Mata-Mata

1K 100 0
                                    

Rapholen c.s. berasumsi bahwa penculikan Erick mungkin bertujuan untuk menggagalkan atau menghambat acara wisuda. Berbekal dugaan tersebut, mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan semua persiapan sembari memikirkan cara untuk menyelamatkan Erick. Mereka tidak ingin para penjahat mendapatkan yang diinginkan. Aleesna memulai langkahnya dengan mengadakan latihan tari. Hari ini memang bukan jadwal latihan, tetapi Aleesna ingin agar tim tari dapat rapi dengan cepat agar ia bisa fokus pada misi pencarian Erick.

Efek dari obat bius telah sepenuhnya hilang dan Raph sudah bisa bergabung bersama teman-temannya untuk memulai aksi mereka. Berdasarkan cerita dari Raph, dapat diketahui bahwa penculikan ini terencana dan dalangnya memiliki pasukan yang perlu dipertimbangkan.

Perpustakaan kecil rumah Jaden menjadi tempat berkumpul kali ini. Namun, hanya terlihat Jaden dan Raph yang ada di sana. Kell tidak bisa datang karena harus melakukan pemeriksaan lanjutan mengenai kondisinya. Aleesna juga belum tampak bergabung karena ia bilang ingin menghubungi para dosen mengenai niatnya mengadakan latihan tari di Gedung Bakat.

"Sayang sekali rumahku gagal menjadi tempat kita berkumpul." Raph mengembuskan napas kecewa.

"Sudahlah," balas Jaden tersenyum menyemangati Raph.

"Omong-omong, penculikan Erick ini adalah kasus besar dan terencana. Kurasa kita perlu bantuan polisi." Raph menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Ya, aku sudah siapkan, tapi hanya sedikit."

"Apa masih banyak yang mengkhianati ayahmu, Jad?" tanya Raph agak memelankan suaranya.

"Tidak tau. Aku hanya ingin lebih berhati-hati," jawab Jaden ikut separuh berbisik.

Raph mengangguk sambil mengelus dagunya yang tak berjanggut. "Benar, kita perlu berhati-hati. Aku curiga kebiasaan kita sudah dipantau. Mereka pasti memiliki info bahwa kita akan bertemu di rumahku kemarin."

"Kau benar, Raph."

Satu lagi teman Raph datang bergabung ke perpustakaan itu. Ia membuka pintu dengan cepat, selaras dengan langkah kakinya yang seperti setengah berlari. Aleesna datang dengan wajah merah padam. Sesuatu hal pasti telah menyulut amarahnya. Bahkan gadis itu mulai menggerutu sendiri.

"Kau dapatkan kabar? Kapan kita akan latihan?" tanya Raph berjalan menghampiri Aleesna.

Melihat ekspresi Aleesna yang kurang bersahabat, Jaden lantas mengambil air minum yang ada di meja dan turut mendekat.

"Kita tidak bisa latihan. Beberapa dosen yang kuhubungi mengatakan bahwa Gedung Bakat ditutup," jawab Aleesna kemudian meneguk air yang dibawakan Jaden.

"Lalu? Hanya karena hal itu saja kau sangat terkejut ... dan marah? Aku kurang mengerti." Raph menggaruk kepalanya.

"Tentu saja Gedung Bakat tak boleh ditutup. Mengapa tempat itu ditutup? Ini menghambat semua persiapan wisuda. Kupikir penutupan ini tidak bisa dilakukan jika bukan karena memiliki alasan yang kuat," papar Aleesna.

"Apa alasannya?" tanya Raph.

"Mereka menggunakan Gedung Bakat. Orang-orang yang menculik Erick ada di sana," sahut Jaden mengakhiri rasa penasaran Raph.

"Kita akan pergi ke sana secepatnya. Mereka ini benar-benar membuatku kesal," timpal Aleesna meninju gelas yang ada di tangannya.

Jaden dan Raph sama-sama tersentak melihat kemarahan Aleesna.

"Ya, kita akan segera ke sana. Kau kelihatan sudah tidak sabar untuk memukuli mereka, ya?" balas Jaden seraya mengambil gelas minum tadi dari tangan Aleesna.

"Tentu saja. Mereka benar-benar melakukan segala cara untuk menghambat kita. Tidak bisa kumaafkan," kesal Aleesna.

Rapholen dan Jaden bertatapan. Nona Haswel yang bertanggung jawab memimpin kelas tari sepertinya sudah sangat marah.

E37BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang