Nyonya Sofie mulai melangkah ke rencana berikutnya. Kali ini ia melibatkan beberapa mahasiswa dalam misi melawan Raph c.s.. Pagi tadi ia telah menyampaikan undangan kepada pihak yang ingin ia ajak bekerja sama. Nyonya Sofie meminta orang-orang itu untuk datang menemuinya setelah jam kuliah berakhir.
Bunyi ketukan pintu terdengar menggema pelan. Ny. Sofie meneguk teh sekali lagi. "Masuk," ujarnya.
Tampak beberapa orang mahasiswa masuk ke ruangan Ny. Sofie. Mereka tampak kebingungan. "Maaf, Nyonya. Apa kau memanggil kami?" tanya salah seorang dari mereka.
"Ya, benar," jawabnya, "Aku sering melihat kalian bersama-sama. Apa kalian satu tim?" Ny. Sofie meletakkan cangkir tehnya dan fokus kepada para mahasiswa yang dipanggilnya itu.
"Mungkin bisa dibilang begitu. Kami berteman dekat," jawab mahasiswa tadi.
"Saat aku memberi pengumuman kemarin, sepertinya kalian termasuk yang kurang suka pada Erick. Apakah benar?" tanya Ny. Sofie.
Mahasiswa yang lainnya pun menjawab, "Kami memang agak percaya pada rumor itu. Kau telah menunjukkan bukti yang memperkuatnya. Jadi, kami rasa mungkin Erick memang benar bersalah."
"Aku suka cara berpikir kalian. Sebenarnya aku sedang berusaha untuk membuktikan Erick bersalah. Aku tidak suka ada pembunuh di kampus kita," ujar Ny. Sofie memberikan provokasi.
"Apakah tidak ada bukti dari pihak kepolisian?"
"Pihak kepolisian belum menemukan bukti kuat. Kurasa sebaiknya kita memikirkan cara lain," jawab Ny. Sofie.
"Mengapa tidak kita berikan dia pelajaran saja, Nyonya? Mungkin dengan begitu ia mau mengaku," ujar yang lainnya.
Nyonya Sofie tersenyum, kalimat itu yang ia tunggu-tunggu. "Aku memang ingin mengajak kalian untuk itu. Namun, aku takut kalian tidak sepaham denganku."
"Jika kau membutuhkan bantuan dari kami berenam, kita bisa buat kesepakatan," ujar mahasiswa itu.
"Aku memang akan memberikan kalian tawaran yang menarik. Jalankan tugas yang akan aku berikan ini dengan baik. Tentu kalian akan mendapatkan uang. Sebagai bonus, kalian tak perlu memikirkan nilai kelulusan kalian. Aku sudah menjaminnya. Jadi, apa kalian bersedia menjalankan tugas dariku ini?" Nyonya Sofie memberikan tawaran yang fantastis.
Meski tergiur, mahasiswa tadi lebih dahulu berdiskusi dengan teman-temannya. Seperti dugaan, tak butuh waktu lama untuk berunding, mereka sepakat untuk bekerja sama dengan Nyonya Sofie. "Tawaran yang bagus. Jadi apa tugas kami?"
***
Kell duduk dengan tenang di kursi depan. Ia sebenarnya selalu merasa mual jika Raph yang mengemudikan mobil. Untunglah mereka sudah sampai, penderitaan Kell pun berakhir. Raph dan Jaden membantu Kell yang mabuk kendaraan itu berjalan pelan menaiki anak tangga. Ketika sampai di lobi, mereka melihat beberapa mahasiswa berkerumun seperti sedang berusaha melerai perkelahian.
"Hei, sepertinya ada yang berkelahi," ujar Raph menunjuk kerumunan.
"Iya, Raph. Begini saja, kau bawa Kell ke kelas, aku akan melihat keributan apa itu," ujar Jaden perlahan melepas rangkulan Kell.
Raph mengangguk. "Aku akan segera menyusul."
Jaden kemudian berlari menghampiri kerumunan. Rupanya lapisan penonton cukup tebal, pandangan Jaden tak berhasil menangkap pemandangan di tengah.
"Maaf, apa ada yang sedang berkelahi?" tanya Jaden pada seseorang di depannya.
Orang di depan Jaden segera menoleh. "Jaden, akhirnya kau datang. Cepatlah tolong Erick!"
KAMU SEDANG MEMBACA
E37B
Mystery / Thriller⚠CERITA INI SEDANG DIREVISI⚠ Rencana penggusuran gedung Universitas Kaciles menjadi awal dari rentetan peristiwa pahit yang menghantui seisi kampus. Erick Bastian, mahasiswa paling berprestasi pemilik kursi E37B, disebut-sebut sebagai dalang di bali...