Baru-baru ini terdengar kabar bahwa Ny. Sofie secara sengaja meminta polisi menghentikan penyelidikan atas kasus kematian Shavero. Tentu hal itu mengejutkan semua orang. Banyak yang membicarakan wanita itu karena hal tersebut. Namun, Rektor Universitas Kaciles itu membantah rumor mengenai dirinya yang tengah hangat diperbincangkan.
"Seharusnya ia tidak menghentikan penyelidikan ini begitu saja. Bisa jadi bukan tidak ada hasil, tetapi belum," ujar Kell tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun dari buku yang dibacanya.
"Kell benar. Orang tua Shavero pasti sedang menunggu kabar mengenai kasus kematian putra mereka." Raph mengangguk kecil menyetujui ucapan Kell.
Teman-teman tim kasti Jaden datang memanggil dari depan pintu.
"Hei, Jad. Apakah kau ada waktu sekarang untuk berlatih?" seru temannya dari pintu.
"Bukankah yang lain masih ada kelas?" tanya Jaden berjalan menghampiri teman-temannya itu.
"Kau tidak tau beritanya? Jangan bilang kau juga belum ke lobi untuk berbelasungkawa."
Jaden mengerutkan dahinya. "Berbelasungkawa?"
"Salah satu mahasiswa Fakultas Hukum ada yang meninggal. Semua kelas diliburkan sebagai bentuk duka cita. Para mahasiswa pergi ke lobi untuk memberikan penghormatan terakhir secara simbolis di depan foto korban."
"Korban? Itu berarti ada yang berbuat jahat kepadanya?" tanya Jaden
"Begitulah, kondisinya mirip dengan Selena John."
Raph segera mendekat. "Kapan kejadian itu terjadi? Jika mahasiswa Hukum, seharusnya kita mengenalnya."
"Aku tidak tau kapan kejadiannya. Hanya saja jasadnya baru ditemukan," jawab teman Jaden didukung anggukan dari yang lain.
"Aneh."
***
Malam harinya Jaden bersama Tuan Andreas membawa beberapa anggota kepolisian ke pemakaman. Mereka memutuskan akan membongkar makam Shavero malam ini juga. Penggalian tidak memakan waktu yang lama. Peti segera diangkat keluar dan beberapa orang yang bertugas membuka peti telah mengambil posisi mereka masing-masing.
Penutup peti perlahan terbuka. Jaden tampak begitu serius, ia tak memalingkan pandangannya sedikit pun. "Kosong," bisiknya pelan setelah peti sepenuhnya terbuka.
"Sepertinya kecurigaanmu benar, Nak. Sofie memindahkan mayat Shavero." Tn. Andreas menepuk bahu putranya.
"Untuk apa dia melakukan semua ini? Apakah dia benar-benar ingin menutup kasus Shavero? Aku tidak akan membiarkannya." Jaden meninju telapak tangannya sendiri.
"Apa kau perlu bantuan dari Ayah?" tanya Tn. Andreas.
"Tidak perlu, Ayah," tolak Jaden, "aku tau banyak kasus negara yang harus Ayah urus. Aku dan teman-teman bisa mengatasi semuanya."
"Kau hanya beralasan, bukan?" terka Tn. Andreas.
Jaden mati kutu, senyum kecilnya pun mengembang. "Ayah tau, ya."
"Aku ini ayahmu, Nak." Tuan Andreas tertawa kecil. "Jika kau butuh bantuan, katakan saja."
"Baiklah, baiklah. Namun, Ayah jangan khawatir, Ayah kan sudah mengutus Tuan Robert. Seharusnya semua akan segera membaik."
KAMU SEDANG MEMBACA
E37B
Mystery / Thriller⚠CERITA INI SEDANG DIREVISI⚠ Rencana penggusuran gedung Universitas Kaciles menjadi awal dari rentetan peristiwa pahit yang menghantui seisi kampus. Erick Bastian, mahasiswa paling berprestasi pemilik kursi E37B, disebut-sebut sebagai dalang di bali...