Chapter 19

41 10 15
                                    

~ Ashley point of view ~

"Hey jalang! Bangunlah!" Ucap seseorang kepadaku sambil menarik tanganku untuk bangun, aku bisa yakin itu ansel. Aku pun masih dalam posisi tidurku.
"Hey! Aku bilang bangun ya bangun!" Ucap ansel lagi sambil menarik tanganku kasar sehingga aku jatuh dari kasur.
"Agh! What do you want?!!" Teriakku kepadanya sambil memegang lenganku yang baru saja membentur lantai dengan keras.
"Dari mana kau mendapatkan ponsel ini?!" Ucap ansel kepadaku sambil menjambak rambutku dan membuatku bangkit dari posisi setegah tiduran di lantai.
"A-g-gh i-its h-hurt" ucapku dengan nada ringisan, ya ansel menjambak rambutku sangat keras hingga membuat rasa pusing di kepalaku.
"JAWAB! Dimana kau mendapatkan ponsel ini!" Ucap ansel lagi kepadaku.
"Aku membawanya dari los angeles" ucapku sambil memegangi kepalaku, karena sekarang ansel sudah tidak menjambak rambutku lagi.
"Bagus! Kalau begitu ponsel ini aku ambil agar kau tidak dapat menghubungi teman temanmu yang murahan itu" ucap ansel kepadaku sambil mendorong tubuhku kearah ranjang dan segera pergi meninggalkanku.
Damn! Punggungku membentur kayu yang berada di sisi tempat tidur. Aku pun terbaring lemah di atas lantai. Betapa sialnya aku disini, baru hari pertama saja sudah di siksa seperti anak tiri bagaimana jika aku disini sampai berbulan bulan? Atau bertahun tahun? Sangat tidak bisa di bayangkan betapa mirisnya hidupku ini. Aku pun mencoba bangun dari posisiku dan berjalan kearah kamar mandi.

Saat di kamar mandi, aku pun menyalakan air panas di dalam bathtub. Setelah bathtub penuh aku pun membuka semua pakaianku dan memasuki bathtub lalu duduk dengan posisi memeluk kedua kakiku. Aku binggung, betapa teganya justin sampai saat ini belum mencariku. Aku sudah hilang lebih dari 3 hari apakah ia sengaja tidak memberitahu scarlett dan yang lainnya? Atau ia memang rela kalau aku disakiti oleh ayahku sendiri? Apakah semua kalimat kalimat yang ia ucapkan tentang mencintaiku bullshit? Aku terus memikirkan justin, aku butuh ia sekarang butuh penjelasannya. Tanpa aku sadari air mataku turun, aku menangis. Ya aku menangisi seorang lelaki yang sama bajingannya seperti ayahku dan ansel.
Aku ingin pulang, aku tidak suka disini. Seandainya handphoneku tidak mati dan tidak ketahuan oleh ansel,  aku bisa dengan cepat menghubungi teman temanku dan meminta bantuannya. Air hangat yang berada di dalam bathtub ini menghangatkanku aku larut dalam kondisi seperti ini. Rasanya kecewa, sedih, marah semuanya bercampur aduk jadi satu. Aku pun mengeratkan tanganku yang sedang memeluk kakiku, tangisanku makin mengalir dengan deras aku mencoba menengelamkan wajahku diantara lutut dan dadaku.

Saat aku sedang menangis seseorang memasuki kamar mandiku, aku tak berani mengangkat wajahku.
"Ash?!" Ucap seseorang yang sepertinya suara ansel, aku masih tidak merespon ucapannya. Aku masih menutupi wajahku.
Langkah kaki ansel terdengar mendekat.
Dan yaps! Detik selanjutnya ia menjambak rambutku menarikknya kebelakang dan sekarang aku dapat melihat wajahnya.
"Rupanya kau menangis disini? Malaikat malaikatmu sudah datang" ucap ansel kepadaku.
"Malaikat?" Jawabku sedikit pelan.
"Tidak usah banyak tanya! Kau ingin keluar sekarang atau setelah teman temanmu habis oleh ayah dan mafiosnya di luar ?" Ucap ansel masih dalam kondisi menjambak rambutku kebelakang yang membuat aku mendongak kearahnya.
"Teman teman?" Tanyaku binggung.
"Iya! Teman temanmu jalang! Dan tidak lupa juga KEKASIH mu yang datang menjemputmu" ucap ansel kepadaku sambil melepas jambakannya dengan kasar dan membuat kepalaku sedikit terbentur dengan pinggir bathtub.
"Aku binggung denganmu, bagaimana kawan kawanmu bisa kesini" ucapnya sambil berjongkok di luar bathtub, Sekarang ia sejajar denganku.
"Aku bisa yakin kau menggunakan handphone itu kan?" Ucapnya kepadaku aku pun masih terdiam, terpaku menatapnya yang sudah melukaiku beberapa kali.
"HEY! Aku sedang berbicara kepadamu jalang! Kau punya mulut kan?!" Ucap ansel sambil kembali membenturkan kepalaku kearah pinggir bathtub. Sekarang aku dapat merasakan pusing yang amat hebat dan melihat sedikit bercak darah yang berada di pinggir bathtub. Tepatnya di mana tadi ansel membenturkan kepalaku.
"Aku tunggu kau diluar! Cepat gunakan pakaianmu" ucap ansel sambil berjalan keluar kamar mandiku. Aku pun langsung bangkit dari bathtub dan kembali mengenakan pakaianku tadi.
Setelah semua pakaian sudah aku kenakan aku berjalan menuju cermin dan sedikit membersihkan lukaku. Setelah darah dari pinggir dahiku berhenti. Aku pun keluar kamar mandi dan sudah melihat shalie dan luna yang berdiri menatapku.
"Kemana ansel?" Tanyaku sedikit panik, ya aku takut jika mereka menyakiti teman temanku.
"Kami akan membawamu kesana" ucap shalie dan luna sambil menuntunku keluar kamar. Mereka berdua sepertinya ingin menuju ballroom yang kemarin.

SecretsWhere stories live. Discover now