutmu anak-anak kampus akan tahu dan rese ga kalau aku pacaran dengan idola kampus?"
"Kenapa? Sepertinya tidak masalah. Kan itu urusan pribadi."
"Masalahnya, kan idola kampus punya banyak mantan di kampus."
"Mantan.... hehe. Dinda kita kan sudah resmi tunangan . Kalau mantan kan masa lalu. Lagi pula aku putus dengan mereka secara baik-baik kok."
"Mereka masa lalu, kamu adalah masa sekarang dan masa depanku."
Bayu pun duduk mendekati Dinda dan mencium puncak kepalanya.
Hati Dinda terasa hangat. Dan tangannya mengelus pipi Bayu dengan malu-malu.
Bayu tersenyum.
***
Murdoch
Dinda cerita dong siapa pacarnya?
Dindin
Hmmmm
Murdoch
Ih Dindin pelit.
Murdoch
Tadi heboh lho waktu latihan.
Tmn2 sibuk menebak siapa yg dibonceng kak Bayu kemarin.
Dindin
Emang penting ya?
Kan itu urusan pribadi.
Murdoch
Itu konsumsi publik.
Eh kamu ga cemburu kan?
Dindin
Gak lah
Murdoch
Iya lah. Apalagi kalo itu kamu.
Dindin
Gosip aja lu Mir!
Jgn bilang itu aku ya ke anak2 padus.
Murdoch
Tenang aja sis.... gua ga kan buka mulut... suwer
Dindin
G caya suweran Mirmir
Murdoch
Dinding! Awas ya!
:)
Dindin
Lol
Murdoch
Tmn2 padus ga ada yg nebak kamu kok
Jadi aman
Cuma aku penasaran nih.....
Pls tell me darl
Dindin
Gombal
Ada dehhhhh
Murdoch
Jadi bener kan tebakan gue.
OMG!Baru saja aku mau membalas line Mirna. Hapeku sudah berdering. Pasti Mirna nih.
"Dinda! Gila lu udah main rahasia sama gue."
"Hah?"
"Pokoknya lu harus cerita lengkap ke gue. Sepuluh menit lagi gue sampe jangan ke mana-mana ya."
Ceklik!
Aduh gimana ini Mirna kok udah deket. Batinku sambil melirik Bayu yang masih duduk menonton tv.Terlambat.
Sosok Mirna yang terlihat ngos-ngosan sudah muncul di ambang pintu dan melihat aku dan Bayu di ruang tamu.
Ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinda (Completed)
RomancePertunangan Dinda dan Bayu berlangsung beberapa bulan sebelum Dinda menyandang status mahasiswi. Dinda tidak menyangka satu kampus dengan Bayu. Meski cuma beberapa bulan. Dinda berharap pertunangan mereka tidak mengganggu kuliahnya. Pertunangan mere...