Cerita masa lalu Erick yang menyedihkan membuat Aleesna kurang bersemangat dalam menjalani hari. Bisa-bisanya Erick menanggung duka itu seorang diri. Meski begitu, Aleesna berusaha menghormati keputusan Erick yang masih menutup dirinya dari orang-orang. Wajah Aleesna melukiskan kebingungan dari beban pikiran yang memenuhi otaknya. Teman-teman Aleesna menyadari ada yang berbeda dengan sikap gadis itu pagi ini. Rapholen pun maju mewakili yang lainnya.
"Aleesna," panggil Raph dengan hati-hati. Namun, sepertinya gadis itu tak mendengar. "Aleesna," ujarnya lagi sembari menepuk bahu Aleesna.
"Hah? Eh? Ada apa, Raph?" balas Aleesna yang tersadar dari lamunannya.
"Seharusnya aku yang bertanya, kau ini kenapa? Seperti ada yang sedang kau pikirkan. Boleh aku tau apa yang terjadi padamu?" Raph bertanya dengan lembut.
"Ah, tidak ada. Aku hanya sedang kehabisan ide untuk gerakan tari," elak Aleesna.
"Klasik, Aleesna" ejek Raph yang sudah mendengar alasan itu ribuan kali selama belasan tahun.
"Aduh." Aleesna tersenyum kecil.
"Kau bisa cerita padaku, Al," ujar Raph.
Aleesna sempat ragu untuk mengatakannya pada Raph. Namun, Aleesna pikir Raph adalah sahabatnya, Raph tidak mungkin mengkhianati kepercayaannya. "Aku akan katakan padamu, tapi kumohon rahasiakan ini ya, Raph," pinta Aleesna sebelum mulai bercerita.
"Iya, pasti kulakukan." Raph mangut-mangut.
Perlahan Aleesna menceritakan semuanya. Raph pun mengerti hal yang mendasari kemurungan Aleesna. Ia paling tau bahwa hati sahabatnya itu sangat lembut. Ia yakin Aleesna langsung menaruh simpati pada Erick begitu mendengar cerita masa lalunya. Raph sendiri sebenarnya juga cukup tersentuh, tetapi ia memiliki rasa curiga terhadap Erick.
Pandangan buruk Raph tentang Erick malah membuat Raph berpikir bahwa bisa saja semua cerita itu hanya akal-akalan. Menurut Raph, mahasiswa misterius itu mungkin ingin memanfaatkan kebaikan yang Aleesna berikan kepadanya.
"Aku bingung, Raph. Aku rasa Erick butuh dukungan agar bisa lebih ceria. Namun, aku tidak tau apa yang harus dilakukan untuk meringankan beban Erick. Aku takut malah membuatnya tersinggung," ujar Aleesna.
Orang yang tengah dibicarakan oleh Aleesna dan Raph tampak berjalan masuk ke dalam kelas. Raph yang belum merespon ucapan Aleesna itu bangkit dari duduknya. Ia berjalan menghampiri Erick. "Kau, ikut denganku," ujar Raph.
"Untuk apa? Aku sibuk," tolak Erick.
Raph tak mengindahkan tolakan dari Erick. Ia malah menarik Erick dengan emosi. Seisi kelas, terutama Aleesna, terkejut melihat tindakan Rapholen.
"Eh? Ada apa itu?" Seorang mahasiswa bertanya-tanya.
"Itu hanya salah paham. Aku akan mencari mereka," ujar Aleesna menanggapi kebingungan mahasiswa tersebut.
Sepanjang jalan Erick terus bertanya-tanya apa yang terjadi. Ia berusaha melepaskan tangan Raph dari kerah kemejanya. Namun entah mengapa, Raph seperti sangat kuat sekali mencengkeram pakaian Erick. Raph membawa Erick ke rooftop. Erick yang sangat bingung kembali mempertanyakan maksud dari tindakan Rapholen.
"Hei! Ada apa ini?"
"Apa siasatmu, hah? Kau ingin memperdayai Aleesna dengan ceritamu yang menyedihkan, begitu?" Raph mendorong tubuh Erick.
"Aku tidak menceritakan apa pun pada Aleesna, aku tidak melakukan apa-apa, aku tidak tau apa masalahmu!" Erick menjawab dengan penuh emosi. Tentu saja Erick sangat emosi, siapa yang tak akan kesal menerima tuduhan yang menyakitkan seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
E37B
Mystery / Thriller⚠CERITA INI SEDANG DIREVISI⚠ Rencana penggusuran gedung Universitas Kaciles menjadi awal dari rentetan peristiwa pahit yang menghantui seisi kampus. Erick Bastian, mahasiswa paling berprestasi pemilik kursi E37B, disebut-sebut sebagai dalang di bali...