Biarlah cinta itu tumbuh kembali, bersemi kembali, dan biarlah aku terbuai dalam cintamu...
Oscar tak melepaskan kaitan tangannnya ditanganku. Aku pun yang sedang memeluk Junior hanya dapat tersipu malu. Banyak juga tatapan mata yang terlihat begitu mengintimidasi. Oscar tak keberatan membawa barang belanjaanku.
"Biar aku yang membawakannya," itulah ucapan Oscar yang sedikit membantuku untuk meringankan beban yang kubawa. Sesungguhnya Junior bukanlah beban yang berat.
"Kamu lapar?"
Astaga! Aku baru sadar Oscar memanggilku dengan 'kamu'. Rasanya aku terbang kelangit ketujuh, inilah saat-saat yang paling bahagia semasa hidupku.
Aku menggeleng lemah. Aku sungguh-sungguh tidak lapar.
"Tapi Junior mungkin lapar," aku melirik kearah Junior yang sedang terbang dalam mimpinya.
Tangannya tak urung lepas dari hisapannya.
Oscar tersenyum. Ingin rasanya aku menitikkan air mata lagi. Oscar sekarang, sangat berbeda dengan Oscar yang dulu. Dewi cinta mungkin sedang membantuku untuk mengapai kembali cintaku yang pernah terbang entah kemana.
"Kalau begitu, maukah kamu berkunjung ke rumahku untuk menemani Junior?" Oscar menghentikan langkahnya tepat setelah kami sampai didepan mobil sportnya.
Aku berfikir sejenak. Apakah aku harus memberitahu Petra bila aku akan berkunjung kerumah Oscar? Tidak, itu terlalu bodoh. Lalu apa yang akan kukatakan?
Aku merogoh kantongku dan menggapai Hp ku, lalu aku menekan tombol P dengan tekanan yang cukup lama, telepon telah tersambung.
"Heii! Kemana saja kamu Dave?!" Petra berbicara diujung sana.
"Petra. Aku akan berkunjung kerumah temanku. Jadi, sebaiknya kamu pulang duluan. Tidak masalah kan?" ujarku pelan karena takut mengganggu tidur si kecil.
Oscar membuka bagasinya dan memasukkan semua barang belanjaan kami kedalam mobilnya.
"Itu bukan masalah. Yang sekarang menjadi masalahnya adalah," Petra menggantung ucapannya.
"Apa?"
"Tidak jadi..." Petra membatalkan ucapannya.
"Ohh," aku berujar lemah. "Yasudah kalau begitu. Nanti aku akan menghubungimu saat aku memerlukan bantuanmu,"
"HARUS!" Petra sedikit berteriak.
Aku mendesah lalu melirik kearah Junior. Junior masih terbang dalam mimpinya.
"Iya. Ya sudah kalau begitu. Bye...,"
"Hmmm,"Petra bergumam. Aku menutup telepon.
" Bagaimana?" Oscar sudah berdiri tegap disampingku.
"Apa dirumahmu ada piano?""Tentu saja. Apa itu artinya iya?" Oscar tersenyum penuh harap.
Aku mengangguk. Oscar semakin membuka lebar senyumnya. Oscar pun membukakan pintunya untukku.
"Pelan-pelan," Oscar memberi instruksi.
Aku pun sudah berada di jok depan. Oscar juga langsung mangambil alih kemudi. Lalu Oscar menghidupkan mesinnya. Mobil kami pun melaju menuruni lantai parkir dan langsung bergabung dengan ratusan mobil yang berada dijalan raya.
--oOo—
Petra POV
"Baiklah, nanti akan aku hubungi lagi," ujarku sambil menutup telepon.
'Aku benar-benar muak dengan semua ini,' aku menggerutu dalam hati.
Aku tersadar. Damn! Aku sudah terlalu lama meninggalkan Dave didalam sana. Pasti Dave akan sangat marah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Without Sunshine
Dla nastolatkówKarena ada sebuah ruang kosong dihatiku, tepatnya sebuah ruangan kecil yang diisi oleh Petra. Aku tau, sangat tau, bahwa aku juga.. mencintai Petra. Ruangan kecil itu, kini membuatku teringat kembali akan masa-masa pertama saat aku jatuh cinta pada...