Selesai

2K 128 21
                                    

Wajah Jaden menunjukkan kebingungan begitu Raph menyodorkan sebuah palu mainan ke hadapannya. Sementara itu, Raph justru tersenyum cerah seolah bangga dengan benda yang ia berikan. Tidak berbeda jauh dengan Jaden, Kell yang duduk di kursi tengah pun memberikan tatapan memindai pada palu mainan berwarna hijau yang dibawa oleh Raph.

"Apa yang kau tunggu? Ambillah," ujar Raph melirik-lirik palu mainan yang dipegangnya.

"Maksudmu ini palunya? Benda hijau ini?" tanya Jaden memastikan tebakannya.

Saat itu juga Kell terkekeh sebab sudah mengetahui arti di balik kehadiran palu itu.

"Sebenarnya kalian ini kenapa? Jaden kebingungan, Kell terbahak." Raph menggelengkan kepalanya. "Sudah, cepat ambil propertimu ini," ujar Raph sembari menggerak-gerakkan mainan tersebut.

"Baiklah," keluh Jaden menerima benda plastik itu dengan pasrah.

"Kau kelihatan tidak bersemangat," ucap Raph seraya masuk ke dalam mobil. Ia mengambil posisi di sebelah Kell.

"Apa kita punya waktu untuk membeli palu yang lebih cocok untuk peran seorang hakim?" tanya Jaden separuh tertuju pada dirinya sendiri.

"Aku rasa tidak, kita kan harus menjemput Aleesna dan Erick" jawab Raph.

Jaden mengembuskan napas panjang. "Raph, apa kita benar-benar akan memakai palu ini sebagai properti? Lihatlah palu Kell."

Sebelumnya para mahasiswa memang sepakat untuk membawa properti berdasarkan jurusan masing-masing. Itu sebabnya Raph c.s. menyiapkan properti yang bertema hukum.

Palu mainan di tangan Jaden dan palu kayu di pangkuan Kell ditatap oleh Raph secara bergantian. Tak lama, ia mengerti maksud dari ucapan kawannya itu. "Oh, rupanya kau kecewa ya karena kuberikan palu mainan? Jaden, sobatku, justru inilah daya tariknya. Selama bertahun-tahun kau selalu memikat para gadis, kan? Itu sudah menjadi hal biasa bagimu. Nah, hari inilah puncaknya, tak hanya para gadis, tetapi semua mata akan tertuju padamu," oceh Rapholen memberikan kepercayaan diri kepada Jaden.

"Dengarkan apa kata Raph, Jad. Dia pasti sudah mempertimbangkannya matang-matang," ujar Kell sengaja meledek.

"Ya, ya, aku mengalah," balas Jaden seraya menyalakan mesin mobil. "Baiklah, ayo berangkat." Jaden pun melajukan mobilnya meninggalkan kawasan rumah Raph.

***

Rombongan mahasiswa paling populer seantero Kaciles itu telah sampai. Begitu turun dari kendaraan, Raph c.s. mendapat sapaan ramah dari teman-teman yang berlalu-lalang di sekitar mereka. Meskipun terbilang datang cukup awal, tetapi rupanya kampus sudah ramai oleh para mahasiswa yang akan diwisuda pada hari tersebut.

Raph c.s. bergabung ke auditorium tempat acara akan berlangsung. Setelah beberapa waktu berselang, Master of Ceremony mulai mengondisikan para mahasiswa dan mengarahkan mereka untuk duduk di kursi yang sudah ditempelkan nama masing-masing. Raph dan kawan-kawan menemukan tempat mereka di deretan tengah. Ketika akan duduk, Erick sedikit terkejut melihat kursi yang disiapkan untuknya. Berbeda dengan kursi teman-temannya, Erick tak menemukan namanya di sana. Pada kursi itu hanya ada ukiran bertuliskan "E37B".

"E Tiga Puluh Tujuh B," ujarnya sambil tersenyum. "Kukira tak akan melihatmu lagi."

"Apa yang kau lihat, Rick? Duduklah." Jaden menarik Erick pelan.

E37BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang