Erick duduk dalam diam di kamar tahanannya. Ia harus menyusun strategi karena bisa saja Shavero akan menagih jawaban sebelum penyelamatan atas dirinya dilakukan. Tawaran yang diberikan oleh Shavero terus saja memenuhi pikiran Erick. Bagi Erick, tawaran itu jelas tidak membawa keuntungan sama sekali. Ia bukan orang yang rela mengorbankan apa pun demi harta. Ia juga tidak mau menyerahkan nyawanya kepada Shavero.
Erick menghela napas. "Pilihan yang sulit."
Baru saja akan merebahkan tubuh, Erick mendengar teriakan melengking dari luar. Karena penasaran, ia pun mengintip melalui kaca kecil di tengah pintu. Kejadian mengerikan terjadi di depan mata Erick. Seorang gadis diseret masuk ke dalam ruangan yang berhadapan dengan kamarnya. Tak lama berselang, teriakan yang sebelumnya terdengar seperti meronta, kini lebih cenderung seperti rintihan.
Erick mengetuk pintu kamar tahanannya itu dari dalam. Dua orang pria yang berjaga di luar kamar pun masuk dan menanyai apa yang Erick inginkan.
"Ada apa? Kau butuh sesuatu?"
"Tidak, aku sedang tidak butuh apa-apa. Aku hanya ingin bertanya, di ruang seberang sedang ada keributan apa?" tanya Erick.
"Sebaiknya kau tak perlu tau karena itu sangat berbahaya," jawab penjaga pertama.
"Berbahaya? Berbahaya bagiku? Mmm ... atau berbahaya bagi kalian? Lalu, bahaya seperti apa maksudnya?" tanya Erick semakin penasaran.
"Kau tidak akan suka mendengarnya. Lebih baik kau pertahankan posisi amanmu saat ini," jawab penjaga yang satunya.
Saat itu, keluarlah Shavero dari ruang seberang dan langsung masuk ke kamar tahanan Erick. Warna pakaiannya bercampur dengan warna merah darah. Kedatangan Shavero dengan penampilan seperti itu membuat Erick kian curiga.
"Ada apa ini? Apa Erick butuh sesuatu?" tanya Shavero mendapati dua anak buahnya seperti baru saja terlibat percakapan dengan Erick.
Erick menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku hanya bertanya tentang teriakan yang terdengar sangat keras dari ruangan tempat kau keluar barusan."
"Begitu? Lalu mereka jawab apa?" Tangan Shavero merangkul dua pasukannya yang saat itu juga langsung pucat.
Erick dapat merasakan ketakutan mendalam dari ekspresi dua anak buah Shavero itu. "Mereka bilang itu urusan bisnis bos mereka," jawab Erick.
"Ya, itu benar." Shavero melepas rangkulannya dari bahu dua pria berseragam serba hitam tersebut. "Hanya urusan bisnis yang menyenangkan," sambungnya.
"Menyenangkan dan penuh warna," ujar Erick menyinggung darah di pakaian Shavero.
"Kau benar. Apa kau memahami sesuatu setelah melihat pakaianku ini?"
"Aku sangat paham. Tidak diragukan lagi kau memang pelukis andal. Pemilihan warna yang sangat berani," jawab Erick dengan tenang.
"Terima kasih, aku hampir tak pernah kecewa mendengar jawaban darimu," ujar Shavero kemudian berlalu meninggalkan kamar tahanan Erick.
Seperginya Shavero, penjaga pertama kembali bicara, "Sudah kukatakan, sebaiknya kau tidak perlu tau atau kau akan menyesal."
Penjaga satunya mengangguk. "Kau pergilah tidur dan bersikap santailah. Jangan memberontak, pasukannya banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
E37B
Mystery / Thriller⚠CERITA INI SEDANG DIREVISI⚠ Rencana penggusuran gedung Universitas Kaciles menjadi awal dari rentetan peristiwa pahit yang menghantui seisi kampus. Erick Bastian, mahasiswa paling berprestasi pemilik kursi E37B, disebut-sebut sebagai dalang di bali...