Hmm! Sungguh panjang sekali perjalanan kami. Jarak dari rumah Nathan ke Haarlem sangatlah jauh. Mungkin Jemma sudah gila. Dia mengajakku makan siang kesini? Sungguh jauh. Lebih baik tadi kami makan siang di McDonald yang hanya beberapa blok dari rumah Nathan.
Aku pun keluar dari mobil Jemma. Dan aku sedikit terkagum dengan bangunan yang terpampang disini. Sungguh indah. Mirip sebuah kerajaan.
"Hmm, kota ini memang terkenal dengan bangunan-bangunan Castle yg begitu megah." ujar Jemma. Kelihatannya dia melihat reaksiku saat keluar dari mobil. Aku pun mengangguk.
"Kota ini di design oleh seorang arsitek ternama pada masanya, Fiemish." ujarnya lagi.
"Hmm, menakjubkan. Tapi tunggu. Apa kau masih menyebut ini suata makan siang?" tanyaku bingung. Karena aku melihat keadaan disini sudah sangat petang. Tetapi menambah kesan menakjubkan dikota ini.
"Hahaha, mungkin tidak. Kita akan menyebutnya makan double." ujar Jemma.
"Aku tak begitu paham dengan makan double yang baru saja kau bilang." ujarku bingung.
"Ya, double. Kita akan makan 2 kali disini. Siang dan malam. Kita akan makan porsi lebih." ujarnyanya
"Oh, I see." ujarku.
"Tenang saja, aku yg traktir," ujarnya.
"Hahaha.." tawaku renyah.
Kami pun beranjak menuju sebuah rumah makan yang bertulisankan 'De Haarlem'. Mungkin inilah tempat yang diagungkan oleh Jemma. Menurutku tempatnya cukup menarik. Karena banyak patung-patung yang bertengger di halamannya. Hmm..
Kami pun masuk kedalam. Dan satu kata yang ingin kuucapkan saat ini. Ajib. Sungguh tempat ini begitu sempurna. Aku dan Jemma pun menjatuhkan pilihanku di meja paling sudut. Karena itu adalah meja favorit Jemma.
"Hmm, bagaimana?" tanya Jemma.
"Bagaimana apanya? Aku bahkan belum memakan secuil potongan steik yang kau puja-puja itu." ledekku.
"Oke kalau begitu." ujar Jemma.
Kemudian dia mengangkat tangannya. Dan sejurus kemudian seorang pelayan wanita datang ke meja kami.
"Ada yang bisa saya bantu?" ujar pelayan tersebut.
"Hmm, kami ingin memesan 2 steik domba black papper dan minumannya.." ujar Jemma menggantung sambil melirik kearahku.
Aku pun hanya tersenyum dan menaikkan bahuku.
"Oke minumannya lemonade saja." ujar Jemma kemudian.
"Oke, 2 Steik Domba, dan 2 Lemonade." ulang pelayan tersebut.
"Ya." ujar Jemma.
"Ok, kami harap anda bersabar menunggunya." ujar pelayan tersebut dan berlalu meninggalkan kami.
"Aku dulu sering kesini bersama Nathan. Dan Nathan lah orang pertama yang mengajakku kesini." ujar Jemma sambil menyunggingkan senyuman manisnya.
"Hmm, Nathan? Seberapa dekat hubunganmu dengan Nathan?" tanyaku.
"Hmm, sangat-sangat dekat. Kami sudah menjadi sahabat sejak duduk di Kelas 7." ujarnya.
"Nathan lah yang banyak mengajarkanku hal-hal yang bermakna." sambungnya.
"Ya, Nathan memang baik." sambungku.
"Sangat." sambungnya lagi.
"Hmm, aku sangat bingung. Mengapa Nathan terlihat begitu sibuk belakangan ini. Apa kau mengetahuinya?" tanyaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/53153858-288-k655405.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Sunshine
أدب المراهقينKarena ada sebuah ruang kosong dihatiku, tepatnya sebuah ruangan kecil yang diisi oleh Petra. Aku tau, sangat tau, bahwa aku juga.. mencintai Petra. Ruangan kecil itu, kini membuatku teringat kembali akan masa-masa pertama saat aku jatuh cinta pada...