"Nih sampe." ujar Lian dengan bangganya.
Mungkin Lian bangga membawaku kembali pulang dengan selamat. Aku masih terpaku ditempat duduk. Masih syok karena kecepatan motor Lian yang mencapai 160Km/jam.
"Buruan turun," ujar Lian tak sabaran.
Aku pun tersadar. Aku langsung bersujud.
"Ya Tuhan, Terimaksih karena Kau masih memberikanku hidup didunia fana ini." ujarku. Lian tertawa geli melihat tingkah gilaku.
"Besok agak pagian ya, aku gak mau lama-lama nungguin disini." ujar Lian.
"Ngapain?" tanyaku tak mengerti.
"Ya Tuhan. Besok kan gue bakalan jemput lo." ujar Lian.
"Oh. Iya, aku lupa." ujarku.
Aku sungguh tak kapok. Padahal saat aku dibonceng oleh Lian, pasti para Malaikat maut sedang menanti kami. Tapi entah mengapa aku tak kapok. Aneh.
"Yaudah, kakak pulang duluan ya." ujar Lian.
"Iya kak. Hati-hati ya." ujarku sedikit khawatir.
"Sip." ujar Lian.
Kemudian dia kembali melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Aku menghela nafas. Haruskah sebegitu kencangnya Lian membawa motor berisiknya itu?
'Ya Tuhan, lindungi lah dia.' ujarku dalam hati.
Aku melangkah masuk kedalam rumah. Aku terkaget-kaget. Mobil Mama terparkir dihalaman bersama satu lagi mobil yang aku tak tau siapa yang empunya. Aku pun langsung berlari masuk kedalam. Aku kangen Mama.
"MAMA!!" pekikku kegirangan saat aku mendapati Mama sedang berbincang-bincang dengan seorang pria kantoran yang sudah tak terlalu muda lagi, tetapi masih terlihat tampan.
"Dave." ujar Mama tak kalah senang denganku.
Mama pun mengangkat tangannya untuk memelukku. Aku pun berhamburan kepelukan Mama. Aku lansung menciumi pipi Mama.
"Hahaha, Beginilah Mas. Dave ini anaknya manja sekali kalau udah jumpa sama Mamanya." ujar Mama kearah pria berpakaian rapi tersebut. Pria tersebut tertawa.
"Ohh, Ini yang namanya Dave. Lucu ya. Wajahnya imut-imut gitu. Hahaha." ujar Om tersebut.
"Hmm, Dave, ini, kenalin teman kerja Mama di Jakarta. Om Fredi. Om Fredi juga tinggal di Medan." jelas Mama. Kemudian aku berhenti melakukan aksiku menciumi Mama.
"Halo Om Fred." ujarku sambil menjulurkan tanganku.
"Hei Dave, Mama kamu bercerita banyak tentang kamu," Ujar Om Fredi sambil menangkap uluran tanganku. "ternyata benar kata Mama kamu, kamu orangnya gemesin." ujar Om Fredi.
"Ahh Mama ini apaan sih. Gak kok Om, Mama boong." bantahku.
"Bohong? Om rasa Mama kamu gak bohong. Emang nyatanya kamu gemesin." ujar Om Fredi.
Aku pun tersenyum manis.
"Om juga punya Anak seumuran kamu, sedikit lebih tua dari kamu. Kapan-kapan Om akan ngenalin kamu sama anak Om." ujar Om Fredi.
Aku tersenyum. Aku tak terlalu tertarik untuk berkenalan dengan orang tersebut.
"Oke Dave, Kamu makan dulu sana, ada mie ayam special tuh, buatan Bi Inah". Ujar Mama.
"Mirip iklan Mam," ujarku sambil bangkit berdiri.
"Yaudah, makan sana. Mama masih mau ngomong ama Om." usir Mama.
Aku tersenyum.
"Mama jahat. Ngusir Dave," ujarku sedikit cemberut. Mama memeletkan lidahnya. Aku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Sunshine
Teen FictionKarena ada sebuah ruang kosong dihatiku, tepatnya sebuah ruangan kecil yang diisi oleh Petra. Aku tau, sangat tau, bahwa aku juga.. mencintai Petra. Ruangan kecil itu, kini membuatku teringat kembali akan masa-masa pertama saat aku jatuh cinta pada...