Halaman parkir fakultas sudah hampir kosong. Dikatakan hampir karena masih tersisa kendaraan milik Rapholen dan kawan-kawannya. Aleesna menumpang di mobil Raph hari ini, keduanya sudah masuk ke mobil. Shavero yang semobil dengan Kell juga sudah membuka pintu kendaraan roda empat itu. Namun, saat hendak masuk, tiba-tiba Shavero terdiam. Ia seperti baru teringat akan sesuatu.
"Teman-Teman, kalian pulang duluan saja. Aku lupa kalau aku masih harus menyelesaikan skestaku," ujar Shavero menutup kembali pintu mobil Kell.
Emy menjadi orang pertama yang memprotes keputusan Shavero. Ia bereaksi, "Apa? Kau bercanda? Ini kan sudah larut. Lebih baik kau pulang bersama kami dan lanjutkan sketsamu besok. Lagi pula memangnya tidak bisa kau selesaikan di rumah? Jika sangat mendesak, bawa pulang saja sketsamu."
"Benar, kita bahkan sudah melewati batas jam kampus. Sebentar lagi kita pasti akan diusir," timpal Raph mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil.
"Ah, tidak, hanya tinggal sentuhan akhir. Selain itu, pamerannya tinggal dua hari lagi. Kalian pulang saja duluan, ya. Oh iya, jangan lupa katakan pada ibuku untuk tidak usah khawatir. Aku akan pulang lebih cepat." Shavero membalikkan tubuhnya dan menjauh dari halaman parkir.
Jaden telah mengambil posisi dan menyalakan mesin motornya. "Sudahlah, biarkan saja kalau ia ingin selesaikan sketsanya malam ini. Ayo kita pulang."
Kell yang selalu mengantar Shavero pulang pun mengangguk. Ia menolehkan kepalanya, menatap Shavero yang sudah melangkah menaiki anak tangga. Setelah melihat sahabatnya masuk ke gedung, barulah Kell juga masuk ke mobilnya. Malam ini, Rapholen c.s. pulang tanpa Shavero.
Sementara di dalam gedung, keadaannya gelap dan sunyi. Shavero berjalan sembari bersiul menuju ke kelasnya. Ruang kelasnya belum dikunci, mungkin petugas masih mengurus ruangan lain.
"Sedikit lagi sketsa selesai, setelah itu diwarnai. Ayo semangat, Shavero!" ujarnya menyemangati diri sendiri.
Shavero awalnya hendak memakai kursinya sendiri. Namun, tiba-tiba ia teringat akan kursi Erick yang sangat nyaman. Shavero segera menuju kursi yang dirumorkan keramat tersebut. "Erick, aku pinjam kursi nyamanmu ini, ya."
Tak butuh waktu lama, Shavero kini sudah asyik dengan hobinya itu. Suasana tenang dan kursi nyaman membuatnya dapat menyelesaikan sketsanya dengan cepat. Baru saja hendak mengeluarkan perlengkapan untuk mewarnai, terdengar seseorang memanggil nama Shavero. Awalnya Shavero mengira ia hanya berhalusinasi dan tak menggubrisnya, tetapi kemudian seseorang berjubah hitam muncul dan berjalan mendekat.
"Shavero, aku sedang bicara padamu," ujar si Jubah Hitam.
Shavero terperanjat, mulutnya bergetar menyambut kehadiran orang misterius itu. "Si ... siapa ... siapa kau?"
"Kau tidak perlu tau siapa aku, aku hanya perantara," ujar orang misterius itu.
"Perantara apa?"
"Perantara untuk menyatukan kalian." Sebilah pisau milik orang misterius itu pun unjuk gigi. Shavero paham kemungkinan terburuk apa yang bisa saja terjadi sebentar lagi.
Spontan Shavero berdiri. "Kau punya masalah denganku? Mengapa tidak selesaikan baik-baik saja?" Ia berusaha memberikan penawaran.
"Terlambat, Shavero. Sekarang bukan waktu untuk berunding," tolak si Jubah Hitam mengakhiri percakapannya dengan Shavero malam itu.
***
Tak satu pun dari Raph c.s. yang menyangka bahwa Shavero benar-benar akan pulang lebih cepat. Hari ini seisi kampus kompak mengenakan pakaian serba hitam. Cerita masa lalu Erick sudah cukup membuat Aleesna terpukul, kini ia semakin kehilangan seluruh keceriaan yang dimilikinya. Rapholen yang paling suka membuat lelucon mendadak kehabisan bahan candaan. Jaden yang paling gagah tidak bisa menyembunyikan tangis kehilangan dan rasa pedih yang menyayat hatinya. Kell tetap diam seolah tidak menyangka teman pulangnya setiap hari akhirnya membiarkan ia tetap sendiri untuk seterusnya. Sedangkan Emy, ia bersandar di bahu Rapholen dengan tatapan kosong.

KAMU SEDANG MEMBACA
E37B
Misteri / Thriller⚠CERITA INI SEDANG DIREVISI⚠ Rencana penggusuran gedung Universitas Kaciles menjadi awal dari rentetan peristiwa pahit yang menghantui seisi kampus. Erick Bastian, mahasiswa paling berprestasi pemilik kursi E37B, disebut-sebut sebagai dalang di bali...