Giliran Kell

1.1K 117 0
                                    

Hari telah berganti. Mahasiswa dan mahasiswi kembali mendapat kabar yang menggemparkan, yaitu pembunuhan Rodger di Gedung Bakat. Banyak yang mulai menuduh Erick kembali setelah teman Rodger yang lainnya memberi kesaksian bahwa Rodger baru saja menduduki kursi Erick pada pagi hari sebelum kejadian terjadi.

"Kabar kematian Rodger sudah menyebar," ujar Mike kepada Raph yang baru datang, "aku tidak tau harus bagaimana," sambungnya.

"Siapa yang menyebarkan kabar itu? Bukankah kita sudah berusaha menutupinya?" tanya Raph.

"Aku tidak tau, Raph. Saat aku datang, sudah banyak yang membicarakan Erick. Mereka menuduh Erick yang membunuh Rodger," jawab Mike.

Saat tengah dibicarakan oleh Raph dan Mike, Erick masuk ke kelas bersama dengan Kell dan Aleesna. Wajah mahasiswa itu lumayan babak belur. Hidungnya bahkan mengeluarkan darah. Raph dan Mike terperanjat melihat kondisi Erick. Padahal Erick belum pulih benar dari pengeroyokan yang sebelumnya, kini ia sudah dipenuhi memar lagi.

"Erick? Kau? Apa yang terjadi denganmu?" tanya Raph menghampiri bersama Mike.

"Orang-orang bodoh itu memukuli Erick karena menganggap Erick yang membunuh Rodger. Aku tak mengerti bagaimana mereka bisa segila itu," jawab Kell.

"Rapholen c.s., aku tak menyangka kalian begitu berusaha untuk melindungi pembunuh itu," ujar Ben, teman yang pada pagi hari sebelum pembunuhan ada bersama Mike dan Rodger. Ia yang memberitahu orang-orang kalau Rodger sempat menduduki kursi E37B milik Erick.

"Ben, kau jangan asal bicara! Kau menuduh orang yang tidak bersalah!" seru Mike membela Erick.

"Aku terkejut, Mike. Kupikir kau setia pada Rodger. Ternyata aku salah, kau malah membela pembunuh sahabatmu sendiri. Kasihan sekali Rodger, ia sungguh sial pernah bersahabat denganmu," balas Ben turut menyalahkan Mike.

"Kau tau apa soal kesetiaan? Kau hanya tau cara untuk menyakiti orang lain. Jangan pikir karena Mike tidak sepaham denganmu yang asal menuduh orang, maka itu artinya Mike pengkhianat. Memangnya kau sudah yakin kau yang paling benar?" ujar Aleesna pada Ben.

"Rodger menduduki kursi E Tiga Puluh Tujuh B, Aleesna. Itu bukti kuat," balas Ben yang mendapat sahutan persetujuan dari mahasiswa lainnya.

"Bukti kuat untuk menuduh Erick membunuh? Aku juga punya kesaksian kuat. Aku ada bersama Erick pada malam itu. Aku juga bertamu ke rumahnya dan mengobrol bersama ibunya. Sekarang kau mau bilang apa, hah? Kesaksianku jauh lebih terpercaya dibandingkan tuduhan bodohmu itu! Kau terlalu percaya pada tahayul!" seru Kell.

"Kau sebut aku bodoh? Bisa saja temanmu itu menyewa pembunuh bayaran. Kau dan teman-temanmu ditipu olehnya! Kalian yang bodoh!" Ben geram dan menunjuk Kell.

Aleesna menepak tangan Ben itu."Jaga batasanmu, Ben! Tuduhanmu sangat hina," tegas Aleesna hingga mengejutkan semua orang.

"Kau-

"Apa? Kau terkejut karena aku juga maju dengan cara yang berbeda dari biasanya? Aku lebih terkejut karena kau tiba-tiba menyinggung soal pembunuh bayaran. Bagaimana kau bisa berpikir sampai ke sana? Apa kau yang pernah melakukannya? Atau mungkin atasanmu yang menyewa pembunuh bayaran untuk menyudutkan Erick? Kau sendiri dapat bayaran berapa sampai begitu bersemangat memperkeruh suasana?" cecar Aleesna membuat suasana memanas. Bisik-bisik mulai terdengar memenuhi kelas, yang semula mendukung Ben kini malah membicarakannya. Ben bak mendapatkan balasan atas perbuatannya itu.

Tiba-tiba saja seorang keamanan muncul dan menengahi perdebatan yang tengah seru itu, "Apa yang terjadi di sini? Tolong jangan buat keributan."

"Oh, apakah kau ke sini atas perintah atasanmu, Tuan? Kalau begitu, tolong sampaikan pada atasanmu bahwa Ben sudah menyelesaikan tugasnya untuk mencuci otak orang-orang. Pastikan atasanmu itu membayarnya sesuai dengan yang dijanjikan, ya," ujar Aleesna dengan ketus. Aleesna benar-benar seperti bukan dirinya yang dikenal oleh publik.

E37BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang