Jaden dikeluarkan, Aleesna pun tengah cuti. Sungguh waktu yang membosankan untuk Raph, Kell, dan Erick. Mereka yang biasanya ramai kini terdiam dalam kebosanan. Kondisi Erick sudah sangat baik. Hanya terdapat luka memar yang tersebar di beberapa bagian tubuhnya, terutama pada wajah.
Untuk menghilangkan rasa bosan, ketiga mahasiswa itu memutuskan untuk membaca buku di meja Kell. Ya, Rapholen pun ikut serta meski membaca bukanlah kegemarannya. Mau bagaimana lagi? Dua sahabat yang bersamanya ini sama-sama pecinta belajar.
Tiga orang mahasiswa lainnya berjalan masuk ke kelas. Mereka bercengkerama santai dan menduduki kursi-kursi kelas yang masih kosong secara asal. Kebetulan salah satu dari mereka menduduki kursi Erick. Ah, biarkan saja. Erick, Kell, dan Raph tak memedulikannya.
Kebosanan itu pun akhirnya berlalu bersama tenggelamnya matahari di hari Sabtu. Ketika rembulan telah menduduki tahta dalam gelapnya langit malam, semua menjadi lebih menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan kehadiran Aleesna pada latihan tari malam ini. Bersyukur karena saat-saat hampa telah mereda, Raph dan Erick bahkan rela mempelajari koreografi tambahan yang telah Aleesna selesaikan selama masa cutinya kemarin.
Kell kali ini tidak membaca buku. Rapholen memperkenalkannya pada sebuah permainan asah otak yang katanya sangat sulit untuk dimenangkan. Cocok untuk mengetes kemampuan, Kell menyambut game yang direkomendasikan oleh Raph. Jika diingat, Kell mengambil kelas patung di Gedung Bakat. Namun sangat beruntung, kelas Kell tidak berjalan sesuai prosedur yang akhirnya berujung pada pembubaran. Itulah sebabnya Kell menjadi yang paling bebas di antara teman-temannya.
Pukul sembilan malam, seperti jadwal yang sudah ada, kelas tari pun disudahi. Raph dan Aleesna pamit lebih dulu. Mereka berdua harus menghadiri reuni sekolah dasar yang sebenarnya dijadwalkan akan dimulai pada pukul tujuh. Kell yang juga satu sekolah dengan Raph, Aleesna, serta Jaden itu memilih absen dari pertemuan "seabad" sekali tersebut.
"Sampaikan saja salamku kepada semuanya, ya," pesan Kell dengan tangan masih sibuk menjawab soal-soal dari game asah otak itu.
Raph mengangkat ibu jarinya. "Pesanmu sudah kusimpan dalam otakku." Ia dan Aleesna pun meninggalkan ruang tari.
Hampir semua anggota kelas tari telah pulang. Kini hanya tersisa Kell, Erick, serta dua orang lainnya.
"Yeay, sudah selesai lima level!" sorak Kell seusai menyelesaikan soal terakhirnya di level lima. "Ayo pulang, Rick. Maaf ya membuatmu menunggu. Beberapa soal terakhir membuatku harus berpikir lumayan lama."
"Tidak masalah. Kau saja menyelesaikan soal terakhirnya cepat sekali, tidak sampai dua menit," balas Erick, "lagipula itukan permainan asah otak. Wajar jika harus berpikir dalam memainkannya," sambung Erick lagi.
"Ya, aku setuju. Bahkan kurasa memang harus berpikir dalam memainkan semua permainan," balas Kell mangut-mangut.
Keduanya pun keluar dari ruang tari sambil membicarakan tentang penelitian akhir. Dua orang mahasiswa yang juga belum pulang tadi berjalan beberapa meter di belakang Erick dan Kell. Ternyata salah satunya adalah yang menduduki kursi Erick. Mahasiswa tersebut bernama Rodger. Hmmm, mungkin ia termasuk dari sepersekian orang yang tak percaya pada isu kekeramatan kursi E37B.
Kell dan Erick yang berjalan lebih dulu sudah berbelok di ujung lorong. Tiba-tiba saja dari kegelapan, ada yang menepuk bahu dari teman Rodger yang diketahui bernama Mike. Begitu Mike menoleh, ia dipukuli dengan benda tumpul sebanyak beberapa kali. Rodger tak tinggal diam melihat temannya diserang. Sekuat tenaga ia berusaha menolong. Sayangnya, Rodger tak cukup kuat untuk menghentikan penyerang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
E37B
Mystery / Thriller⚠CERITA INI SEDANG DIREVISI⚠ Rencana penggusuran gedung Universitas Kaciles menjadi awal dari rentetan peristiwa pahit yang menghantui seisi kampus. Erick Bastian, mahasiswa paling berprestasi pemilik kursi E37B, disebut-sebut sebagai dalang di bali...