Petra POV
Aku tak merasakan apapun, mataku tak mau terbuka, semua terasa begitu gelap. Aku tak merasakan tubuhku lagi. aku merasa bahwa ada seseorang yang sedang mengelus-elus telapak tanganku.
"Petra, bangun pet," suara orang itu menyeruak pendengaranku, begitu memilukan. Aku ingin membuka mataku dan memastikan siapa yang bersuara diujung sana.
Aku semakin menangkap jelas suara-suara tangisan yang berada disekitarku, begitu memilukan.
"Sudah nak Dave, Petra akan baik-baik aja," suara seorang wanita terdengar, dari suaranya saja aku dapat memastikan bahwa wanita itu juga sangat rapuh.
Aku ingin bersuara namun suaraku tercekat ditenggorokanku. Aku semakin penasaran dengan siapa mereka. Begitu berartikah aku untuk mereka sehingga menyerukan suara-suara seperti itu?
"Petra, maafin aku," suara itu begitu memilukan.
Aku mengumpulkan seluruh tenagaku untuk membuka mataku. Perlahan namun pasti kubuka kedua mataku. Cahaya putih yang sangat asing begitu menyilaukan, bahkan retinaku tak sanggup untuk menerima cahaya itu. Namun, aku kembali membuka mataku.
"PETRRAAA!!!" seorang pria berwajah rupawan berteriak berbarengan dengan wanita yang masih bertubuh sintal. Wajah mereka penuh dengan deraian air mata. Pria itu lansung memeluk seorang Pria yang sedang menggendong bayi.
"Petra sadar Oscar," ujarnya sambil menangis tersedu-sedu didada pria bertubuh besar dan berwajah putih bersih itu.
Bayi munggil yang sedang digendongnya terlihat tersenyum sambil menggapai-gapai rambut pria yang sedang menangis tadi. Apakah aku bernama Petra? Dan siapa mereka? Pikiranku terasa kosong, aku tak mengingat apa-apa lagi.
"Terimakasih Tuhan," wanita itu menangis dan bersujud syukur.
Aku kembali melihat sekelilingku. Dimana aku ini? Semua sangat bau, aku tak tau bau apa itu. Seorang wanita berpenampilan tomboy tampak begitu rapuh diujung pintu sana, air mata juga terlihat membasahi pipinya. Lalu mereka semua berpaling kearahku. Aku memberikan sedikit senyuman kecil kearah mereka semua. Aku menghargai mereka yang sudah rela menjatuhkan air matanya untukku.
Lalu semua terasa kembali gelap, mataku mengabur. Aku merasakan sakit yang luar biasa dikepala dan dadaku. Nafasku tersendat, aku tak mampu bernafas lagi. Aku merasakan bahwa dadaku ditekan. Lalu seorang pria berjubah putih datang menghampiriku, pria itu memiliki sinar yang menyilaukan, aku tak dapat melihat wajahnya. Pria itu mendekat kearahku.
"DOKTERRR!!!! TOLONG ANAK SAYA!!!"
"DOOKKTERRR!!!!"
"It's time to come back to Me," seru pria itu dengan suara yang begitu lembut dan meneduhkan.
–oOo–
Dave POV
Sakit di dadaku kian kentara, bagai dirujam oleh samurai saat mendapati Petra terbaring tak sadarkan diri ruang operasi, Petra sedang memperjuangkan hidupnya. Aku tak mau kehilangannya, kehilangan seseorang yang sangat berharga untukku, kehilangan tetanggaku yang sering memberikan aku catatan-catatan kecil didepan jendela kamarku, aku belum siap.
Dokter langsung membawa Petra ke meja operasi, karena pendarahan yang terjadi dikepalanya. Benturan yang cukup kuat membuat pendarahan hebat. Dokter harus bergerak cepat karena bila tidak dilakukan operasi dan bila pendarahan itu menutupi otak, maka Petra akan meninggal dunia.
"Dia akan baik-baik saja sayang," Oscar menenangkanku. Junior tampak sudah tertidur didalam pelukannya.
Mataku sembab. Kami semua menanti di depan pintu ruang operasi. Aku benar-benar terpukul, haruskah aku kehilangan pelukisku? Ya tuhan aku sungguh belum siap, dan aku tak mau menghadapi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Sunshine
Novela JuvenilKarena ada sebuah ruang kosong dihatiku, tepatnya sebuah ruangan kecil yang diisi oleh Petra. Aku tau, sangat tau, bahwa aku juga.. mencintai Petra. Ruangan kecil itu, kini membuatku teringat kembali akan masa-masa pertama saat aku jatuh cinta pada...