Hari ini rasanya adalah hari yang lumayan menyenangkan, tentu saja, karena aku terus nempel banget sama kak Lian. Tujuan awal kami adalah mencari pengganti Hp Lian semalam, yang berhasil menjadi penambah list nama korban kekejaman dan kekejianku semasa jayaku.
Lian menjemputku sangat pagi-pagi buta, padahal aku tau dia cukup letih karena prosesi acara tengah malam kami bersama Nindy.
Mengingat kembali saat semalam Lian mengajak kami nangkring di resto yang terkenal buka sampai dini hari. Tapi tentu saja setelah aku memberikan pakaian Dharma untuknya, karena baju Lian yang basah karena korban kebengisanku. Memang tubuh Lian sangat bagus, ukuran baju Dharma yang memang berotot tampak begitu pas ditubuh Lian.
Sempat Lian mengajak kami untuk Clubbing, kata Lian pengen coba-coba aja. Tapi dengan sigap aku dan Nindy menolak mentah-mentah ajakan Lian tersebut. Dan ternyata pilihan kami jatuh ke beberapa resto yang masih buka sampai larut pagi. Itupun seharusnya menjadi dini hari yang panjang sebelum kami diusir oleh staff manager disana yang hendak menutup restonya.
Dan karena sudah merasa cukup membuat kami terpuasakan, kami pun berangsur pulang kerumah. Actually, bila masih diberi kesempatan, maka kami akan tetap nangkring diresto sana.
Lian pun mengantarkan aku dengan selamat dan tidak kurang suatu apapun sampai dirumah. Begitu juga Nindy yang memang sengaja diantar lebih dahulu oleh Lian. Yup, Nindy tidak membawa mobilnya sendiri.
Aku tiba dirumah sekitar jam 3 dinihari, tepatnya jam 02.59.
Dan sama seperti hari semalam, hari ini kami pun menghabiskan waktu bersama dengan Lian, walaupun tak ditemani oleh Nindy dengan alasan mau nyalon. Aku tau itu alasan belaka, Nindy tidak suka melakukan kegiatan salon menyalon. Aku yakin Nindy hanya ingin membuatku berduaan dengan si tampan Lian saja.
Setelah pulang dari tempat plaza hape, Lian tak langsung mengantarkanku pulang. Lian malah menculik dan membawaku kesebuah tempat yang tak kuketahui dimana letak persisnya. Tidak jauh dari area sekolahan kami. Itu berarti, tak jauh pula dari rumahku.
Lian mengajakku ke sebuah danau yang sangat indah, dipinggirannya terdapat sebuah hutan ilalang yang sudah meninggi. Dimana semuanya terkesan begitu romantis. Dan aku semakin terkagum ketika pandanganku ditarik oleh sebuah taman yang hanya ditumbuhi bunga Geranium yang berwarna ungu dan memberikan kesan wangi luar biasa.
Aku rasa aku betah seharian disini. Aku tak kalau ternyata di Medan ada tempat sebagus dan seindah ini. Aku begitu menyesal karena baru sekali ini saja datang kesini. Menikmati senja disini terkesan sangat luar biasa, ditambah lagi dengan trio yang diciptakan katak, jangkrik dan burung-burung mengeluarkan perpaduan suara yang begitu indah.
Entah mengapa aku merasa nyaman dan tentram disini. Sungguh, tempat ini sangat indah. Yang membuatku semakin membuatku betah adalah ditempat yang sekarang kududuki. Sebuah jembatan tanggung yang sudah terlihat sedikit reot. Jembatan ini berada persis diatas permukaan air danau.
Jadi aku dapat leluasa menelusupkan kakikku kebawah air danau yang sangat dingin ini. Lian juga melakukan hal yang sama. Aku pun mulai memajukan kaki kananku kedepan dan memundurkannya kebelankang yang juga diikuti oleh kaki kiriku. Lalu sejurus kemudian aku mulai mengayun-ayunkan kakiku. Aku memejamkan mataku sesaat, untuk meresapi dinginnya air danau ini. Dinginnya air ini menusuk ketulang, tapi entah mengapa aku tak kunjung kapok untuk menuntun kakiku tetap diair dingin itu. Malahan aku ingin sekali berenang disana.
"Dulu aku sering sekali kesini bersama Mama," ujar Lian membuka perbincangan.
Sejurus kemudian Lian berbaring dengan bertopang tangan sambil menatap kelangit yang sudah menjingga. Aku tersenyum hangat. Tapi tetap mataku tertuju kedalam air.

KAMU SEDANG MEMBACA
Without Sunshine
Novela JuvenilKarena ada sebuah ruang kosong dihatiku, tepatnya sebuah ruangan kecil yang diisi oleh Petra. Aku tau, sangat tau, bahwa aku juga.. mencintai Petra. Ruangan kecil itu, kini membuatku teringat kembali akan masa-masa pertama saat aku jatuh cinta pada...