Obrolan Aleesna dan Raph mengenai Erick telah sampai pada ujungnya. Aleesna lelah menjawab pertanyaan yang seharusnya sudah Raph ketahui sendiri sebagai mahasiswa Universitas Kaciles. Begitu Aleesna menunjukkan rasa enggan untuk menanggapi, Raph langsung memelas agar sahabatnya itu berubah pikiran. Namun, bukannya luluh, Aleesna malah mengungkit kembali masalah partisipasi Raph dalam acara kelulusan. Hal tersebut akhirnya membuat Raph bungkam karena tidak ingin terpojok lagi.
Datanglah Jaden dari arah belakang kursi taman. Ia langsung menanyai keberadaan teman-teman lainnya kepada Aleesna dan Raph.
"Kalian hanya berdua? Di mana yang lain?" tanya Jaden membuat Aleesna dan Raph menoleh kepadanya secara bersamaan.
"Oh, hai, Jaden. Kau iri, ya? Ingin berdua denganku juga?" gurau Rapholen sembari mengangkat-angkat alisnya.
"Hih, siapa yang mau berdua denganmu?" Jaden membalas dengan menunjukkan ekspresi jijik di wajahnya.
Bagai tau baru saja ditanyakan, teman-teman Raph yang lain datang menghampiri. Emy dan Kell yang arah kemunculannya kurang diperhatikan itu langsung mendatangi ketiga sahabatnya yang berada di kursi taman.
"Hei! Kalian bertiga ini bagaimana? Fakultas kita kan disuruh berkumpul oleh pihak kampus. Mengapa kalian malah bersantai di sini?" tegur Emy langsung mengomeli teman-temannya.
Emy memang selalu seperti itu. Kemarahannya muncul tanpa alasan dan aba-aba. Ia sering kali memulai percakapan dengan nada bicara tinggi. Tak jarang pula ia mendorong dan memukul teman-teman lelakinya jika kemarahannya telah mencapai puncak. Meski pada akhirnya Emy selalu merasa menyesal dan meminta maaf, tetap saja perbuatannya itu diulang setiap hari. Untung saja Raph c.s. bisa memaklumi sifat Emy yang pemarah.
Teguran dari Emy dibalas dengan santai oleh Jaden. "Benarkah? Aku tidak tau soal itu. Memangnya disuruh berkumpul di mana?" tanyanya.
"Itu, di halaman," jawab Emy sambil menunjuk kerumunan mahasiswa yang telah memenuhi halaman kampus.
"Apa kita benar-benar harus ke sana? Pasti sangat ramai." Rapholen tampaknya hendak menolak untuk pergi.
"Tidak juga, hanya tersisa tiga fakultas yang diminta untuk berkumpul, dan kita salah satunya. Katanya, adik-adik tingkat dan fakultas lain di angkatan kita sudah setuju," jawab Emy.
"Setuju soal apa? Memangnya akan dibuat perjanjian?" tanya Rapholen.
"Aku juga tidak tau! Makanya ayo kita ke sana!" seru Emy semakin gusar.
"Lalu di mana Shavero? Apa kita akan pergi tanpa dia?" tanya Jaden.
Emy mengembuskan napas kesal. "Justru Shavero yang sudah pergi tanpa kita."
"Baiklah, kalau begitu ayo kita bergegas," ujar Aleesna sambil menguncir rambut coklatnya.
"Ayo, sebelum Emy semakin mengencangkan suaranya," goda Raph yang langsung berlari diiringi teriakan melengking dari Emy.
Sesampainya di halaman, Raph c.s. segera mencari keberadaan Shavero. Rupanya sahabat mereka itu memilih barisan paling depan.
"Di sini kau rupanya," ujar Raph seraya menepuk bahu Shavero.
Shavero menoleh dan langsung tersenyum melihat kawan-kawannya telah datang. "Hai, Teman-Teman. Maaf karena aku ke sini lebih dulu tanpa mengajak kalian," kata Shavero.
KAMU SEDANG MEMBACA
E37B
Mystery / Thriller⚠CERITA INI SEDANG DIREVISI⚠ Rencana penggusuran gedung Universitas Kaciles menjadi awal dari rentetan peristiwa pahit yang menghantui seisi kampus. Erick Bastian, mahasiswa paling berprestasi pemilik kursi E37B, disebut-sebut sebagai dalang di bali...